Latest Updates

Tanya Jawab Lengkap tentang Wahhabisme serta Bahaya Aqidah Tajsim dan Tasybih



Berikut ini penjelasan tentang kesesatan aqidah wahabi yang cenderung tasybih dan mujassimah dan dikemas dalam sesi tanya jawab yang dirangkum secara rinci oleh penulisnya.

 ﻫﻞ ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻴﺔ ﻋﻠﻰ ﺣﻖ ؟؟؟ ﻻ, ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻴﺔ ﺍﺗﺖ ﺑﺪﻳﻦ ﻭﺍﻫﻲ ﻓﺎﺳﺪ ﺍﺗﺨﺬﻭﺍ ﻣﻦ ﻛﺘﺐ ﺍﻟﻴﻬﻮﺩ ﻛﺎﻟﺘﻠﻤﻮﺩ ﻭﻏﻴﺮﻩ.ﺣﺘﻰ ﺍﻧﻬﻢ ﻻ ﻳﺨﺠﻠﻮﻥ ﺍﻥ ﻳﺤﺘﺠﻮﺍ ﺑﻘﻮﻝ ﻓﺮﻋﻮﻥ ﻟﻴﺜﺒﺘﻮﺍ ﺃﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﺴﻤﺎﺀ ﺑﺬﺍﺗﻪ ﻭﺍﻟﻌﻴﺎﺫ ﺑﺎﻟﻠﻪ.
 Apakah Wahhabiyah benar? Tidak, Wahhabiyah membawa ajaran agama rancu yang mengambil dari kitab Talmud yahudi dan selainnya hingga mereka tidak malu mengambil perkataan Fir’aun sebagai dalil bahwa Dzat Allah bertempat di langit. Wal ‘iyadzubillah.

 ﻫﻞ ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻴﺔ ﻣﻦ ﺍﻫﻞ ﺍﻟﺴﻨﺔ ؟؟؟ ﻻ, ﺍﻧﻬﻢ ﻓﺮﻗﺔ ﺿﺎﻟﺔ ﻣﻀﻠﺔ ﻷﻥ ﻣﻨﻬﺠﻬﻢ ﻣﻨﻬﺞ ﺍﻟﺘﺠﺴﻴﻢ ﻭﺍﻟﺘﺸﺒﻴﻪ ﻭﺗﻜﻔﻴﺮ ﺍﻫﻞ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻭﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ، ﺃﻣﺎ ﺍﻫﻞ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻭﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ ﻓﻬﻢ ﻧﺰﻫﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻦ ﺍﻟﺤﺪ ﻭﺍﻟﺠﻬﺔ ﻭﺍﻟﻜﻤﻴﺔ ﻓﻬﻢ ﺍﻟﻄﺎﺋﻔﺔ ﺍﻟﻤﻨﺼﻮﺭﺓ.
 Apakah wahhabiyah termasuk ahlus sunnah? Bukan, mereka tersesat dan menyesatkan karena cara berpikir mereka adalah Tajsim (Menganggap Allah berjisim), Tasbih (Menjadikan serupa dengan makhluk), Dan jalan berpikirnya mengkafirkan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.

 ﻣﻦ ﻫﻢ ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻴﺔ ﺍﺫﺍً ؟؟؟ ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻴﺔ ﺍﺗﺒﺎﻉ ﻣﺤﻤﺪ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻮﻫﺎﺏ ﺍﻟﺬﻱ ﻟﻢ ﻳﺸﻬﺪ ﻟﻪ ﺍﺣﺪ ﻣﻦ ﻋﻠﻤﺎﺀ ﻋﺼﺮﻩ ﺑﺎﻟﻌﻠﻢ ﺑﻞ ﺍﻥ ﻭﺍﻟﺪﻩ ﻣﺎﺕ ﻭﻫﻮ ﻏﻀﺒﺎﻥ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺃﺧﻮﻩ ﺳﻠﻴﻤﺎﻥ ﻗﺎﻡ ﺑﺎﻟﺘﺤﺬﻳﺮ ﻣﻨﻪ ﻭﻣﻦ ﺩﻳﻨﻪ ﺍﻟﺒﺎﻃﻞ.
 Jadi, sebenarnya siapakah Wahhabiyah? Mereka adalah pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab yaitu seseorang dimasa hidup tidak ada satupun Ulama yang sezaman dengannya menganggapnya berilmu, Bahkan ayahnya yaitu Abdul Wahhab wafat dalam keadaan marah kepadanya sampai saudara kandungnya yang bernama Sulaiman juga memberikan ‘Tahdzir’ atas dirinya dan keadaan agamanya yang rusak.

 ﻣﺎﺫﺍ ﻗﺎﻝ ﻋﻠﻤﺎﺀ ﺍﻫﻞ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻭﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ ﺑﺎﻟﻮﻫﺎﺑﻴﺔ ؟؟؟ ﻋﻠﻤﺎﺀ ﺍﻫﻞ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻭﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ ﺍﻧﺒﺮﻭﺍ ﻟﻠﺘﺤﺬﻳﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻲ ﺍﻟﺒﺎﻃﻞ ﻭﻣﻨﻬﻢ ﺍﻱ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ .مفتي الحرمين والحجاز السيد ﺍﺣﻤﺪ ﺑﻦ ﺯﻳﻨﻲ ﺩﺣﻼﻥ .الشيخ ﺳﻠﻴﻤﺎﻥ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻮﻫﺎﺏ. ﻣﺤﺪﺙ ﺍﻟﺪﻳﺎﺭ ﺍﻟﻤﻐﺮﺑﻴﺔ ﺍﻟﻐﻤﺎﺭﻱ. ﻭﻣﺤﺪﺙ ﺍﻟﺪﻳﺎﺭ ﺍﻟﺸﺎﻣﻴﺔ ﺍﻟﺤﺎﻓﻆ ﺍﻟﻌﺒﺪﺭﻱ، ﻭﻏﻴﺮﻫﻢ ﺍﻟﻜﺜﻴﺮ. ﻓﻤﻦ ﺍﺭﺍﺩ ﺍﻟﺤﻖ ﻓﻠﻴﺘﺒﻊ ﺍﻫﻞ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻭﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ ﻭﺍﻟﺤﻖ ﺍﺣﻖ ﺍﻥ ﻳﺘﺒﻊ.
 Apa yang dikatakan oleh ulama’ Ahlus Sunnah Wal Jama’ah (Aswaja) tentang Wahhabiyah? Para ulama sudah memberikan peringatan tentang kerusakan Agama wahabi seperti dikatakan Oleh Mufti Haramain Makkah, Madinah dan Hijaz As Sayyid Ahmad Bin Zaini Dahlan, As Syaikh Sulaiman Bin Abdul Wahhab (Saudara kandung pendiri wahabi), Muhaddits Maghrib As Syaikh Al Ghummari, Muhaddits Syam Al Hafidz Al ‘Abdariy, Dan selainnya banyak. Maka barangsiapa ingin mengikuti kebenaran ikutlah ‘Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Sesungguhnya kebenaran lebih berhak untuk diikuti.

 ﻫﻞ ﺍﻟﺘﺤﺬﻳﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻴﺔ ﻭﺍﺟﺐ ﻭﻟﻴﺲ ﺗﻔﺮﻗﺔ ﻟﻠﺼﻒ ﻛﻤﺎ ﻳﺪﻋﻲ ﺍﻟﺒﻌﺾ ؟؟؟ ﻧﻌﻢ، ﺍﻟﺘﺤﺬﻳﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻴﺔ ﻭﺍﺟﺐ ﻭﻟﻴﺲ ﺗﻔﺮﻗﺔ ﻟﻠﺼﻒ ﺑﻞ ﺍﻟﺴﻜﻮﺕ ﻋﻨﻬﻢ ﻫﻮ ﺗﻔﺮﻳﻖ ﻟﻠﺼﻒ ﻓﺎﻟﺤﺬﺭ ﺍﻟﺤﺬﺭ ﻭﺍﻟﺘﺤﺬﻳﺮ ﻣﻨﻬﻢ ﻷﻥ ﺍﻟﺮﺳﻮﻝ ﻗﺎﻝ : ﺃَﺗَﺮﻋُﻮﻥَ ﻋَﻦْ ﺫِﻛْﺮِ ﺍﻟْﻔَﺎﺟِﺮِ ! ﺍﺫْﻛُﺮُﻭﻩُ ﺑِﻤَﺎ ﻓِﻴﻪِ ﻛَﻲ ﻳَﻌْﺮِﻓَﻪُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﻭَﻳَﺤْﺬَﺭَﻩُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ (ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ ﻓﻲ ” ﺍﻟﺴﻨﻦ ﺍﻟﻜﺒﺮﻯ، وﺍﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ، ﻭﺍﻟﻌﻘﻴﻠﻲ، ﻭﺍﺑﻦ ﺣﺒﺎﻥ، ﻭﺍﻟﻄﺒﺮﺍﻧﻲ، ﻭﺍﺑﻦ ﻋﺪﻱّ ﻭﻏﻴﺮﻫﻢ ﻛﺜﻴﺮ)
 Apakah peringatan akan bahaya Wahhabi adalah wajib dan bukan termasuk memecah belah barisan shaf kaum Muslimin seperti persangkaan sebagian orang? Ya tahdzir atas wahabi adalah wajib! Dan bukan memecah belah barisan shaf kaum Muslimin justru meninggalkan tahdzir akan memecah belah shaf kaum muslimin, karena Rasul sudah bersabda: “Apakah kalian melaksanakan terhadap menyebut orang yang fajir! Sebutkanlah kekejian orang fajir dan apa yang ada di dalamnya supaya manusia mengetahui dan menjauhinya ( HR. Al Baihaqi dalam Sunan Kubra, Ibnu Abi Dunya, Al Uqaili, Ibnu Hibban, Ath Thabrani, Ibnu Adi dan selainnya lebih banyak lagi)

. ﻟﻤﺎﺫﺍ ﺍﺗﺒﺎﻉ ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻲ ﺻﺪﺭﻫﻢ ﺿﻴﻖ ﺣﺮﺝ ؟؟؟ ﻷﻧﻬﻢ ﻻ ﻋﻠﻢ ﻋﻨﺪﻫﻢ ﻭﻻ ﺣﺠﺔ ﻭﻻ ﺩﻟﻴﻞ ﻓﻘﻂ ﻣﻠﺌﻮﺍ ﺑﺤﺐ ﺍﻟﺘﺠﺴﻴﻢ ﻭﺍﻟﺘﺸﺒﻴﻪ ﻭﺗﻜﻔﻴﺮ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻧﺰﻫﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻦ ﺍﻟﺠﻬﺔ ﻭﺍﻟﻤﻜﺎﻥ.
 Mengapa pengikut Wahhabi hati mereka sempit dan rumit? Sebab mereka tidak punya sandaran ilmu, hujjah dan dalil. Hati mereka telah dipenuhi dengan kecintaan Tajsim, Tasybih, dan mengkafirkan kaum Muslimin yang menafikan Arah dan tempat bagi Allah.

 ﺇﺫﺍ ﻫﻞ ﺑﺪﺃ ﻧﺠﻢ ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻴﺔ ﺑﺎﻟﺘﻼﺷﻲ ؟؟؟ ﻧﻌﻢ، ﻛﻴﻒ ﻻ؟ ﻷﻧﻬﻢ ﻣﻦ ﺍﻟﻔﺮﻕ ﺍﻟﻀﺎﻟﺔ ﺍﻟﺘﻲ ﺗﺘﻼﺷﻰ ﺍﻣﺎﻡ ﺍﻫﻞ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻭﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ. ﻭﺍﻟﺮﺳﻮﻝ ﻳﻘﻮﻝ : ﻻ ﺗﺰﺍﻝ ﻃﺎﺋﻔﺔ ﻣﻦ ﺍﻣﺘﻲ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺤﻖ ﻇﺎﻫﺮﻳﻦ. Apakah sekte Wahhabi sudah akan musnah? Bagaimana tidak? Sedangkan mereka adalah kelompok menyimpang yang akan dimusnahkan oleh Imam Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Sebagaimana sabda Rasul: “Akan ada senantiasa dari golongan ummatku yang akan menegakkan kebenaran”.

 ﻫﻞ ﻟﻠﻮﻫﺎﺑﻴﺔ ﺍﺳﻢ ﺟﺪﻳﺪ ؟؟؟ ﻧﻌﻢ، ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻴﺔ ﺍﻟﻔﺮﻗﺔ ﺍﻟﻀﺎﻟﺔ ﺑﻌﺪ ﺃﻥ ﻧﺒﺬﻫﻢ ﺍﻫﻞ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻭﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ ﻭﺍﺑﻄﻠﻮﺍ أﻛﺎﺫﻳﺒﻬﻢ ﺍﺗﺨﺬﻭﺍ ﺍﺳﻢ ﺟﺪﻳﺪ ﻭﻫﻮ ﺍﻟﺴﻠﻔﻴﺔ ﻭﻓﻲ ﺍﻟﺤﻘﻴﻘﺔ ﻫﻢ ﺍﻧﺤﺮﻓﻮﺍ ﻋﻦ ﻃﺮﻳﻖ ﺍﻟﺴﻠﻒ. ﺍﻟﺴﻠﻒ ﺍﻟﺼﺎﻟﺢ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺘﻨﺰﻳﻪ ﻭﻛﺎﻧﻮﺍ ﻋﻠﻰ ﺟﻮﺍﺯ ﺍﻟﺘﺒﺮﻙ ﻭﺍﻟﺘﻮﺳﻞ ﻭﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻴﺔ ﻛﻔﺮﻭﺍ ﻣﻦ ﻳﻨﺰﻩ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻣﻦ ﻳﺘﺒﺮﻙ ﻭﻳﺘﻮﺳﻞ ﻓﺎﻟﺤﺬﺭ ﻣﻨﻬﻢ.
 Apakah Wahhabiyah mempunyai nama baru ? Ya benar, firqah sesat Wahhabi setelah Ahlus Sunnah mencampakkan mereka mengganti nama baru menjadi ‘Salafiyah’. Padahal kenyataannya mereka sangat melenceng dari jalan Salaf. Salafus Shalih adalah membersihkan keserupaan atas Allah, Juga membolehkan Tabarruk dan Tawassul. Adapun wahhabiyah, mereka mengkafirkan orang yang membersihkan kesucian Allah dari keserupaan terhadap makhluk, mengkafirkan Tawassul dan Tabarruk. Maka ummat harus waspada atas mereka.

 ﻭﻣﻦ ﺍﺳﻤﻬﻢ ﺍﻟﺠﺪﻳﺪ: ﺍﻟﺴﻠﻔﻴﺔ. ﺇﺫﺍ ﻣﻦ ﻫﻢ ﺍﻟﺴﻠﻒ ؟؟؟ ﺍﻟﺴﻠﻒ ﻫﻢ ﺍﻫﻞ ﺍﻟﻘﺮﻭﻥ ﺍﻟﺜﻼﺙ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻣﺪﺣﻬﻢ ﺍﻟﻨﺒﻲّ ﺑﻘﻮﻟﻪ : ﺧﻴﺮ ﺍﻟﻘﺮﻭﻥ ﻗﺮﻧﻲ ﺛﻢ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻳﻠﻮﻧﻬﻢ ﺛﻢ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻳﻠﻮﻧﻬﻢ … ﻓﺸﺘﺎﻥ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﺴﻠﻒ ﺍﻟﺼﺎﻟﺢ ﻭﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻴﺔ ﺍﻟﻔﺮﻗﺔ ﺍﻟﻀﺎﻟﺔ.
 Dari nama baru mereka adalah ‘Salafiyah’, sebenarnya siapakah Salaf? Salaf adalah 3 qurun awwal para shahabat yang dipuji oleh nabi. Dan sungguh sangat jauh antara Salaf dan Wahhabiyah yang sesat.

 ﻳﻌﻨﻲ ﺍﻟﻘﻮﻝ ﺑﺄﻥ ﺍﻟﺴﻠﻒ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺘﻨﺰﻳﻪ ؟؟؟ ﻧﻌﻢ، ﻭﻫﺬﺍ ﻫﻮ ﺍﻟﺤﻖ ﻭﺍﻹﻣﺎﻡ عبد القاهر ﺍﺑﻮ ﻣﻨﺼﻮﺭ ﺍﻟﺒﻐﺪﺍﺩﻱ الشافعي اﻷشعري المتوفي ٤٢٩ هجرية ﻧﻘﻞ ﺍﻹﺟﻤﺎﻉ ﺑﻘﻮﻟﻪ : ﻭﺍﺟﻤﻌﻮﺍ ﻋﻠﻰ ﺃﻧﻪ ( ﺃﻱ ﺍﻟﻠﻪ ) ﻻ ﻳﺤﻮﻳﻪ ﻣﻜﺎﻥ … ﻓﺎﺛﺒﺖ ﻋﻠﻰ ﻫﺬﺍ ﻭﻻ ﺗﻠﺘﻔﺖ ﺍﻟﻰ ﺍﻟﻔﺮﻗﺔ ﺍﻟﻀﺎﻟﺔ ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻴﺔ ﺍﻟﻤﺠﺴﻤﺔ.
 Yaitu qaul perkataan Salaf bahwa Allah bersih dari sifat keserupaan dengan makhluq? Ya, Dan itulah pendapat yang benar. Bahwa Imam Abdul Qahir Abu Manshur Al Baghdadi Asy Syafi’i Al Asy’ari yang wafat Tahun 429H sudah menyatakan Ijma’ semua shahabat, tabi’in dan ulama salaf ‘bahwa Allah tidak akan bisa terliputi oleh tempat’. Maka tetaplah pada pendapat ini dan jangan mengikuti pendapat firqah sesat wahabi mujassimah.

 ﻫﻞ ﻳﻮﺟﺪ ﺃﻳﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﻘﺮﺀﺍﻥ ﻋﻠﻰ ﺗﻨﺰﻳﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻦ ﺍﻟﺠﻬﺔ ﻭﺍﻟﻤﻜﺎﻥ ﻭﺍﻟﺤﺪ ﻭﺍﻟﺠﻮﺍﺭﺡ ؟؟؟ ﻧﻌﻢ، ﻳﻮﺟﺪ ﻗﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ : ﻟﻴﺲ ﻛﻤﺜﻠﻪ ﺷﺊ … ﻫﺬﻩ ﺍﺻﺮﺡ ﺍﻳﺔ ﻓﻲ ﺗﻨﺰﻳﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻣﻊ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻴﺔ ﺍﻟﻔﺮﻗﺔ ﺍﻟﻀﺎﻟﺔ ﻳﻘﻮﻟﻮﻥ ﻋﻦ ﻫﺬﻩ ﺍﻷﻳﺔ ﺃﻥ ﻓﻴﻬﺎ ﺗﻨﺰﻳﻪ ﻭ ﺗﺸﺒﻴﻪ. ﻟﻬﺬﺍ ﻧﺤﻦ ﻧﺤﺬﺭ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻣﻦ ﺧﻄﺮ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﻔﺮﻗﺔ ﺍﻟﻀﺎﻟﺔ ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻴﺔ ﺍﻟﻤﺠﺴﻤﺔ.
 Apakah ditemukan dalil dari Al Qur’an tentang Tanzih Allah? Ya, ada perkataan Allah ‘Laitsa kamitslihi Syaiun’ Allah tidak menyerupai apapun. Ini adalah ayat sharikh yang menjelaskan tentang tanzih Allah. Tapi sekte sesat wahabi mengatakan ayat tersebut mengandung tanzih dan tasybih. Maka untuk itulah kami mengingatkan kaum muslimin akan bahaya kesesatan sekte wahabi yang mujassimah ini.

 ﺇﺫﺍ ﻣﺎ ﻣﻌﻨﻰ ﻗﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ : ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﺍﺳﺘﻮﻯ ؟؟؟ ﻣﻌﻨﺎﻩ ﻛﻤﺎ ﻗﺎﻝ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻋﻠﻲ: ﺇﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺧﻠﻖ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﺇﻇﻬﺎﺭﺍ ﻟﻘﺪﺭﺗﻪ ﻭﻟﻢ ﻳﺘﺨﺬﻩ ﻣﻜﺎﻧﺎ ﻟﺬﺍﺗﻪ (الفرق ﺑﻴﻦ ﺍﻟﻔﺮﻕ ﺃﺑﻮ ﻣﻨﺼﻮﺭ ﺍﻟﺒﻐﺪﺍﺩﻱ اﻷشعري الشافعي)
 Jadi apa makna ayat Arrahmanu ‘alal ‘Arasyi istawa ? Maknanya adalah sebagaimana perkataan Sayidina Ali Ra: Allah menciptakan ‘Arasyi untuk menunjukkan kebesarannya bukan menjadikannya sebagai tempat bersemayam bagi Dzat-Nya. ( Kitab Farq Baina Firaq Abu Mansur Al Baghdadi Al Asy’ari Asy Syafi’i)

 ﻭﻫﻞ ﻳﻮﺟﺪ ﻗﻮﻝ ﺀﺍﺧﺮ ﻟﻠﻌﻠﻤﺎﺀ ؟؟؟
 Apakah ditemukan pendapat lain dari para ulama?

 نعم ﻗﺎﻝ ﺍﻻﻣﺎﻡ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﻣﺎ ﻧﺼﻪ : ﺇﻧﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻛﺎﻥ ﻭﻻ ﻣﻜﺎﻥ ﻓﺨﻠﻖ ﺍﻟﻤﻜﺎﻥ ﻭﻫﻮ ﻋﻠﻰ ﺻﻔﺔ ﺍﻷﺯﻟﻴﺔ ﻛﻤﺎ ﻛﺎﻥ ﻗﺒﻞ ﺧﻠﻘﻪ ﺍﻟﻤﻜﺎﻥ ﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺘﻐﻴﻴﺮ ﻓﻲ ﺫﺍﺗﻪ ﻭﻻ ﺍﻟﺘﺒﺪﻳﻞ ﻓﻲ ﺻﻔﺎﺗﻪ(ﺇﺗﺤﺎﻑ ﺍﻟﺴﺎﺩﺓ ﺍﻟﻤﺘﻘﻴﻦ ٢٤/٢)
 Ya, Berkata Imamuna Asy Syafi’i Ra: Sesungguhnya Allah ada tanpa butuh tempat. Allah menciptakan tempat dan Allah tetap ada dengan sifat Azali seperti dalam keadaan sebelum menciptaan tempat. Tidak boleh Dzat- Nya berubah dan Sifat- Nya berganti. (Ithaf As Sadah Al Muttaqin: 2/24).

 و ﻗﺎﻝ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺃﺑﻮ ﺣﻨﻴﻔﺔ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ: ﻣﻦ ﻗﺎﻝ ﻻ ﺃﻋﺮﻑ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻓﻲ ﺍﻟﺴﻤﺎﺀ ﻫﻮ ﺃﻡ ﻓﻲ ﺍﻷﺭﺽ ﻛﻔﺮ، ﻷﻥ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻘﻮﻝ ﻳﻮﻫﻢ ﺃﻥ ﻟﻠﺤﻖ ﻣﻜﺎﻧﺎ ﻭﻣﻦ ﺗﻮﻫﻢ ﺃﻥ ﻟﻠﺤﻖ ﻣﻜﺎﻧﺎ ﻓﻬﻮ ﻣﺸﺒﻪ” ﺍﻫـ (ﺫﻛﺮ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﺍﻹﻣﺎﻡ سلطان العلماء عز الدين ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺴﻼﻡ الشافعي ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺏ ” ﺣﻞ ﺍﻟﺮﻣﻮﺯ ).
 Sulthanul Ulama Syaikh Al Imam Izzudin Bin Abdis Salam Asy Syafi’i menyebutkan dalam kitab nya Al Hal Ar Rumuz perkataan Imam Abu Hanifah Ra: Barangsiapa berkata Saya tidak tahu apakah Allah ada di langit atau ada di bumi, Maka di kufur. Karena perkataan ini memberi kesan bahwa dia menganggap Allah Yang Maha Haq bertempat. Dan barang siapa yang menganggap Allah bertempat maka dia seorang yang melakukan Tasybih.

 ﻭﻗﺪ ﺛﺒﺖ ﻋﻦ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﻣﺎﻟﻚ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻣﺎ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺤﺎﻓﻆ ﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺑﻪ ” ﺍﻷﺳﻤﺎﺀ ﻭﺍﻟﺼﻔﺎﺕ” ، ﺑﺈﺳﻨﺎﺩ ﺟﻴﺪ ﻛﻤﺎ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺤﺎﻓﻆ ﺍﺑﻦ ﺣﺠﺮ ﺍﻟﻌﺴﻘﻼﻧﻲ ﻓﻲ “فتح الباري” ﻣﻦ ﻃﺮﻳﻖ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﻭﻫﺐ ﻗﺎﻝ : ﻛﻨﺎ ﻋﻨﺪ ﻣﺎﻟﻚ ﺑﻦ ﺃﻧﺲ ﻓﺪﺧﻞ ﺭﺟﻞ ﻓﻘﺎﻝ: ﻳﺎ ﺃﺑﺎ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ، (ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻌَﺮْﺵِ ﺍﺳْﺘَﻮَﻯ) ﻛﻴﻒ ﺍﺳﺘﻮﺍﺅﻩ؟ ﻗﺎﻝ: ﻓﺄﻃﺮﻕ ﻣﺎﻟﻚ ﻭﺃﺧﺬﺗﻪ ﺍﻟﺮﺣﻀﺎﺀ ﺛﻢ ﺭﻓﻊ ﺭﺃﺳﻪ ﻓﻘﺎﻝ (ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻌَﺮْﺵِ ﺍﺳْﺘَﻮَﻯ) ﻛﻤﺎ ﻭﺻﻒ ﻧﻔﺴﻪ، ﻭﻻ ﻳﻘﺎﻝ ﻛﻴﻒَ ﻭﻛَﻴْﻒَ ﻋﻨﻪ ﻣﺮﻓﻮﻉٌ، ﻭﺃﻧﺖ ﺭﺟﻞ ﺳﻮﺀ ﺻﺎﺣﺐ ﺑﺪﻋﺔ ﺃﺧﺮﺟﻮﻩ، ﻗﺎﻝ: ﻓﺄﺧﺮﺝ ﺍﻟﺮﺟﻞ. ﺍﻫـ
 Sudah datang riwayat dari Imam Al Baihaqi yang menurut Al Hafidz Imam Ibnu Hajar Al Asqoaani Asy Syafi’i dalam Fathul Bari Syarakh Ash Shohih Al Bukhari, Tentang perkataan Imam Malik bin Anas Ra dari jalan Abdullah bin Wahb, dia berkata: Kita ada di majlis Imam Malik bin Anas Ra saat datang seorang laki -laki dan berkata: Wahai Aba Abdillah (Nama Kunyah Imam Malik) Arrahmanu ‘Ala Al Arsyi Istawa, Bagaimana Istiwa’ Allah? Lalu Imam Malik menundukkan kepalanya dan menyeka keringatnya karena panas dengan isi pertanyaan. Setelah mengangkat kepala Imam Malik berkata: (Arrahmanu Ala Arsy Istawa) Seperti Allah sudah mensifati sendiri. Sedangkan Kaif bagi Allah itu tidak diketahui. Dan kamu adalah seorang yang su’ Shahibu Bid’ah. Keluarkan dia…!!! Maka laki -laki itu dikeluarkan dari majlis Imam Malik karena bertanya tentang tempat bagi Allah dan itu pertanyaan Ahli Bid’ah karena Allah tidak butuh tempat.

 ﻭﺳﺌﻞ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺃﺣﻤﺪ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻋﻦ ﺍﻻﺳﺘﻮﺍﺀ ﻓﻘﺎﻝ: ” ﺍﺳﺘﻮﻯ ﻛﻤﺎ ﺃﺧﺒﺮ ﻻ ﻛﻤﺎ ﻳﺨﻄﺮ ﻟﻠﺒﺸﺮ” ﺍﻫـ. ﺫﻛﺮﻩ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺍﻟﻌﺰ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺴﻼﻡ ﻓﻲ ” ﺣﻞ ﺍﻟﺮﻣﻮﺯ “اي ﺍﺳﺘﻮﺍﺀ ﻣﻨﺰﻩ ﻋﻦ ﺍﻟﺠﻠﻮﺱ ﻭﺍﻹﺳﺘﻘﺮﺍﺭ الي مكان.
 Ditanyakan kepada Imam Ahmad Bin Hanbal Ra tentang Istiwa’ bagi Allah. Maka Imam Ahmad Bin Hanbal menjawab Istiwa sesuai dengan apa yang sudah disampaikan dari kabar Al Qur’an dan tidak seperti apa yang terbersit dalam pikiran atau hati manusia. (Perkataan ini disebutkan oleh Imam Syaikh Sulthanul Ulama Izzuddin Bin Abdissalam Asy Syafi’ie dalam kitab Al Khal Ar Rumuz bahwa Istiwa Bagi Allah Tanzih dan bersih dari unsur duduk dan Istiqrar yang butuh tempat).

 فما حكم المجسم. هل كفر أم ﻻ؟؟؟ نعم، المجسم كفر. ﻗﺎﻝ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ : “ﻣﻦ ﻗﺎﻝ ﺃﻭ ﺍﻋﺘﻘﺪ ﺃﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺟﺎﻟﺲ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﻓﻬﻮ ﻛﺎﻓﺮ ” (ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺑﻦ ﺍﻟﻤﻌﻠﻢ ﺍﻟﻘﺮﺷﻲ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺑﻪ ﻧﺠﻢ ﺍﻟﻤﻬﺘﺪﻱ ﻭﺭﺟﻢ ﺍﻟﻤﻌﺘﺪﻱ، ﺹ 155)
 Maka bagaimana hukum mujassim? Apakah kufur atau tidak? Ya, Hukum mujassim adalah kafir. Imam Asy Syafi’i Ra berkata: “Orang yang meyakini bahwa Allah duduk di atas ‘Arasy, maka ia kafir” (Riwayat Ibn al Mu’allim al Qurasyi dalam kitabnya “Najm al Muhtadi wa Rajm al Mu’tadi” , Hal.155).

 ﻗﺎﻝ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺃﺑﻮ ﺣﻨﻴﻔﺔ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ : “ﻣﻦ ﻗﺎﻝ ﺑﺤﺪﻭﺙ ﺻﻔﺔ ﻣﻦ ﺻﻔﺎﺕ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﻭ ﺷﻚ ﺃﻭ ﺗﻮﻗﻒ ﻛﻔﺮ” ( ﺫﻛﺮﻩ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺑﻪ ﺍﻟﻮﺻﻴﺔ)
 Imam Abu Hanifah Ra berkata: “Orang yang berkata bahwa salah satu sifat dari sifat- sifat Allah baru, atau ragu atau diam, Maka ia telah kafir” (disebutkan dalam kitabnya al Washiyyah).

 ﻗﺎﻝ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺃﺣﻤﺪ ﺑﻦ ﺣﻨﺒﻞ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ: “ﻣﻦ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺟﺴﻢ ﻻ ﻛﻸﺟﺴﺎﻡ ﻛﻔﺮ” (ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺤﺎﻓﻆ ﺑﺪﺭ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﺍﻟﺰﺭﻛﺸﻲ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺑﻪ ﺗﺸﻨﻴﻒ ﺍﻟﻤﺴﺎﻣﻊ)
 Imam Ahmad bin Hambal Ra berkata: “Orang yang berkata bahwa Allah adalah benda yang tidak seperti benda-benda maka ia telah kafir” (Riwayat al Hafizh Badrud Din az-Zarkasyi dalam Tasyniif al Masaami’).

 ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﺍﻟﻜﻤﺎﻝ ﺑﻦ ﺍﻟﻬﻤﺎﻡ ﺍﻟﺤﻨﻔﻲ: “ﻣﻦ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺟﺴﻢ ﻻ ﻛﻸﺟﺴﺎﻡ ﻛﻔﺮ” (ﺫﻛﺮ ﺫﻟﻚ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺑﻪ ﻓﺘﺢ ﺍﻟﻘﺪﻳﺮ، ﺑﺎﺏ ﺍﻹﻣﺎﻣﺔ، ﺍﻟﻤﺠﻠﺪ ﺍﻷﻭﻝ)
 Syekh al Kamal bin al Humam al Hanafi Ra berkata: “Orang yang berkata bahwa Allah adalah benda yang tidak seperti benda- benda maka ia telah kafir” (disebutkan dalam kitabnya Fath al Qadir, bab al Imamah , jilid.1).

 ﻗﺎﻝ صاحب المذهب اهل السنة والجماعة ﺃﺑﻮ ﺍﻟﺤﺴﻦ ﺍﻷﺷﻌﺮﻱ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ: “ﻣﻦ ﺍﻋﺘﻘﺪ ﺃﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺟﺴﻢ ﻓﻬﻮ ﻏﻴﺮ ﻋﺎﺭﻑ ﺑﺮﺑﻪ ﻭﺇﻧﻪ ﻛﺎﻓﺮ ﺑﻪ” (ﺫﻛﺮﻩ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺑﻪ ﺍﻟﻨﻮﺍﺩﺭ)
 Pemimpin mazhab Aswaja Al Imam Abu al Hasan al Asy’ariy Ra berkata: “Orang yang meyakini bahwa Allah adalah benda, maka ia tidak mengenal tuhannya dan ia kafir kepada- Nya” (disebutkan dalam kitabnya an-Nawadir).

 ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻧﻈﺎﻡ ﺍﻟﻬﻨﺪﻱ : “ﻭﻳﻜﻔﺮ ﺑﺈﺛﺒﺎﺕ ﺍﻟﻤﻜﺎﻥ ﻟﻠﻪ ” ( ﺫﻛﺮﻩ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺑﻪ ﺍﻟﻔﺘﺎﻭﻯ ﺍﻟﻬﻨﺪﻳﺔ، ﺍﻟﻤﺠﻠﺪ ﺍﻟﺜﺎﻧﻲ)
 Syekh Nizham al Hindiy berkata: “Dan kafir orang yang menetapkan tempat bagi Allah” (disebutkan dalam kitabnya al Fatawa al Hindiyyah, jilid 2).

 ﻗﺎﻝ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﺑﺪﺭﺍﻟﺪﻳﻦ ﺑﻦ ﺑﻠﺒﺎﻥ ﺍﻟﺪﻣﺸﻘﻲ ﺍﻟﺤﻨﺒﻠﻲ: “ﻓﻤﻦ ﺍﻋﺘﻘﺪ ﺃﻭ ﻗﺎﻝ ﺇﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﺬﺍﺗﻪ ﻓﻲ ﻛﻞ ﻣﻜﺎﻥ ﺃﻭ ﻓﻲ ﻣﻜﺎﻥ ﻓﻜﺎﻓﺮ” (ﺫﻛﺮﻩ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺑﻪ ﻣﺨﺘﺼﺮ ﺍﻹﻓﺎﺩﺍﺕ، ﺹ 489)
 Imam Muhammad bin Badruddin bin Balban ad-Dimasyqiy al Hambaliy berkata: “Orang yang meyakini atau berkata bahwa Allah dengan Dzat-Nya berada di setiap tempat atau di tempat tertentu, maka ia kafir” (disebutkan dalam kitabnya Mukhtashar al Ifaadaat, hal. 489).

 ﻭﻗﺎﻝ ﺃﻳﻀﺎ: “ﻭﻻ ﻳﺸﺒﻪ ﺷﻴﺌﺎ ﻭﻻ ﻳﺸﻴﻬﻪ ﺷﻰﺀ، ﻓﻤﻦ ﺷﺒﻬﻪ ﺑﺸﻰﺀ ﻣﻦ ﺧﻠﻘﻪ ﻓﻘﺪ ﻛﻔﺮ ﻛﻤﻦ ﺍﻋﺘﻘﺪﻩ ﺟﺴﻤﺎ ﺃﻭ ﻗﺎﻝ ﺇﻧﻪ ﺟﺴﻢ ﻻ ﻛﻸﺟﺴﺎﻡ” (ﺫﻛﺮﻩ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺑﻪ ﻣﺨﺘﺼﺮ ﺍﻹﻓﺎﺩﺍﺕ، ﺹ 490).
 Ia juga berkata: “Allah tidak menyerupai sesuatupun dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya, maka orang yang menyerupakan Allah dengan sesuatu dari makhluk-Nya maka ia telah kafir seperti halnya orang yang meyakini bahwa Allah adalah benda, atau juga mengatakan bahwa Allah adalah benda yang tidak seperti benda-benda” (disebutkan dalam kitabnya Mukhtashar al Ifaadaat, hal. 490).

 ﻧﻘﻞ ﺍﻟﺤﺎﻓﻆ محي الدين ابو زكريا بن شرف ﺍﻟﻨﻮﻭﻱ الشافعي ﻋﻦ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺍﻟﻤﺘﻮﻟﻲ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ: ” ﺃﻥ ﻣﻦ ﻭﺻﻒ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﺎﻻﺗﺼﺎﻝ ﻭﺍﻻﻧﻔﺼﺎﻝ ﻛﺎﻥ ﻛﺎﻓﺮﺍ ” (ﺭﻭﺿﺔ ﺍﻟﻄﺎﻟﺒﻴﻦ، ﺍﻟﻤﺠﻠﺪ ﺍﻟﻌﺎﺷﺮ، ﺹ 15).
 Al Hafizh Muhyiddin Abu Zakaria bin Syaraf an-Nawawi Asy Syafi’iy menukil dari Imam al Mutawalli asy-Syafi’iy: “Sesungguhnya orang yang menyifati Allah dengan menempel (ittishal) atau terpisah (infishal) adalah orang kafir” (disebutkan dalam kitab Raudlatul ath-Thalibin, jilid 10, hal. 15).

 ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻣﺤﻤﻮﺩ ﻣﺤﻤﺪ ﺧﻄﺎﺏ ﺍﻟﺴﺒﻜﻲ : ﻭﻗﺪ ﻗﺎﻝ ﺟﻤﻊ ﻣﻦ ﺍﻟﺴﻠﻒ ﻭﺍﻟﺨﻠﻒ ﺇﻥ ﻣﻦ ﺍﻋﺘﻘﺪ ﺃﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻲ ﺟﻬﺔ ﻓﻬﻮ ﻛﺎﻓﺮ ” (ﺫﻛﺮﻩ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺑﻪ ﺇﺗﺤﺎﻑ ﺍﻟﻜﺎﺋﻨﺎﺕ).
 Syekh Mahmud Muhammad Khaththab as-Subkiy berkata: “Banyak ulama salaf dan khalaf menegaskan bahwa orang yang meyakini Allah berada di suatu arah, maka ia kafir” (disebutkan dalam kitabnya Ithaf al Ka-inaat).

 ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻤﻔﺴﺮ فخر الدين ﺍﻟﺮﺍﺯﻱ: “إﻥ ﺍﻋﺘﻘﺎﺩ ﺃﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺟﺎﻟﺲ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﺃﻭ ﻛﺎﺋﻦ ﻓﻲ ﺍﻟﺴﻤﺎﺀ ﻓﻴﻪ ﺗﺸﺒﻴﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﺨﻠﻘﻪ ﻭﻫﻮ ﻛﻔﺮ”.
 Al Mufassir Fahruddin ar-Razi berkata: “Sesungguhnya keyakinan bahwa Allah duduk di atas ‘Arasy atau ia berada di langit, adalah menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya dan keyakinan tersebut adalah kufur”.

 ﻗﺎﻝ ﺷﻴﺦ ﺍﻷﺯﻫﺮ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﺳﻠﻴﻢ ﺍﻟﺒﺸﺮﻱ ﺍﻟﻤﺎﻟﻜﻲ: “ﻣﻦ ﺍﻋﺘﻘﺪ ﺃﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺟﺴﻢ ﺃﻭ ﺃﻧﻪ ﻣﻤﺎﺱ ﻟﻠﺴﻄﺢ ﺍﻷﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﻭﺑﻪ ﻗﺎﻟﺖ ﺍﻟﻜﺮﺍﻣﻴﺔ ﻭﺍﻟﻴﻬﻮﺩ ﻭﻫﺆﻻﺀ ﻻ ﻧﺰﺍﻉ ﻓﻲ ﻛﻔﺮﻫﻢ” ( ﻧﻘﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﺳﻼﻣﺔ ﺍﻟﻘﻀﺎﻋﻲ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺑﻪ “ﻓﺮﻗﺎﻥ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ” ، ﺹ 100).
 Syekh Salim al Bisyri al Maliky –guru besar Universitas al Azhar Mesir berkata: “Orang yang berkeyakinan bahwa Allah adalah benda atau Ia menyentuh bagian atas ‘Arasy –dan ini adalah keyakinan kelompok al Karramiyyah juga orang-orang yahudi- mereka ini tidak diragukan kekufurannya” (dinukil oleh Syekh Salamah al Qudla’i dalam Furqan al Qur’an, hal. 100).

 ﻗﺎﻝ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ : ” ﺍﻟﻤﺠﺴﻢ ﻛﺎﻓﺮ” (ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺤﺎﻓﻆ ﺍﻟﺴﻴﻮﻃﻲ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺑﻪ ﺍﻷﺷﺒﺎﻩ ﻭﺍﻟﻨﻈﺎﺋﺮ، ﺹ 488).
 Imamuna Syafi’i Ra berkata: “Orang yang meyakini Allah adalah benda (al Mujassim) adalah kafir” (Riwayat al Hafizh as-Suyuthi dalam kitabnya al Asybah wa an-Nazhair, hal. 488).

 ﻗﺎﻝ ﺍﺑﻦ ﺣﻤﺪﺍﻥ ﺍﻟﺤﻨﺒﻠﻲ [ 695 ﻫـ] ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺑﻪ ﻧﻬﺎﻳﺔ ﺍﻟﻤﺒﺘﺪﺋﻴﻦ ﻓﻲ ﺃﺻﻮﻝ ﺍﻟﺪﻳﻦ: ” ﻭﺃﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻟﻴﺲ ﺑﺠﻮﻫﺮ ﻭﻻ ﻋﺮَﺽ ﻭﻻ ﺟﺴﻢ ﻭﻻ ﺗـﺤﻠﻪ ﺍﻟﺤﻮﺍﺩﺙ ﻭﻻ ﻳـﺤﻞ ﻓﻲ ﺣﺎﺩﺙ ﻭﻻ ﻳﻨﺤﺼﺮ ﻓﻴﻪ .” ﺇﻟﻰ ﺃﻥ ﻗﺎﻝ “: ﻫﻮ ﺍﻟﻐﻨﻲ ﻋﻦ ﻛﻞ ﺷﻰﺀ، ﻭﻻ ﻳﺴﺘﻐﻨﻲ ﻋﻨﻪ ﺷﻰﺀ، ﻭﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﺸﺒﻪ ﺷﻴﺌﺎ ﻭﻻ ﻳﺸﺒﻬﻪ ﺷﻰﺀ، ﻭﻣﻦ ﺷﺒَّﻬﻪ ﺑﺨﻠﻘﻪ ﻓﻘﺪ ﻛﻔﺮ، ﻧﺺ ﻋﻠﻴﻪ ﺃﺣﻤﺪ، ﻭﻛﺬﺍ ﻣﻦ ﺟﺴَّﻢ، ﺃﻭ ﻗﺎﻝ: ﺇﻧﻪ ﺟﺴﻢ ﻻ ﻛﺎﻷﺟﺴﺎﻡ، ﺫﻛﺮﻩ ﺍﻟﻘﺎﺿﻲ .” ﺍﻫـ ﺛﻢ ﻗﺎﻝ : ﻭﻣﻦ ﻗﺎﻝ ﺇﻧﻪ ﺑﺬﺍﺗﻪ ﻓﻲ ﻛﻞ ﻣﻜﺎﻥ ﺃﻭ ﻓﻲ ﻣﻜﺎﻥ ﻓﻜﺎﻓﺮ.” ﺍﻫـ
 Berkata Ibnu Hamdan Al Hambaliy Ra (Wafat 695 H) dalam kitabnya ‘Nihayah Al Mubtadi’in Fii Ushul Ad Diin ‘Allah bukanlah Jauhar, Bukan Sesuatu benda, Bukan Jism tubuh, Tidak bisa meliputinya sesuatu apapun perkara yang baru, Tidak terliputi perkara baru, dan tidak mencakup didalamnya. Beliau berkata: Dia tidak butuh terhadap apapun tapi apapun itu butuh terhadap -Nya. Dia tidak serupa dengan sesuatu dan sesuatu apapun tidak ada yang serupa denganNya. Barangsiapa yang menyerupakanNya dengan makhlukNya dia Kafir. Inilah Nash dari Imam Ahmad Bin Hanbal. Begitu juga kafir orang menjismkan Allah seperti tubuh. Begitu pula kafir orang yang menganggap Allah Jisim tapi tidak seperti Jism Jism yang lain. Sebagaimana riwayat perkataan Imam Ahmad Bin Hanbal dari Al Qhadhi. Kemudian beliau berkata: “Barangsiapa yang mengatakan Allah dalam Dzat-Nya ada di manapun tempat atau disuatu tempat maka dia kafir. (Selesai perkataan Imam Ibnu Hamdan Al Hambaliy).

 ﺇﺫﺍ ﻣﺎ ﻣﻌﻨﻰ ﻛﻠﻤﺔ ﺍﻹﺳﺘﻮﺍﺀ ﻓﻲ ﻟﻐﺔ ﺍﻟﻌﺮﺏ ؟؟؟ ﺍﻹﺳﺘﻮﺍﺀ ﻟﻬﺎ ﺍﻛﺜﺮ ﻣﻦ ١٥ ﻣﻌﻨﻰ ﻓﻬﻲ ﺗﺄﺗﻲ ﺑﻤﻌﻨﻰ ﻗﻬﺮ ﻭﺑﻤﻌﻨﻰ استعلى وبمعني نضج وبمعنى استقام وبمعنى تم وبمعنى استقر ﻭﺑﻤﻌﻨﻰ ﺣﻔﻆ ﻭ ﺍﺑﻘﻰ و قصد وﺃقبل وتماثل وتساوى واعتدل وتمكن وتملك وغير ذلك . ﻭﻟﻜﻦ ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻴﺔ ﺍﻟﻔﺮﻗﺔ ﺍﻟﻤﺠﺴﻤﺔ ﻗﺎﻟﻮﺍ استقر فوق ﺑﺎﻟﻘﻌﻮﺩ ﻭﺍﻟﺠﻠﻮﺱ فقط. ﻭﺍﻟﻌﻴﺎﺫ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻗﺎﺳﻮﺍ ﺻﻔﺎﺕ ﺍﻟﺨﺎﻟﻖ ﻋﻠﻰ ﺻﻔﺎﺕ ﺍﻟﻤﺨﻠﻮﻕ.
 Sebenarnya apa makna استوى (Istawa) dalam bahasa Arab? Makna استوى dalam bahasa arab ada lebih dari 15 makna. Ada yang bermakna قهر ada makna استقام ada makna تم ada makna استعلى ada makna نضج ada makna استقر ada makna حفظ ada makna , ابقى, قصد ,ﺃقبل, تماثل, تساوى ، تملك ،اعتدل, تمكن dan yang lain. Namun sekte wahhabiyyah mujassimah hanya memaknai استوى dengan بالفوق استقر dengan makna duduk. Mereka menyamakan sifat Allah yang kholik dengan sifat makhluknya.

Wal’iyadzubillah! ﻫﻞ ﻳﻮﺟﺪ ﺀﺍﻳﺎﺕ ﻓﻴﻬﺎ ﺍﺳﺘﻮﻯ ؟؟؟ ﻧﻌﻢ، ﻳﻮﺟﺪ كثير كما في ﻗﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ : ﺫﻭ ﻣﺮﺓ ﻓﺎﺳﺘﻮﻯ .. ﻭﻗﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻓﻠﻤﺎ ﺑﻠﻎ ﺍﺷﺪﻩ ﻭﺍﺳﺘﻮﻯ.. وقوله تعالى ﻓَﺎﺳْﺘَﻮَﻯ ﻋَﻠَﻰ ﺳُﻮﻗِﻪ.
 Apakah ditemukan ayat yang lain dengan lafadz استوى ?
 Ya ditemukan banyak, Seperti firman Allah ﺫﻭ ﻣﺮﺓ ﻓﺎﺳﺘﻮﻯ firman yang lain ﻓﻠﻤﺎ ﺑﻠﻎ ﺍﺷﺪﻩ ﻭﺍﺳﺘوى، dan juga firman Allah
ﻓَﺎﺳْﺘَﻮَﻯ ﻋَﻠَﻰ ﺳُﻮﻗِﻪ. ِﻓﻤﺎﺫﺍ ﺗﻘﻮﻝ ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻴﺔ ﺍﻟﻤﺠﺴﻤﺔ ﺑﻬﺬﻩ ﺍﻷﻳﺎﺕ؟ ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻴﺔ ﻳﻘﻮﻟﻮﻥ ﻓﻲ ﻗﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ : ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﺍﺳﺘﻮﻯ … ﻋﻠﻰ : ﺃﻱ ﻓﻮﻕ ؟؟؟ ﻫﺬﺍ ﻣﻦ ﺳﺨﻒ ﻋﻘﻮﻟﻬﻢ ﻭﺳﻮﺀ ﻓﻬﻤﻬﻢ ﻭﺣﺒﻬﻢ ﻟﻠﺘﺠﺴيم. وﻣﺎﺫﺍ ﻳﻘﻮﻟﻮﻥ ﻓﻲ ﻗﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ : ﻭﻋﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻠﻴﺘﻮﻛﻞ ﺍﻟﻤﺘﻮﻛﻠﻮﻥ. ﻫﻞ ﻣﻌﻨﺎﻩ ﺃﻥ ﺍﻟﻤﺘﻮﻛﻠﻮﻥ ﻓﻮﻕ ﺍﻟﻠﻪ؟ ﻭﺍﻟﻌﻴﺎﺫ ﺑﺎﻟﻠﻪ.
 Lalu apa yang dikatakan Wahhabiyah dengan ayat الرحمن على العرش استوى adalah bermakna Allah ada di atas? Atas Mana? Inilah kelemahan akal mereka, dan keburukan kefahaman mereka serta kecintaan mereka terhadap Tajsim. Sekarang apa yang akan mereka katakan dengan ayat ‘
 ﻭﻋﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻠﻴﺘﻮﻛﻞ ﺍﻟﻤﺘﻮﻛﻠﻮﻥ ‘ ?
Apakah diartikan orang -orang yang bertawakkal ada diatas Allah ? Wal’iyadzubillah.

 ﺧﺴﺌﻮﺍ ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻴﺔ ﻭﻛﺬﺑﻮﺍ ﻭﻗﻮﻝ ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻴﺔ ﺑﺎﻟﺠﺎﺭﺣﺔ ؟؟؟ ﻧﻌﻢ، ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻴﺔ ﻻ ﺗﻨﻜﺮ ﺍﻧﻬﺎ ﺗﻘﻮﻝ ﻭﺗﻨﺴﺐ ﺍﻟﺠﺎﺭﺣﺔ ﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭ ﺟﻞ ﻭﺗﻨﺰﻩ ﻋﻤﺎ ﻳﻘﻮﻝ ﺍﻟﻈﺎﻟﻤﻮﻥ ﻋﻠﻮﺍ ﻛﺒﻴﺮﺍ ﺃﻧﻈﺮ ﺍﻟﻰ ﻛﺘﺒﻬﻢ ﺍﻟﻤﺴﻤﺎﺓ : ﻣﺎ ﻫﻮ ﺷﻜﻞ ﺍﻟﻠﻪ … ﻭﺃﻳﻦ ﺍﻟﻠﻪ … ﻭﺍﻟﻌﻴﺎﺫ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺘﺴﻤﻴﺎﺕ.
 Wahhabiyah semakin jauh dari kebenaran dan melakukan kebohongan serta ucapan mereka yang sangat penuh dengan cacat dengan menisbatkan anggota tubuh untuk Allah? Ya, Mereka tidak mengingkari bahwa Allah Azza Wa Jalla mempunyai anggota tubuh (Maha Suci Allah dari apa saja yang mereka sifatkan).
Lihatlah kitab -kitab karangan mereka yang diberi nama dan judul BAGAIMANA BENTUK ALLAH? ‘DIMANA ALLAH’? Sungguh sangat buruk cara menisbatkan nama kitab -kitab mereka terhadap Allah.

 ﻭﻣﻦ ﻣﻦ ﻋﻠﻤﺎﺋﻬﻢ ﻳﻘﻮﻝ ﺑﻬﺬﺍ ؟؟؟ ﻗﺪﻳﻤﺎ ﺍﺑﻦ ﺗﻴﻤﻴﺔ ﺍﻟﺤﺮﺍﻧﻲ ﻭﻣﻦ ﺛﻢ ﺍﻟﻀﺎﻝ ﺍﻟﻤﻀﻞ ﻣﺤﻤﺪ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻮﻫﺎﺏ ﻭﻻ ﻳﻐﺐ ﻋﻨﻚ ﺍﻟﻤﺠﺴﻢ ﺍﺑﻦ ﻋﺜﻴﻤﻴﻦ ﺍﻟﺬﻱ ﻗﺎﻝ : ﻟﻠﻪ ﻋﻴﻨﺎﻥ ﺣﻘﻴﻘﻴﺘﺎﻥ … ﻭﻏﻴﺮﻫﺎ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﺒﺎﺭﺍﺕ ﻭﺍﻹﻋﺘﻘﺎﺩﺍﺕ ﺍﻟﻜﻔﺮﻳﺔ ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻴﺔ ﻳﺤﺮﻣﻮﻥ ﺍﻹﺳﺘﻌﺎﻧﺔ. والمهم فوق المهم كلهم الثلاثة ليسوا من السلف.
 Siapakah ulama -ulama mereka yang berkata seperti ini? Yang pada awalnya dulu mengatakannya adalah Ibnu Taimiyyah Al Harrani dari dialah Muhammad Bin Abdul Wahhab sesat menyimpang mengambil sumber pedoman dan pendapat. Dan jangan kalian lupakan apa yang dikatakan Al Mujassim Ibnu Utsaimin yang berkata: Allah mempunyai dua mata secara hakiki. Dan berbagai pendapat dan perkataan yang mengandung keyakinan kufur. Wahhabiyah dihalangi dari mendapatkan pertolongan Allah dan yang paling penting lagi adalah ketiga orang ini bukan orang Salaf.
 ﺳﺒﺤﺎﻥ من قسم ﺍﻟﻌﻘﻮﻝ

PEMBAGIAN BID`AH



Dalam kitab Tahdzibul Asma’ wal Lughaat, yang menjelaskan lebih rinci lagi tentang pembagian bid’ah tersebut : 

ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺍﻟﻤﺠﻤﻊ ﻋﻠﻰ ﺇﻣﺎﻣﺘﻪ ﻭﺟﻼﻟﺘﻪ ﻭﺗﻤﻜﻨﻪ ﻓﻲ ﺃﻧﻮﺍﻉ ﺍﻟﻌﻠﻮﻡ ﻭﺑﺮﺍﻋﺘﻪ ﺃﺑﻮ ﻣﺤﻤﺪ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻌﺰﻳﺰ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺴﻼﻡ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺭﺿﻲ ﻋﻨﻪ ﻓﻲ ﺁﺧﺮ ﻛﺘﺎﺏ "ﺍﻟﻘﻮﺍﻋﺪ:" ﺍﻟﺒﺪﻋﺔ ﻣﻨﻘﺴﻤﺔ ﺇﻟﻰ: ﻭﺍﺟﺒﺔ، ﻭﻣﺤﺮﻣﺔ، ﻭﻣﻨﺪﻭﺑﺔ، ﻭﻣﻜﺮﻭﻫﺔ، ﻭﻣﺒﺎﺣﺔ. 
ﻗﺎﻝ : ﻭﺍﻟﻄﺮﻳﻖ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﺃﻥ ﺗﻌﺮﺽ ﺍﻟﺒﺪﻋﺔ ﻋﻠﻰ ﻗﻮﺍﻋﺪ ﺍﻟﺸﺮﻳﻌﺔ، ﻓﺈﻥ ﺩﺧﻠﺖ ﻓﻲ ﻗﻮﺍﻋﺪ ﺍﻹﻳﺠﺎﺏ ﻓﻬﻲ ﻭﺍﺟﺒﺔ، ﺃﻭ ﻓﻲ ﻗﻮﺍﻋﺪ ﺍﻟﺘﺤﺮﻳﻢ ﻓﻤﺤﺮﻣﺔ، ﺃﻭ ﺍﻟﻨﺪﺏ ﻓﻤﻨﺪﻭﺑﺔ، ﺃﻭ ﺍﻟﻤﻜﺮﻭﻩ ﻓﻤﻜﺮﻭﻫﺔ، ﺃﻭ ﺍﻟﻤﺒﺎﺡ ﻓﻤﺒﺎﺣﺔ، ﻭﻟﻠﺒﺪﻉ ﺍﻟﻮﺍﺟﺒﺔ ﺃﻣﺜﻠﺔ ﻣﻨﻬﺎ : ﺍﻻﺷﺘﻐﺎﻝ ﺑﻌﻠﻢ ﺍﻟﻨﺤﻮ ﺍﻟﺬﻱ ﻳﻔﻬﻢ ﺑﻪ ﻛﻼﻡ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻭﻛﻼﻡ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ - ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ، ﻭﺫﻟﻚ ﻭﺍﺟﺐ؛ ﻷﻥ ﺣﻔﻆ ﺍﻟﺸﺮﻳﻌﺔ ﻭﺍﺟﺐ، ﻭﻻ ﻳﺘﺄﺗﻰ ﺣﻔﻈﻬﺎ ﺇﻻ ﺑﺬﻟﻚ ﻭﻣﺎ ﻻ ﻳﺘﻢ ﺍﻟﻮﺍﺟﺐ ﺇﻻ ﺑﻪ، ﻓﻬﻮ ﻭﺍﺟﺐ، ﺍﻟﺜﺎﻧﻲ ﺣﻔﻆ ﻏﺮﻳﺐ ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ ﻭﺍﻟﺴﻨﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﻠﻐﺔ، ﺍﻟﺜﺎﻟﺚ ﺗﺪﻭﻳﻦ ﺃﺻﻮﻝ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻭﺃﺻﻮﻝ ﺍﻟﻔﻘﻪ، ﺍﻟﺮﺍﺑﻊ ﺍﻟﻜﻼﻡ ﻓﻲ ﺍﻟﺠﺮﺡ ﻭﺍﻟﺘﻌﺪﻳﻞ، ﻭﺗﻤﻴﻴﺰ ﺍﻟﺼﺤﻴﺢ ﻣﻦ ﺍﻟﺴﻘﻴﻢ،
 ﻭﻗﺪ ﺩﻟﺖ ﻗﻮﺍﻋﺪ ﺍﻟﺸﺮﻳﻌﺔ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﺣﻔﻆ ﺍﻟﺸﺮﻳﻌﺔ ﻓﺮﺽ ﻛﻔﺎﻳﺔ ﻓﻴﻤﺎ ﺯﺍﺩ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺘﻌﻴﻦ ﻭﻻ ﻳﺘﺄﺗﻰ ﺫﻟﻚ ﺇﻻ ﺑﻤﺎ ﺫﻛﺮﻧﺎﻩ، ﻭﻟﻠﺒﺪﻉ ﺍﻟﻤﺤﺮﻣﺔ ﺃﻣﺜﻠﺔ ﻣﻨﻬﺎ: ﻣﺬﺍﻫﺐ ﺍﻟﻘﺪﺭﻳﺔ ﻭﺍﻟﺠﺒﺮﻳﺔ ﻭﺍﻟﻤﺮﺟﺌﺔ ﻭﺍﻟﻤﺠﺴﻤﺔ ﻭﺍﻟﺮﺩ ﻋﻠﻰ ﻫﺆﻻﺀ ﻣﻦ ﺍﻟﺒﺪﻉ ﺍﻟﻮﺍﺟﺒﺔ، ﻭﻟﻠﺒﺪﻉ ﺍﻟﻤﻨﺪﻭﺑﺔ ﺃﻣﺜﻠﺔ ﻣﻨﻬﺎ ﺇﺣﺪﺍﺙ ﺍﻟﺮﺑﻂ ﻭﺍﻟﻤﺪﺍﺭﺱ، ﻭﻛﻞ ﺇﺣﺴﺎﻥ ﻟﻢ ﻳﻌﻬﺪ ﻓﻲ ﺍﻟﻌﺼﺮ ﺍﻷﻭﻝ، ﻭﻣﻨﻬﺎ ﺍﻟﺘﺮﺍﻭﻳﺢ، ﻭﺍﻟﻜﻼﻡ ﻓﻲ ﺩﻗﺎﺋﻖ ﺍﻟﺘﺼﻮﻑ، ﻭﻓﻲ ﺍﻟﺠﺪﻝ، ﻭﻣﻨﻬﺎ ﺟﻤﻌﺎﻟﻤﺤﺎﻓﻞ ﻟﻼﺳﺘﺪﻻﻝ ﺇﻥ ﻗﺼﺪ ﺑﺬﻟﻚ ﻭﺟﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ. ﻭﻟﻠﺒﺪﻉ ﺍﻟﻤﻜﺮﻭﻫﺔ ﺃﻣﺜﻠﺔ: ﻛﺰﺧﺮﻓﺔ ﺍﻟﻤﺴﺎﺟﺪ، ﻭﺗﺰﻭﻳﻖ ﺍﻟﻤﺼﺎﺣﻒ، 
ﻭﻟﻠﺒﺪﻉ ﺍﻟﻤﺒﺎﺣﺔﺃﻣﺜﻠﺔ: ﻣﻨﻬﺎ ﺍﻟﻤﺼﺎﻓﺤﺔ ﻋﻘﺐ ﺍﻟﺼﺒﺢ ﻭﺍﻟﻌﺼﺮ، ﻭﻣﻨﻬﺎ: ﺍﻟﺘﻮﺳﻊ ﻓﻲ ﺍﻟﻠﺬﻳﺬ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺂﻛﻞ، ﻭﺍﻟﻤﺸﺎﺭﺏ، ﻭﺍﻟﻤﻼﺑﺲ، ﻭﺍﻟﻤﺴﺎﻛﻦ، ﻭﻟﺒﺴﺎﻟﻄﻴﺎﻟﺴﺔ، ﻭﺗﻮﺳﻴﻊ ﺍﻷﻛﻤﺎﻡ. ﻭﻗﺪ ﻳﺨﺘﻠﻒ ﻓﻲ ﺑﻌﺾ ﺫﻟﻚ ﻓﻴﺠﻌﻠﻪ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﻣﻦ ﺍﻟﺒﺪﻉ ﺍﻟﻤﻜﺮﻭﻫﺔ، ﻭﻳﺠﻌﻠﻪ ﺁﺧﺮﻭﻥ ﻣﻦ ﺍﻟﺴﻨﻦ ﺍﻟﻤﻔﻌﻮﻟﺔﻓﻲ ﻋﻬﺪ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ - ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﻓﻤﺎ ﺑﻌﺪﻩ، ﻭﺫﻟﻚ ﻛﺎﻻﺳﺘﻌﺎﺫﺓ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﺍﻟﺒﺴﻤﻠﺔ ﻫﺬﺍ ﺁﺧﺮ ﻛﻼﻣﻪ

 “Syaikhul Imam Abu Muhammad ‘Abdul ‘Aziz bin Abdis Salam didalam akhir kitabnya al- Qawaid berkata : “bid’ah terbagi kepada hukum yang wajib, haram, mandub, makruh dan mubah. 
Ia berkata : metode yang demikian untuk memaparkan bid’ah berdasarkan kaidah kaidah syari’ah, sehingga 
1. Apabila masuk pada qaidah (penetapan) hukum wajib maka itu bid’ah wajibah, 
2. Apabila masuk pada qaidah (penetapan) hukum haram maka itu bid’ah muharramah, 
3. Apabila masuk pada qaidah (penetapan) hukum mandub maka itu bid’ah mandubah, 
4. Apabila masuk pada qaidah (penetapan) hukum makruh maka itu bid’ah makruhah, 
5. Apabila masuk pada qaidah (penetapan) hukum mubah maka itu bid’ah mubahah.

 Diantara contohnya masing-masing adalah ; 
1. Bid’ah Wajibah seperti : menyibukkan diri belajar ilmu-ilmu sehingga dengannya bisa paham firman-firman Allah Ta’ala dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam, itu wajib karena menjaga menjaga syariah itu wajib, dan tidak mungkin menjaga kecuali dengan hal itu, dan sesuatu kewajiban yang tidak sempurna kecuali dengannya maka itu wajib, menjaga bahasa asing didalam al-Qur’an dan as- Sunnah, mencatat (membukukan) ilmu ushuluddin dan ushul fiqh, perkataan tentang jarh dan ta’dil, membedakan yang shahih dari buruk, dan sungguh kaidah syariah menunjukkan bahwa menjaga syariah adalah fardlu kifayah”. 

2. Bid’ah Muharramah seperti : aliran (madzhab) al-Qadariyah, al-Jabariyah, al- Murji’ah, al-Mujassimah, dan membantah mereka termasuk kategori bid’ah yang wajib (bid’ah wajibah). 

3. Bid’ah Mandzubah (Bid’ah yang Sunnah) seperti : membangun tempat- tempat rubath dan madrasah, dan setiap kebaikan yang tidak ada pada masa awal Islam, diantaranya adalah (pelaknasaan) shalat tarawih, perkataan pada detik-detik tashawuf, dan lain sebagainya. 

4. Bid’ah Makruhah seperti : berlebih- lebihan menghiasai masjid, menghiasi mushhaf danlain sebagainya. 

5. Bid’ah Mubahah seperti : bersalaman (berjabat tangan) selesai shalat shubuh dan ‘asar, jenis-jenis makanan dan minuman, pakaian dan kediaman. 

Dan sungguh telah berselisih pada sebagian yang demikian, sehingga sebagian ‘ulama ada yang memasukkan pada bagian dari bid’ah yang makruh, sedangkan sebagian ulama lainnya memasukkan perkara sunnah yang dilakukan pada masa Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam dan setelah beliau, dan itu seperti mengucapkan isti’adzah didalam shalat dan basmalah. Ini akhir perkataan beliau. 

“ Kesimpulannya sudah jelas yaitu bahwa tidak semua bid’ah dihukumi haram, melainkan harus ditinjau terlebih dahulu status hukumnya. Semua itu karena ternyata ada bid’ah yang tidak bertentangan dengan syariat Islam, diistilahkan dengan bid’ah hasanah (baik) dan ada juga bid’ah yang bertentangan dengan syariat Islam, di istilahkan dengan bid’ah yang buruk.

Kalam Hikmah Ulama



✒ تفقدوا الحلاوة في ثلاث:
 في الصلاة، وفى القرآن، وفى الذكر، فإن وجدتموها فامضوا وأبشروا، فإن لم تجدوها فاعلم أن بابك مغلق 
 Carilah kelezatan dalam 3 perkara:
dalam shalat, dalam alQuran, dan dalam dzikir. Jika kalian menemukannya, teruskanlah dan bergembiralah. Namun jika tidak menemukannya, maka ketahuilah bahwa pintumu tertutup.
 ✒ لا يجد حلاوة الآخرة رجل يحب أن يعرفه الناس 
 Tidak akan mendapati kelezatan akhirat, seseorang yang senang popularitas. 
 ✒ لا يجد العبد حلاوة العبادة حتى يجعل بينه وبين الشهوات حائطا من حديد 
 Seorang hamba tidak akan mendapati kelezatan ibadah hingga dia menjadikan dinding besi antara dia dan syahwat-syahwatnya. 
 ✒ حلاوة الطاعة بالإخلاص تذهب بوحشة العجب Kelezatan taat itu dicapai dengan keikhlasan dan sirna dengan kemurungan ujub. 
 ✒ سقم الجسد في الأوجاع، وسقم القلوب في الذنوب، فكما لا يجد الجسد لذة الطعام عند سقمه، كذلك لا يجد القلب حلاوة العبادة مع الذنوب 
 Jasad sakit karena lapar, sementara hati sakit karena dosa. Sebagaimana jasad tidak dapat merasakan kelezatan makanan ketika sakit, demikian pula hati tidak dapat merasakan kelezatan ibadah karena dosa.

PERDEBATAN AL HAFIZH AS-SAYYID AHMAD SHIDDIQ AL-GHUMARI AL HASANY BERSAMA 3 ULAMA SALAFY WAHHABY



Nama lengkap beliau adalah Syaikh Al Muhaddits Abul Faidh Ahmad bin Muhammad bin Shiddiq Al Ghumari Al Maghribi, beliau wafat th 1380-H. Beliau hafal lebih dari 100.000 hadits dan telah mengarang puluhan kitab-kitab takhrij, tahqiq bahkan 'ilal wal juruh terhadap hadits-hadist namun beliau tidak gembar-gembor seperti yang lain. Diantara kitab-kitab karangan beliau adalah :

 1- المداوي لعلل الجامع الصغير وشرحي المناوي
2- الهداية تخريج البداية وهو تخريج لاحاديث بداية المجتهد لابن رشد
3- رفع المنار لطرق حديث "من سئل عن علم فكتمه ألم بلجام من نار
4- المسهم في بيان حال حديث طلب العلم فريضة علي كل مسلم
5- الأجوبة الصارفة لأشكال حديث الطائفة ومعه كتابه : إظهار ما كان خفيا بنكارة حديث لو كان العلم بالثريا
6- بيان تلبيس المفتري محمد زاهد الكوثري
7- إقامة الدليل على حرمة التمثيل
8- الاستعاذة والحسبلة ممن صحح حديث البسملة
9- تبيين البَلَه ممن انكر وجود حديث : ومن لغا فلا جمعة له
10- ابراز الوهم المكنون من كلام ابن خلدون
11- #####
12- وسبل الهدى والرشاد في ابطال حديث اعمل لدنياك كانك تعيش ابدا
13- وهدية الصغراء بتصحيح حديث التوسعة يوم عاشوراء
14- والافضال والمنة في رؤية النساء لله في الجنة
15- والاقناع بصحة صلاة الجمعة في المنزل خلف المذياع
16- الاستنفار لغزو التشبه بالكفار
17- الحسبة على من جوز صلاة الجمعة بلا خطبة

 Al-Hafizh As Sayyid Ahmad bin Muhammad bin Al-Shiddiq Al-Ghumari Al-Hasani adalah seorang ulama ahli hadits yang terakhir menyandang gelar AL-HAFIZH (gelar tertinggi dalam bidang ilmu hadits). Ia memiliki kisah perdebatan yang sangat menarik dengan ulama kaum Wahhabi. Dalam kitabnya: ( جؤنة العطار في طرف الفوائد ونوادر الأخبار),
 sebuah autobiografi yang melaporkan perjalanan hidupnya, beliau mencatat sebuah kisah sebagai berikut ; “Pada tahun 1356 H ketika saya menunaikan ibadah haji, saya berkumpul dengan tiga orang ulama Wahhabi di rumah Syaikh Abdullah al-Shani’ di Mekkah yang beliau juga seorang ulama Wahhabi dari Najd. Dalam pembicaraan itu, mereka menampilkan seolah-olah mereka ahli hadits, amaliahnya paling sesuai dengan hadits dan anti terhadap taklid. Tanpa terasa, pembicaraan pun masuk pada soal penetapan ketinggian tempat Allah Subhanahu wa Ta‘ala dan bahwa Allah Subhanahu wa Ta‘ala itu ada di atas ‘Arasy sesuai dengan ideologi Wahhabi. Mereka menyebutkan beberapa ayat al-Qur’an yang secara literal (zhahir) mengarah pada pengertian bahwa Allah Subhanahu wa Ta‘ala itu ada di atas ‘Arasy sesuai keyakinan mereka.
 Seperti ayat ; الرَّحْمَنُ عَلَى العَرْشِ اسْتَوَى ) طه/ 5 “Ar Rahman yg bersemayam di atas 'Arsy."
 (QS Thaha : 5) ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى العَرْشِ ) الأعراف/ 54 "Kemudian IA bersemayam di atas 'Arsy."
(QS Al A'raf : 54)
 Akhirnya saya (al-Ghumari) berkata kepada mereka: “Apakah ayat-ayat yang Anda sebutkan tadi termasuk bahagian dari al-Qur’an?”

 Para Ulama Wahhabi itu menjawab: “Ya.”

 Saya berkata: “Apakah meyakini apa yang menjadi maksud ayat-ayat tersebut dihukumi wajib?”

 Para ulama Wahhabi serentak menjawab: “Ya.”

 Saya berkata: “Lalu bagaimana dengan firman Allah subhanahu wa ta‘ala: وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَمَا كُنْتُمْ). (الحديد : ٤) “Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada?!” (QS. al-Hadid : 4).
Apakah ini juga termasuk al-Qur’an?”

Para ulama Wahhabi tersebut menjawab: “Ya, tentu saja termasuk al-Qur’an.”

 Saya berkata: “Lalu bagaimana dengan firman Allah subhanahu wa ta‘ala: مَا يَكُوْنُ مِنْ نَجْوَى ثَلاَثَةٍ إِلاَّ وَهُوَ رَابِعُهُمْ. (المجادلة : ٧). “Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah yang keempatnya….” (QS. al-Mujadilah : 7).
 Apakah ayat ini termasuk al-Qur’an juga?”

 Para ulama Wahhabi itu menjawab: “Ya, itupun termasuk al-Qur’an.”

 Saya berkata: “(Kedua ayat ini menunjukkan bahwa Allah subhanahu wa ta‘ala tidak di langit). Lalu mengapa Anda menganggap ayat-ayat yang Anda sebutkan tadi yang menurut asumsi Anda menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta‘ala ada di langit lebih utama untuk diyakini dari pada kedua ayat yang saya sebutkan yang menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta‘ala ada di langit lebih utama untuk diyakini dari pada kedua ayat yang saya sebutkan yang menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta‘ala tidak ada di langit..?! Padahal kesemua ayat tersebut juga dari Allah Subhanahu wa Ta‘ala?”

 Para ulama Wahhabi itu menjawab: “Imam Ahmad yang mengatakan demikian.” Saya berkata kepada mereka: “Nah, mengapa kalian kali ini malah taklid kepada pendapat Imam Ahmad dan tidak mengikuti dalil..?!”

 Tiga ulama Wahhabi itu pun terbungkam. Tak satu kalimat pun keluar dari mulut mereka. Sebenarnya saya menunggu jawaban mereka yang lain, yaitu bahwa ayat-ayat yang saya sebutkan tadi harus dita’wil, sementara ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta‘ala ada di langit tidak boleh dita’wil.
Seandainya mereka menjawab demikian, tentu saja saya akan bertanya lagi kepada mereka, lalu siapa yang mewajibkan menta’wil ayat-ayat yang saya sebutkan dan melarang menta’wil ayat-ayat yang kalian sebutkan tadi..?!

 Seandainya mereka pun mengklaim adanya ijma’ ulama yang mengharuskan menta’wil ayat-ayat yang saya sebutkan tadi, tentu saja saya akan menceritakan kepada mereka informasi beberapa ulama Muhaddits besar seperti al-Hafizh Ibn Hajar tentang ijma’ ulama salaf untuk tidak menta’wil semua ayat-ayat sifat dalam al-Qur’an, bahkan yang wajib harus mengikuti pendekatan tafwidh (menyerahkan pengertiannya hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta‘ala).”

 Demikian kisah Al-Imam Al 'Allamah Al-Hafizh Ahmad bin Al-Shiddiq Al-Ghumari dengan tiga ulama besar kaum Wahhabi pada masanya. Aku menceritakan kisah ini bukan untuk mencela siapapun, dan bukan untuk berdebat kepada siapapun, karena umurku sangat pendek dan aku tak sempat mengisinya dengan perdebatan, namun aku hanya ingin menunjukkan bahwa jangan pernah kita mengklaim bahwa kebenaran adalah hanya milik kelompok kita, dan yang lain adalah salah, hendaklah kita saling menghormati walau dalam perbedaan, karena Islam hanya akan menjadi indah jika kita bisa saling mengakui kelebihan dan kelemahan kita dan juga orang lain wahai saudaraku.. Nafa'ani waiyyaakum.

 (Diambil dan diolah dari berbagai sumber)
Syaikh Al Muhaddits Al Hafizh Abul Faidh Ahmad bin Muhammad bin Shiddiq Al Ghumary Al Hasany Al Maghraby RahimahuLLAAHu Ta'ala 'anhu

Penghancur Kesombongan



Seharusnya kamu merasakan haqeqat kelemahanmu dengan kebetuhanmu pada tidur, sesungguhnya Allah swt memberikan kehidupan yang singkat ini terkadang di barengi dengan kesombongan, bangga diri dan tertipu di dalamnya.. Maka kamu butuh makan, minum dan tidur..(pertanda) kamu tidak memiliki kekuatan! 
 Simbol kelemahan nampak jelas atasmu dan selalu berada di keadaanmu, maka sudah seharusnya hatimu selalu merasa rendah dan memohon kepada Allah swt 
Wallahu a'lam 
 Allahumma shalli 'ala Sayyidina Muhammad wa'ala alihi washabihi wasalim

Guru Mulia Al-Habib Umar bin Hafidz

NASEHAT UNTUK DIRI



Ketika seseorang berusaha menjauhi hidupmu,
BIARKANLAH... Kepergiannya kan membuka peluang untuk seseorang yang lebih baik masuk dalam hidupmu.
Terkadang Masalah adalah sahabat terbaikmu karena Masalah kan membuatmu lebih kuat, lebih berhati-hati dan yang terpenting bisa membawamu menempatkan ALLAH di sisi yang terdekat.
Meremehkan diri adalah pilihan yang tak tepat, Jika kamu tidak bahagia dengan hidupmu, perbaikilah yang salah tanpa perlu menyalahkan orang lain, jangan berdiam dan teruslah melangkah.
Jangan membenci orang yang mengatakan buruk dan menjatuhkanmu karena merekalah salah satu penyebab yang membuatmu makin kuat.
Perasaan yang paling berbahaya adalah IRI karena iri melahirkan kebencian, dan kebencianlah yang akan membunuhmu perlahan.
Hidup terlalu singkat untuk menyesal, sadarilah... Mengeluh tidak menyelesaikan apapun, hanya akan menambah beban di hati dan menghambat langkahmu menuju pintu syukur dan bahagia. Berhenti mengeluh, berhenti mengeluh... Bertindaklah...!
Jangan terlalu besar diri dan bangga dia telah menyukaimu, hanya karena dia bersikap manis padamu. Kadang hadirnya menjadikanmu pilihan ketika dia bosan.
Orang bijak adalah dia yang tahu siapa yang harus dipercaya. Orang yang lebih bijak adalah dia yang bisa dipercaya.

KISAH TAUBATNYA MALIK BIN DINAR



 Diriwayatkan dari Malik bin Dinar, dia pernah ditanya tentang sebab-sebab dia bertaubat, maka dia berkata : "Aku adalah seorang polisi dan aku sedang asyik menikmati khamr, kemudian aku beli seorang budak perempuan dengan harga mahal, maka dia melahirkan seorang anak perempuan, aku pun menyayanginya. Ketika dia mulai belajar berjalan, maka cintaku bertambah padanya. Setiap kali aku meletakkan minuman keras dihadapanku anak itu datang padaku dan mengambilnya dan menuangkannya di bajuku, ketika umurnya menginjak dua tahun dia meninggal dunia, maka aku pun sangat sedih atas musibah ini. Ketika malam di pertengahan bulan Syaban dan itu di malam Jumaat, aku meneguk khamr lalu tidur belum shalat isya'. Maka aku bermimpi seakan-akan kiyamat itu terjadi, dan terompet sangkakala ditiup, orang mati dibangkitkan, seluruh makhluk dikumpulkan dan aku berada bersama mereka, kemudian aku mendengar sesuatu yang bergerak di belakangku, ketika aku menoleh ke arahnya kulihat ular yang sangat besar berwarna hitam kebiru-biruan membuka mulutnya menuju kearahku, maka aku lari tunggang langgang karena ketakutan, di tengah jalan kutemui seorang syaikh yang berpakaian putih dengan wangi yang semerbak, maka aku ucapkan salam atasnya dia pun menjawabnya, maka aku berkata :
 "Wahai syaikh ! Tolong lindungilah aku dari ular ini semoga Allah melindungimu". Maka syaikh itu menangis dan berkata padaku : "Aku orang yang lemah dan ular itu lebih kuat dariku dan aku tak mampu mengatasinya, akan tetapi bergegaslah engkau mudah-mudahan Allah menyelamatkanmu", maka aku bergegas lari dan memanjat sebuah tebing Neraka hingga sampai pada ujung tebing itu, aku lihat kobaran api Neraka yang sangat dahsyat, hampir saja aku terjatuh kedalamnya karena rasa takutku pada ular itu. Namun pada waktu itu seorang menjerit memanggilku, "Kembalilah engkau karena engkau bukan penghuni Neraka itu!", aku pun tenang mendengarnya, maka turunlah aku dari tebing itu dan pulang. Sedang ular yang mengejarku itu juga kembali. Aku datangi syaikh dan aku katakan, "Wahai syaikh, aku mohon kepadamu agar melindungiku dari ular itu namun engkau tak mampu berbuat apa-apa". Menangislah syaikh itu seraya berkata, "Aku seorang yang lemah tetapi pergilah ke gunung itu karena di sana terdapat banyak simpanan kaum muslimin, kalau engkau punya barang simpanan di sana maka barang itu akan menolongmu." Aku melihat ke gunung yang bulat itu yang terbuat dari perak. Di sana ada setrika yang telah retak dan tirai-tirai yang tergantung yang setiap lubang cahaya mempunyai daun-daun pintu dari emas dan di setiap daun pintu itu mempunyai tirai sutera. Ketika aku lihat gunung itu, aku langsung lari karena kutemui ular besar lagi. Maka tatkala ular itu mendekatiku, para malaikat berteriak : "Angkatlah tirai-tirai itu dan bukalah pintu-pintunya dan mendakilah ke sana!" Mudah-mudahan dia punya barang titipan di sana yang dapat melindunginya dari musuhnya (ular). Ketika tirai-tirai itu diangkat dan pintu-pintu telah dibuka, ada beberapa anak dengan wajah berseri mengawasiku dari atas. Ular itu semakin mendekat padaku maka aku kebingungan, berteriaklah anak-anak itu : "Celakalah kamu sekalian! Cepatlah naik semuanya karena ular besar itu telah mendekatinya". 
Maka naiklah mereka dengan serentak, aku lihat anak perempuanku yang telah meninggal ikut mengawasiku bersama mereka. Ketika dia melihatku, dia menangis dan berkata : "Ayahku, demi Allah!" Kemudian dia melompat bak anak panah menuju padaku, kemudian dia ulurkan tangan kirinya pada tangan kananku dan menariknya, kemudian dia ulurkan tangan kanannya ke ular itu, namun binatang tersebut lari. Kemudian dia mendudukkanku dan dia duduk di pangkuanku, maka aku pegang tangan kanannya untuk menghelai jenggotku dan berkata :
 "Wahai ayahku! Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah". (QS. Al-Hadid : 16).
 Maka aku menangis dan berkata : "Wahai anakku! Kalian semua faham tentang Al-Quran", maka dia berkata : "Wahai ayahku, kami lebih tahu tentang Al-Quran darimu", aku berkata : "Ceritakanlah padaku tentang ular yang ingin membunuhku", dia menjawab : "Itulah pekerjaanmu yang buruk yang selama ini engkau kerjakan, maka itu akan memasukkanmu ke dalam api Neraka", aku berkata : "Ceritakanlah tentang Syaikh yang berjalan di jalanku itu", dia menjawab : "Wahai ayahku, itulah amal soleh yang sedikit hingga tak mampu menolongmu", aku berkata : "Wahai anakku, apa yang kalian perbuat di gunung itu?", dia menjawab : "Kami adalah anak-anak orang muslimin yang di sini hingga terjadinya kiamat, kami menunggu kalian hingga datang pada kami kemudian kami memberi syafa'at pada kalian". 
Berkata Malik : "Maka akupun takut dan aku tuangkan seluruh minuman keras itu dan kupecahkan seluruh botol-botol minuman kemudian aku bertaubat pada Allah, dan inilah cerita tentang taubatku pada Allah".

 Sumber : Kitab At Tawwabin Ibnu Qudamah

KALAM NABI DAN WALI PENYEJUK HATI


داوم على سماع المواعظ ،فإن القلب إذا غاب عن المواعظ عمي
“Biasakan untuk menyimak (mendengarkan) nasehat-nasehat, sebab sesungguhnya hati ketika kosong dari nasehat maka akan buta”.
(Syaikh Abdul Qadir Al Jailani)
إنما هلك أمتى باتباع الهوى وحب الثناء و حب الدنيا
Rasulullah SAW bersabda : “Bahwasannya kehancuran umatku karena menuruti hawa nafsu, senang dipuji dan cinta dunia”.
اذا جالست بين العلماء فاحفظ لسانك، وإذا جالست بين الأولياء فاحفظ قلب
“Jika kamu duduk bersama para ulama' maka jagalah lisanmu dan bila kamu duduk dengan para aulia' maka jagalah hatimu”.
ترك العمل لأجل الناس رياء ، والعمل لأجلهم شرك
“Tidak melakukan sesuatu karena manusia adalah riya, dan melakukan sesuatu karena manusia adalah syirik”. (Ibnu al-'Iyyadl)
رِحْ نَفْسَكَ مِنَ التَّدْبِيرِ فما قامَ بهِ غيرُكَ عنْكَ لا تَقُم بهِ لنفسِكَ
“Istirahatkan dirimu dari mencemaskan masa depan. Apa yang sudah ditanggung pihak lain (Allah) untukmu, kau tidak perlu ikut menanggungnya”.
ما زلنا طالبين لله
“Selamanya kita adalah santri pencari ilmu karena Allah”
لايدرك النائم أنه يحلم إلا بعد أن يستيقظ وكذلك الغافل عن الآخرة لايدرك ماضيع إلا بعد أن يأتيه الموت . اللهم لا تجعلنا من الغافلين
“Orang yang tidur tidak akan tahu kalau dirinya sedang bermimpi kecuali setelah bangun, begitu juga orang yang lupa (lalai) akan akhirat tidak akan tahu kalau dirinya sedang menyia-nyiakan amal akhirat, kecuali setelah datangnya kematian. Ya Allah jangan jadikan kami orang-orang pelupa (lalai)”.
(Syaikh Sami al-Musaithir)
من اشتغل بنفســه شغل عن الناس
“Barang siapa sibuk dengan dirinya sendiri maka orang tersebut akan jauh dari mencari kekurangan orang lain”.
(Abu Sulaiman Ad-Darani)
غضب الاشراف يضهر فى افعالها # وغضب السفهاء يضهر فى السنتها
"Marahnya orang yang mulia bisa terlihat dari sikapnya, dan marahnya orang yang bodoh terlihat dari ucapan lisannya"
(Imam Syafi’i)
الوقت كالسيف فإن قطعته والا قطعك
“Waktu laksana pedang, jika engkau tidak memotongnya, maka ia akan memotongmu”
ونفسك إن لم تشغلها بالحق وإلاشغلتك بالباطل
“Nafsumu jika tidak engkau sibukkan dengan kebenaran (haq), niscaya akan menyibukkanmu dengan kebatilan”
سَلاَمَةَ الإِنْسَانِ فيِ حِفْظِ اللِّسَانِ
“Keselamatan seseorang ialah dengan menjaga lisannya”
مَنْ قَالَ: سُبْحَانَ اللَّهِ العَظِيمِ وَبِحَمْدِهِ، غُرِسَتْ لَهُ نَخْلَةٌ فِي الجَنَّةِ
“Barangsiapa yang mengucapkan : “Subhanallahil ‘Adhim wa bi-Hamdih”, ditanamkan untuknya sebatang pohon kurma di surge” (HR. Turmudhi)
اَلْحَـرْفُ يَـبْقَى بَعْدَ الْمَوْتِ شَاهِداً .. فَاكْتُبْ بِكَفِّكَ مَا تَـرَاهُ جَمِيْلاً
‘Huruf yg kamu tulis itu akan tetap ada sebagai saksi walaupun kamu sudah mati .. Maka tulislah dengan tanganmu hal-hal yg kamu lihat baik”
.
من علامة اتباع الهوى المسارعة إلى نوافل الخيرات و التكاسل عن القيام بالواجبات
“Diantara tanda seseorang mengikuti nawa nafsu adalah bersegera melakukan amaliyah-amaliyah yang sunnah namun malas untuk menegakkan yang bersifat wajib”
(Syaikh Ibnu ‘Athaillah As-Sakandariy)
لا تحتقر من دونك فلكلّ شيئ مزيّة
"Jangan menghina seseorang yang lebih rendah daripada kamu, karena setiap orang mempunyai kelebihan"
لا تحقرن من المعروف شيئا
"Jangan remehkan sedikitpun dari suatu kebaikan yang diperoleh"

Ketika Allah Berkehendak Merusak Hambanya



Dinukil dari kitab Tambihul Ghafilin
ﻗَﺎﻝَ ﺣَﺎﻣِﺪٌ ﺍﻟﻠّﻔﺎﻑُ : ﺇِﺫَﺍ ﺃَﺭَﺍﺩَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻫَﻠَﺎﻙَ ﺍﻣْﺮِﺉٍ ﻋَﺎﻗَﺒَﻪُ ﺑِﺜَﻠَﺎﺛَﺔِ ﺃَﺷْﻴَﺎﺀَ،ﺃَﻭَّﻟُﻬَﺎ ﻳَﺮْﺯُﻗُﻪُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢَ ﻭَﻳَﻤْﻨَﻌُﻪُ ﻋَﻦْ ﻋَﻤَﻞِ ﺍﻟْﻌُﻠَﻤَﺎﺀِ، ﻭَﺍﻟﺜَّﺎﻧِﻲ ﻳَﺮْﺯُﻗُﻪُ ﺻُﺤْﺒَﺔَ ﺍﻟﺼَّﺎﻟِﺤِﻴﻦَ ﻭَﻳَﻤْﻨَﻌُﻪُ ﻋَﻦْ ﻣَﻌْﺮِﻓَﺔِ ﺣُﻘُﻮﻗِﻬِﻢْ،ﻭَﺍﻟﺜَّﺎﻟِﺚُ ﻳَﻔْﺘَﺢُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺑَﺎﺏَ ﺍﻟﻄَّﺎﻋَﺎﺕِ ﻭَﻳَﻤْﻨَﻌُﻪُ ﻣِﻦْ ﺇِﺧْﻠَﺎﺹِ ﺍﻟْﻌَﻤَﻞِ . ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻳَﻜُﻮﻥُ ﺫَﻟِﻚَ ﻟِﺨُﺒْﺚِ ﻧِﻴَّﺘِﻪِ ﻭَﺳُﻮﺀِ ﺳَﺮِﻳﺮَﺗِﻪِ ﻟِﺄَﻥَّ ﺍﻟﻨِّﻴَّﺔَ ﻟَﻮْ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﺻَﺤِﻴﺤَﺔً ﻟَﺮَﺯَﻗَﻪُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﻣَﻨْﻔَﻌَﺔَ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢِ ﻭَﺍﻟْﺈِﺧْﻠَﺎﺹَ ﻟِﻠْﻌَﻤَﻞِ ﻭَﻣَﻌْﺮِﻓَﺔَ ﺣُﺮْﻣَﺔِ ﺍﻟﺼَّﺎﻟِﺤِﻴﻦَ .

Hamid al lafaf berkata :
" ketika Allah berkehendak merusak  hambanya maka Allah memberinya dengan tiga hal :


1. Allah memberikan kepadanya ilmu dan mencegahnya dari beramal dengan amalannya ahli ilmu.(maksudnya, mempunyai ilmu tapi tidak mau mengamalkan ilmunya)


2. Allah memberikan kepadanya bersahabat dengan orang-orang shaleh dan mencegahnya dari mengetahui hak-hak orang shaleh.

(maksudnya, sering berkumpul dengan orang-orang shaleh tapi malah merendahkan dan menghina mereka)

3. Allah membukakan kepadanya pintu ketaatan dan mencegahnya dari ikhlas dalam beramal.(maksudnya, sering beramal tapi tidak ikhlas)
semua hal itu terjadi sebab buruknya niat dan buruknya hati, karena jika memang baik niatnya  maka Allah ta'ala akan memberikan manfaatnya ilmu yaitu beramal dengan ilmu, memberikan ikhlas dalam beramal dan memberikan pengetahuan tentang kehormatan orang-orang shaleh.


wallahu a'lam.

7 CARA MENGATASI MARAH (DALAM RUMAH TANGGA)


 Marah adalah salah bentuk luapan rasa tidak puas atau tidak cocok manusia terhadap apa yang ada disekitarnya. Marah pertanda kita memiliki persaan. Semua orang pasti pernah marah tak terkecuali Nabi Muhammad SAW. Namun dalam soal marah pada istri, tak ada contoh Nabi yang bisa ditiru, Nabi Muhammad SAW. sama sekali tidak pernah marah pada istrinya. "Tak ada cerita Nabi Muhammad marah dalam urusan rumah tangganya. Rasul tidak pernah marah jika menyangkut pribadinya. Beliau marah jika menyangkut agama atau akhlak dan kesaksian tentang kesabaran Nabi ini diperoleh dari istrinya, Siti Aisyah. 
Namun kita harus hati-hati karena amarah itu adalah semacam api. Api bisa membakar apa saja yang tersentuh. Strategi untuk melawan api ini diberikan Nabi kepada umatnya, yang berkhasiat sama untuk mendinginkan pertengkaran akibat perbedaan pendapat antara suami istri.

 Berikut tips cara menghilangkan rasa marah: 
1. Bacalah ta`awudz (Audzubillahi minasy syaithanir rajiim). Bacaan ini yang dianjurkan Muhammad ketika dua orang di sisi Nabi saling mencela. Ujar Nabi, "Sesungguhnya aku akan ajarkan suatu kalimat yang kalau diucapkan akan hilang apa yang ada padanya. Yaitu sekiranya dia mengucapkan,: Audzubillahi minasy Syaithanirrajiim." 
2. Jika ucapan ta`awudz belum juga menghilangkan marah, posisikan tubuh kita menjadi lebih rendah dari sebelumnya. Misalnya, jika amarah datang sementara kita sedang berdiri, maka duduklah. Atau jika sedang duduk, rebahkanlah tubuh. 
3. Diam atau tidak berbicara. Cara ini sangat ampuh untuk mengontrol amarah. Berbicara saat sedang marah sangat berbahaya, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Apalagi jika diucapkan oleh seorang suami, bisa merupakan suatu keputusan mutlak. Ucapan "saya talak kamu" merupakan sebuah kalimat yang sah, kendati diucapkan dalam penuh emosi. Sementara bagi istri, ucapan dalam kemarahan memang tidak memberikan konsekuensi sebesar itu, tetapi tetap menimbulkan dosa. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad disebutkan, "Apabila di antara kalian marah, diamlah". Kalimat ini diucapkan Nabi Muhammad hingga tiga kali. 
4. Berwudu. Karena marah adalah api, yang bisa melawannya hanya air. "Sesungguhnya marah itu dari setan dan setan itu diciptakan dari api, dan api itu diredam dengan air maka apabila di antara kalian marah, berwudulah" (H.R. Ahmad). 
5. Ingin lebih tenang lagi? Lanjutkan dengan salat Syukrul Wudhu sebanyak dua rakaat. Salat ini bisa dilakukan kapan saja, kecuali pada saat yang diharamkan, yaitu seusai Isya dan Magrib atau seusai Subuh dan Duha ( saat terbenam dan terbit matahari). 
6. Selain empat hal tersebut, seorang suami bisa melakukan cooling down dengan mendiamkan istrinya atau pisah kamar sementara. Tentang waktunya tidak ditentukan. Hal ini terutama untuk istri yang melakukan nusyuz atau durhaka pada suami. Suami juga boleh memukul jika sang istri tetap durhaka, namun dengan aturan main yang benar, yaitu tidak di wajah dan tidak menyebabkan cacat. Berarti adalah pukulan yang amat perlahan yang merupakan sekadar peringatan. 
7. Kunci menghindari perbedaan pendapat menjadi sebuah pertengkaran hebat adalah dengan selalu melestarikan cinta kasih dan saling menolong antara suami istri. Saat kemarahan datang ingatlah jasa pasangan kita dan lupakan kesalahannya. Jangan sesekali mengingat jasa kita, tetapi ingatlah bahwa kita juga pernah berbuat kesalahan. Jika tips ini yang diterapkan dalam rumah tangga, insya Allah perbedaan pendapat hanya menjadi bumbu penyedap rumah tangga. 

Subhanallah... Semoga yang membaca tausiyah ini semua dosanya diampuni Allah, diangkat derajatnya, dikabulkan segala hajatnya dan mendapatkan pasangan yang sakinah serta anak yang sholeh/sholeha hingga bisa masuk surga melalui pintu mana saja yang dikehendaki. Aamiin Ya Rabbal 'Aalamiin

Susah Shalat Malam? Ini Kuncinya



Syekh Fudhail bin Iyadh berkata : “Jika engkau tidak mampu menunaikan shalat malam dan puasa di siang hari, maka ketahuilah bahwa engkau sebenarnya sedang dalam keadaan terhalang, karena dosa-dosamu begitu banyak. 

 1. Syekh brahim bin Adam pernah didatangi oleh seseorang untuk meminta nasehat agar ia bisa mengerjakan shalat malam. Beliau kemudian berkata kepadanya, “Janganlah engkau bermaksiat kepada Allah Azza Wajála di siang hari, niscaya Allah akan membangunkanmu untuk bermunajat dihadapan-Nya malam hari. Sebab munajatmu di hadapan- Nya di malam hari merupakan kemuliaan yang paling besar, sedangkan orang yang bermaksiat tidak berhak mendapatkan kemuliaan itu”.

2.Seseorang datang kepada Imam Ghazali untuk menanyakan kepada Beliau mengenai sesuatu yang menyebabkannya tidak bisa bangun malam untuk mengerjakan shalat. Beliau menjawab , “Dosa-dosamu telah membelenggumu “. Al-Hasan berkata, “ Tidaklah seseorang itu meninggalkan shalat malam kecuali karena dosa yang dilakukannya. Oleh karena itu , periksalah diri kalian setiap malam ketika matahari terbenam, kemudian bertaubatlah kepada Robb kalian, agar kalian bisa mengerjakan shalat malam.” Dalam kesempatan lain, beliau menjelaskan , “Di antara pertanda seseorang itu tenggelam dalam dosa adalah bahwa dadanya tidak pernah lapang untuk bisa mengerjakan puasa di siang hari dan mengerjakan shalat sunnah di malam hari”. 

 3. Sufyan Ats-Tsauri berkata , “Aku pernah terhalang ( tidak bisa bangun ) untuk mengerjakan shalat malam selama lima bulan disebabkan satu dosa yang telah aku lakukan”. Ditanyakanlah kepada beliau, “Dosa apakah itu ? “ Beliau menjawab, “Aku melihat seorang laki-laki yang menangis, lalu aku katakan di dalam hatiku bahwa itu dilakukan nya sebagai bentuk kepura-puraan saja” 

 4. Abdullah bin Mas’ud pernah ditanya oleh seseorang , “Kami tidak bisa bangun malam untuk mengerjakan shalat,”. Ia pun menjawab, “Dosa-dosamu telah membelenggumu “. 

 5. Demikian juga memakan barang yang haram akan menghalangi pelaksanaan shalat malam. Salah seorang dari kalangan Ulama mengatakan, ‘Betapa sering sesuap makanan itu menghalangi pelaksanaan shalat malam. Betapa sering pandangan itu menghalangi seseorang dari membaca satu surat dari Al-Qur’an. Sungguh seorang hamba itu akan menyantap satu makanan atau melakukan sesuatu perbuatan yang menyebabkannya tidak bisa mengerjakan shalat malam selama satu tahun.”

6. Demikian juga, kecintaan kepada dunia ( hubbud Dunya ) bisa menghalangi seseorang untuk melaksanakan shalat malam. Abu Thalib Al-Makki berkata, “Yang bisa menghalangi seorang hamba dari melakukan shalat malam, atau yang menjadikannya lalai dalam waktu sekian lama, ada tiga hal. Yaitu, menyantap makanan yang syubhat, terus-menerus melakukan perbuatan dosa, dan dominasi pikiran keduniaan terhadap hati.” 

7. Bertolak dari sini, kita bisa menyimpulkan bahwa yang bisa membantu seseorang agar bisa mengerjakan shalat malam itu adalah memakan makanan yang halal, istiqomah didalam bertaubat, menjauhi makanan yang haram dan syubhat, menjauhi dosa dan maksiat serta menolak dominasi pikiran keduniaan dan kecintaan kepada dunia dari dalam hati dengan cara selalu ingat mati dan memikirkan akhirat atau apa saja yang akan ditemui sesudah mati.

 Marraji / Refrensi :
 1. Al Hilyah (VIII/91)
 2. Tanbihul Mughtarrin
 3. Qashash wa Atsar fil Khithabah wal Irsyad ( V/34)
 4. Latha’iful Ma’arif
 5. Ash-Shalah wat Tahajjud
 6. Qútúl Qúlúb (I/88)

KESAKSIAN PARA ULAMA FIQIH TENTANG TASAWUF


Sesungguhnya tasawuf adalah Islam, dan Islam adalah tasawuf. Untuk mencapai kesempurnaan ibadah dan keyakinan dalam Islam, seseorang hendaknya mempelajari ilmu tasawuf melalui thariqah-thariqah yang mu’tabar dari segi silsilah dan ajarannya. Para ulama besar kaum muslimin sama sekali tidak menentang tasawuf, tercatat banyak dari mereka yang menggabungkan diri sebagai pengikut dan murid tasawuf, para ulama tersebut berkhidmat dibawah bimbingan seorang syaikh thariqah yang arif, bahkan walaupun ulama itu lebih luas wawasannya tentang pengetahuan Islam, namun mereka tetap menghormati para syaikh yang mulia, hal ini dikarenakan keilmuan yang diperoleh dari jalur pendidikan formal adalah ilmu lahiriah, sedangkan untuk memperoleh ilmu batiniyah dalam membentuk qalbun salim dan kesempurnaan ahlak, seseorang harus menyerahkan dirinya untuk berkhidmat dibawah bimbingan seorang syaikh tasawuf yang sejati.
Empat orang imam mazhab Sunni, semuanya mempunyai seorang syaikh thariqah. Melalui syaikh itulah mereka mempelajari Islam dalam sisi esoterisnya yang indah dan agung. Mereka semua menyadari bahwa ilmu syariat harus didukung oleh ilmu tasawuf sehingga akan tercapailah pengetahuan sejati mengenai hakikat ibadah yang sebenarnya.
Imam Abu Hanifah (Nu’man bin Tsabit – Ulama besar pendiri mazhab Hanafi) adalah murid dari Ahli Silsilah Thariqat Naqsyabandiyah yaitu Imam Jafar as Shadiq ra . Berkaitan dengan hal ini, Jalaluddin as Suyuthi didalam kitab Durr al Mantsur, meriwayatkan bahwa Imam Abu Hanifah (85 H.-150 H) berkata, “Jika tidak karena dua tahun, Nu’man telah celaka. Karena dua tahun saya bersama Sayyidina Imam Jafar as Shadiq, maka saya mendapatkan ilmu spiritual yang membuat saya lebih mengetahui jalan yang benar”.
Imam Maliki (Malik bin Anas – Ulama besar pendiri mazhab Maliki) yang juga murid Imam Jafar as Shadiq ra, mengungkapkan pernyataannya yang mendukung terhadap ilmu tasawuf sebagai berikut, “Barangsiapa mempelajari/mengamalkan tasawuf tanpa fiqih maka dia telah zindik, dan barangsiapa mempelajari fiqih tanpa tasawuf dia tersesat, dan siapa yang mempelari tasawuf dengan disertai fiqih dia meraih kebenaran.”
(‘Ali al-Adawi dalam kitab Ulama fiqih, vol. 2, hal. 195 yang meriwayatkan dari Imam Abul Hasan).
Imam Syafi’i (Muhammad bin Idris, 150-205 H ; Ulama besar pendiri mazhab Syafi’i) berkata, “Saya berkumpul bersama orang-orang sufi dan menerima 3 ilmu:
1. Mereka mengajariku bagaimana berbicara
2. Mereka mengajariku bagaimana memperlakukan orang lain dengan kasih sayang dan kelembutan hati
3. Mereka membimbingku ke dalam jalan tasawuf.”
(Riwayat dari kitab Kasyf al-Khafa dan Muzid al Albas, Imam ‘Ajluni, vol. 1, hal. 341)
Imam Ahmad bin Hanbal (164-241 H ; Ulama besar pendiri mazhab Hanbali) berkata, “Anakku, kamu harus duduk bersama orang-orang sufi, karena mereka adalah mata air ilmu dan mereka selalu mengingat Allah dalam hati mereka. Mereka adalah orang-orang zuhud yang memiliki kekuatan spiritual yang tertinggi. Aku tidak melihat orang yang lebih baik dari mereka”
(Ghiza al Albab, vol. 1, hal. 120 ; Tanwir al Qulub, hal. 405, Syaikh Amin al Kurdi)
Syaikh Fakhruddin ar Razi (544-606 H ; Ulama besar dan ahli hadits) berkata, “Jalan para sufi adalah mencari ilmu untuk memutuskan hati mereka dari kehidupan dunia dan menjaga diri agar selalu sibuk dalam pikiran dan hati mereka dengan mengingat Allah pada seluruh tindakan dan perilaku .”
(I’tiqad al Furaq al Musliman, hal. 72, 73)
Ibn Khaldun (733-808 H ; Ulama besar dan filosof Islam) berkata, “Jalan sufi adalah jalan salaf, yakni jalannya para ulama terdahulu di antara para sahabat Rasulullah Saww, tabi’in, dan tabi’it-tabi’in. Asasnya adalah beribadah kepada Allah dan meninggalkan perhiasan serta kesenangan dunia.”
(Muqadimah ibn Khaldun, hal. 328).
Imam Jalaluddin as Suyuti (Ulama besar ahli tafsir Qur’an dan hadits) didalam kitab Ta’yad al haqiqat al ‘Aliyyah, hal. 57 berkata, “Tasawuf yang dianut oleh ahlinya adalah ilmu yang paling baik dan terpuji. Ilmu ini menjelaskan bagaimana mengikuti Sunah Nabi Saww dan meninggalkan bid’ah.”
Bahkan Ibnu Taimiyyah (661-728 H), salah seorang ulama yang dikenal keras menentang tasawuf pada akhirnya beliau mengakui bahwa tasawuf adalah jalan kebenaran, sehingga beliaupun mengambil bai’at dan menjadi pengikut thariqah Qadiriyyah. 
Berikut ini perkataan Ibnu Taimiyyah didalam kitab Majmu al Fatawa Ibn Taimiyyah, terbitan Dar ar Rahmat, Kairo, Vol. 11, hal. 497, dalam bab. Tasawuf : “Kalian harus mengetahui bahwa para syaikh yang terbimbing harus diambil dan diikuti sebagai petunjuk dan teladan dalam agama, karena mereka mengikuti jejak Para Nabi dan Rasul. Thariqah para syaikh itu adalah untuk menyeru manusia kepada kehadiran dalam Hadhirat Allah dan ketaatan kepada Nabi.” Kemudian dalam kitab yang sama hal. 499, beliau berkata, “Para syaikh harus kita ikuti sebagai pembimbing, mereka adalah teladan kita dan kita harus mengikuti mereka. Karena ketika kita berhaji, kita memerlukan petunjuk (dalal) untuk mencapai Ka’ bah, para syaikh ini adalah petunjuk kita (dalal) menuju Allah dan Nabi kita.” Di antara para syaikh sufi yang beliau sebutkan didalam kitabnya adalah, Syaikh Ibrahim ibn Adham ra, guru kami Syaikh Ma’ruf al Karkhi ra, Syaikh Hasan al Basri ra, Sayyidah Rabi’ah al Adawiyyah ra, guru kami Syaikh Abul Qasim Junaid ibn Muhammad al Baghdadi ra, guru kami Syaikh Abdul Qadir al Jailani, Syaikh Ahmad ar Rifa’i ra, dll.
Didalam kitab “Syarh al Aqidah al Asfahaniyyah” hal. 128. Ibnu Taimiyyah berkata, “Kita (saat ini) tidak mempunyai seorang Imam yang setara dengan Malik, al Auza’i, at Tsauri, Abu Hanifah, as Syafi’i, Ahmad bin Hanbal, Fudhail bin Iyyadh, Ma’ruf al Karkhi, dan orang-orang yang sama dengan mereka.” Kemudian sejalan dengan gurunya, Ibnu Qayyim al Jauziyyah didalam kitab “Ar Ruh” telah mengakui dan mengambil hadits dan riwayat-riwayat dari para pemuka sufi.
Dr. Yusuf Qardhawi, guru besar Universitas al Azhar, yang merupakan salah seorang ulama Islam terkemuka abad ini didalam kumpulan fatwanya mengatakan, “Arti tasawuf dalam agama ialah memperdalam ke arah bagian ruhaniah, ubudiyyah, dan perhatiannya tercurah seputar permasalahan itu.” Beliau juga berkata, “Mereka para tokoh sufi sangat berhati-hati dalam meniti jalan di atas garis yang telah ditetapkan oleh Al-Qur,an dan As-Sunnah. Bersih dari berbagai pikiran dan praktek yang menyimpang, baik dalam ibadat atau pikirannya. Banyak orang yang masuk Islam karena pengaruh mereka, banyak orang yang durhaka dan lalim kembali bertobat karena jasa mereka. Dan tidak sedikit yang mewariskan pada dunia Islam, yang berupa kekayaan besar dari peradaban dan ilmu, terutama di bidang marifat, akhlak dan pengalaman-pengalaman di alam ruhani, semua itu tidak dapat diingkari.
Seperti itulah pengakuan para ulama besar kaum muslimin tentang tasawuf. Mereka semua mengakui kebenarannya dan mengambil berkah ilmu tasawuf dengan belajar serta berkhidmat kepada para syaikh thariqah pada masanya masing-masing. Oleh karena itu tidak ada bantahan terhadap kebenaran ilmu ini, mereka yang menyebut tasawuf sebagai ajaran sesat atau bid’ah adalah orang-orang yang tertutup hatinya terhadap kebenaran, mereka tidak mengikuti jejak-jejak para ulama kaum salaf yang menghormati dan mengikuti ajaran tasawuf Islam.

Mengenal Burdah Dan Manfaatnya



Tentang Imam Al-Bushiri
Di dalam kitab “Jamharatul Auliyaai wa A’laami Ahlit Tashauwufi ” , karangan ‘Aalimul Jalil as Sayyid Machmud Abul Faidl al Manufi al- Husaini, di jelaskan sebagai berikut :
“ Beliau seorang ustadz yang tegas, yang ‘arif sempurna, surya agama, tanda kebenaran ummat, guru (syaikh) orang – orang yang ahli hakikat : Abu ‘Abdillah Syarafuddin Muhammad bin Sa’id bin Hammad bin Muhsin bin ‘Abdullah bin Shanhaj bin Hilal As Shanhaji Al Bushiri.
Dilahirkan di Dalaash pada awal bulan Syawal hari Selasa tahun 608 H/1211 M. kedua orang tuanya dari Maghrib, kemudian menetap di Dalaash namun beliau besar di Bushir, sehingga kemudian lebih dikenal dengan Imam Al Bushiri.
Al Bushiri sebenarnya tak hanya terkenal dengan Burdah-nya. Ia juga dikenal sebagai Ahli Fiqih dan Ilmu Kalam. Namun nama Burdah telah menenggelamkan ketenarannya sebagai seorang sufi yang besar yang memiliki banyak murid. Dalam kaitannya dengan alam kesufian ini Beliau adalah pengikut Tarekat Syaziliyah dan merupakan murid dari Syeich Abul Abbas Al Mursi. dimana Syeich Abul Abbas Al Mursi sendiri adalah murid langsung dari Sayyidina Syeich Abul Hasan As Syazili (Pendiri Tarekat Syaziliyah). Tercatat bahwa Al Bushiri dan Syeich Abdullah bin Ahmad Athaillah (Pengarang Kitab Al Hikam) merupakan murid kesayangan dari Syeich Abul Abbas Al Mursi. Namun karya Burdah-nya dipandang sebagai puncak karya sastra dalam memuji Rasulullah SAW, Al Bushiri diberi gelar sebagai Sayyidul Muddah yang berarti “Pemimpin para pemuji Rasulullah SAW”.
Sayyid Mahmud Faidh Al Manufi menulis dalam bukunya, Jawharat al Awliya, bahwa Al Bushiri tetap istiqamah dalam hidupnya sebagai seorang sufi sampai akhir hayatnya. Beliau wafat pada tahun 696 H dan dimakamkan di Iskandaria, Mesir, sampai sekarang masih dijadikan tempat ziarah yang berdampingan dengan makam gurunya, Syeich Abul Abbas Al Mursi.
Dan setelah 2 (dua) tahun dari kewafatannya lahirlah Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad yang dikenal dengan Ibnu Jaabir Al Andalusi. Ia terpesona dengan qasidah Burdah, yang dikemudian hari hal ini mengilhaminya untuk membuat suatu qasidah dalam memuji Rasul SAW. Ibnu Jaabir Al Andalusi wafat pada bulan Jumadil Akhir 780 H, dimakamkan di Birroh, Andalusi.
Imam Ibnu Hajar mengatakan, “Al Bushiri adalah keajaiban yang ditampakkan Allah SWT dalam hal susunan prosa dan syair. Andaikan ia tidak memiliki karya kecuali qasidahnya yang terkenal dengan nama Al Burdah tersebut, itu sudah cukup mengangkat kemegahannya. Begitu pula qasidah hamziyah nya (qasidah yang diakhiri dengan hurup hamzah) yang memukau.”
Latar Belakang Munculnya Burdah
DR. Zakki Mubarak menyatakan : Al Bushiri mengemukakan kepada kita mengapa ia menulis Burdah, katanya : “Aku menyusun qasidah–qasidah ini untuk memuji Rasulullah SAW. Disamping itu temanku yang bernama Zainauddin Ya’qub bin Az Zubair meminta kepadaku untuk membuat suatu bentuk syair. Bertepatan kemudian peristiwa yang menimpa daku yaitu sakit lumpuh separo badanku, kemudian terpikir oleh daku untuk menyusun qasidahku ini dan aku pun mengerjakannya, dan aku mengharapkan syafa’at dengan qasidah itu kepada Allah SWT, agar Allah Ta’ala menyembuhkan daku, dan aku ulangi melagukannya, aku berdo’a, dan aku bertawassul dan aku pun tidur kemudian aku bermimpi melihat Nabi SAW.
Kemudian Nabi SAW mengusapku dengan tangannya yang berkat itu, dan memberikan kepadaku Burdah. Akupun tersentak, lalu terbangun, aku pun berdiri dan keluar dari rumahku, dan aku tidak pernah memberitahukan hal tersebut kepada seorang pun sampai kemudian sebagian orang – orang fakir menemui daku dan berkata kepadaku : “ Aku mengharapkan engkau memberikan kepadaku qasidah yang engkau buat memuji Rasulullah SAW”, kemudian aku berkata : yang mana? Sang Fakir berkata : ialah yang engkau karang waktu engkau sakit dan kemudian ia menyebut permulaannya, dan kemudian sang fakir berkata : “Demi Allah sungguh aku mendengarnya kemarin ketika disenandungkan disamping Rasulullah SAW dan Beliau bergerak – gerak dan hal itu mengherankan daku, kemudian Nabi SAW memberikan Burdah (selendang) kepada orang yang mensenandungkan
nya.
Ketika menyusun qasidah ini dan melihat Nabi SAW di dalam tidurnya, kemudian Al Bushiri melagukan di sisi Nabi SAW, dan seolah – olah Nabi SAW bergerak seperti halnya cabang – cabang pohon bergerak, setelah Al Bushiri sampai kepada kata – katanya
( ﻓـﻤﺒـﻠﻎ ﺍﻟﻌـﻠﻢ ﻓـﻴﻪ ﺃﻧـﻪ ﺑـﺸــﺮ ) ia tidak bisa menyempurnakannya, kemudian Rasulullah SAW berkata kepadanya : bacalah. Jawab Al Bushiri : saya tidak bisa membuat mishra’ (suatu ‘ajz, atau rangkaian kedua dari satu bait) terhadap mishra’nya yang pertama. Lalu Rasulullah SAW berkata : ( ﻭﺃﻧـﻪ ﺧـﻴـﺮﺧـﻠـﻖ ﺍﻟﻠﻪ ﻛﻠﻬـﻢ )karena itu Al Bushiri memasukkan mishra’ ini ke dalam baitnya tersebut, tepat seperti yang dikatakan oleh Nabi SAW, dan Al Bushiri menjadikan shalawat yang dibaca berulang – ulang setiap selesai membaca satu bait – bait Burdah, karena kecintaannya kepada lafadzh Nabi SAW.
Pada dasarnya Burdah itu sendiri tidak bisa menyebabkan kekeramatan bagi setiap orang, dan tidak lain hal itu bisa terjadi hanya karena mempercayainya dengan kesungguhan dan keikhlasan, sehingga tergambarlah keistimewaan, dan keajaiban – keajaiban, dan memang demikianlah Burdah itu bagi sebagian orang diamalkan untuk mengharapkan perjumpaan dirinya dengan Rasullullah SAW.
Secara umum Burdah memberikan pengaruh dalam hal antara lain :
a. Pengaruhnya di dalam kelompok – kelompok yang terkenal
Tidak ada yang menghafalkan qasidah yang panjang sebagaimana halnya mereka menghafalkan Burdah itu bahkan menjadikannya sebagai wirid : dibaca di waktu pagi dan sore, bahkan ada yang membaca di suatu makam yang bagus sesudah shalat fajar tiap hari Jum’at. Banyak pula orang – orang yang mengumpulkan anak – anak kecil untuk membaca Burdah di samping jenazah.
b. Di dalam karang – mengarang
Adapun pengaruhnya dalam dunia karang mengarang lahirlah banyak pengarang dan pensyarah terhadap burdah sehingga timbul bermacam-macam syarah (komentar). Dalam hal ini yang sudah memberi komentar antara lain ialah, Ibnu Sho-ight yang wafat tahun 776, Ali bin Muhammad al Qolasha wafat pada tahun 891, Syihabuddin ibn al-Imaad yang wafat pada tahun 808, Asyaikh Khalid al Azhary yang wafat tahun 905, Jalaludin al Machali, Muhammad bin Achmad al Marzuqiy, Muhammad al Mishry, Zakariya al Anshory
.
c. Di dalam pengajaran
Mengenai pengaruhnya di dalam pengajaran, hal ini di lakukan misalnya oleh ulama – ulama Al Azhar pada setiap hari kamis dan jum’at dengan mengajar Chassiyah Al Bajury ‘Alal Burdah.dan pengajaran ini banyak diikuti oleh pelajar dan mahasiswa.
d. Di dalam puisi
Pengaruh burdah dalam dunia atau dilingkungan syi’ir (sajak dan sastra) dan para sastrawan sangat besar sekali dan mereka memuatnya dalam sajak – sajaknya. Mensyatharnya (istilah syi’ir arab), melimakannya, mentujuhkannya, mensepuluhkannya, dan mengarudlkannya (membuat perumpamaan atau sajak yang menyerupainya).
Pengertian Burdah
Ibnu Saiyidih berkata : kata Burdah itu berasal dari Al Burdu yaitu baju yang bergaris – garis dan orang Arab mengkhususkannya untuk hiasan, jama’nya : abradun, abrudun dan burudun. Sedang Al Burdatu yaitu kain yang digunakan sebagai selimut. Ada yang mengatakan apabila terbuat dari bulu berumbai – rumbai dinamakan Burdah. Syamir mengungkapkan orang Arab Khuzaimiyah kerap kali menggunakan semacam sapu tangan/kain yang terbuat dari bulu yang ia gunakan bersarung, akupun menanyakannya : apakah namanya ini? Ia menjawab : ini adalah Burdah selubung yang bergaris. Burdah adalah kain persegi empat yang ada hitamnya. Burdah lebih mirip dengan selendang karena kasar atau halusnya.
a. Burdah atas nama Ka’ab bin Zuhair
Bânat Su’âd, itulah nama sebuah syair pujian yang sangat masyhur. Syair ini merupakan karya Ka’ab bin Zuhair yang memiliki saudara yang bernama Bujair yang terlebih dulu masuk Islam, ketika mengetahui Bujair masuk Islam Ka’ab marah dan saat itu timbul kebenciannya kepada Islam dan Rasulullah SAW . Beberapa kali Ka’ab mengejek Rasulullah SAW.
Sepulang Rasulullah SAW dari Perang Thâif, Bujair menulis surat kepada saudaranya untuk memeluk Islam dan mengingatkan kabar buruk jika ia menolak. Bujair menyarankan Ka’ab untuk bertaubat dan memeluk Islam.
Ka’ab mendatangi Rasulullah SAW di Madinah untuk bertaubat dan meminta perlindangan namun para sahabat ketika mendengar bahwa ia adalah Ka’ab langsung meminta izin kepada Rasulullah untuk memenggal kepalanya karena kelakuannya yang selalu menghina Nabi SAW. Saat itu Kaab bin Zuhair sudah berusia 100 tahun. Namun Nabi melarang para sahabat dan memaafkan Ka’ab yang telah bertaubat. Kaab bin Zuhair adalah salah satu penyair terkenal di kalangan Jahiliah dengan nama panggilan Ibnu Abi Salma.
Maha Suci Allah, Ka’ab langsung berubah dan menjadi sangat mencintai Rasulullah SAW, secara spontan Ka’ab melantunkan sebuah syair pujian untuk Rasulullah SAW yang terkanal dengan sebutan Banaat Su’aad (Putri-putri Su’ad) terdiri dari 59 bait puisi. Atas dasar itu Nabi SAW memberikan Burdah (jubah) yang dipakainya kepada Kaab bin Zuhair. Jubah yang menjadi milik keluarga Ka’ab tersebut akhirnya dibeli oleh Mu’awiyyah bin Abu Sufyan seharga (20.000) dua puluh ribu dirham, kemudian burdah tersebut dibeli lagi oleh Abu Ja’far Al Manshur dari Dinasti Abbasiyah dengan harga (40.000) empat puluh ribu dirham. Burdah itu hanya dipakai sekali olehnya pada waktu shalat ‘Id dan diteruskan secara turun – menurun.
b. Burdah atas nama Imam Al-Bushiri
Sedangkan qasidah Burdah yang disusun oleh Al Bushiri nama aslinya adalah Al-Kawakib Ad-Durriyyah fi Madhi Khair Al-Bariyyah (Bintang – bintang Gemerlap tentang Pujian terhadap Sang Manusia Terbaik). Namun lebih dikenal dengan nama Burdah Al-Madih Al-Mubarakah atau Burdah saja. Ia menulis burdah ini semata-mata untuk memuji Nabi SAW dan tidak mengharapkan sesuatu berupa harta benda seperti yang terjadi pada Ka’ab bin Zuhair sebagaimana tersebut diatas.
Al Bushiri hidup pada masa transisi yakni kekuasaan Dinasti Ayyubiyah ke Dinasti Mamalik Bahriyah. Dimana pergolakan politik terus berlangsung, akhlak masyarakat merosot, para pejabat pemerintah mengejar kedudukan dan kemewahan.
Munculnya qasidah Burdah itu juga merupakan reaksi terhadap situasi politik, _sosial dan kultur pada masa itu agar mereka senantiasa mencontoh kehidupan Nabi SAW.
Bacaan – bacaan Burdah
Ibrahim Al Bajuri menyatakan bait Burdah yang diawali dengan Alhamdulillah tidaklah termasuk rangkaian Burdah yang disusun oleh Imam Al Bushiri. Walaupun indah, menurut sastrawan Arab tidaklah tepat kalau Burdah yang disusun Al Bushiri dimulai dengan bait itu, karena kebiasaan sastrawan Arab di dalam memulai syairnya selalu didahului dengan menyebut maksud dan tujuan syairnya. Dalam hal ini karena Burdah dimaksud untuk memuji Nabi Muhammad SAW, keasyikan pengarang terhadap Nabi, jadi haruslah dimulai dengan menyebut tujuan keasyikan, kerinduan dan sebagainya.
Itu pula sebabnya penyair – penyair Arab tidak pernah memulai syairnya dengan “Bismillah” atau “Alhamdulillah”, kecuali kalau memang rangkaian gubahannya itu langsung berhubungan dengan pujian terhadap Allah SWT. Burdah ini terdiri dari 160 bait syair :
a. Di mulai dengan Amintarazak
ﺍﻣﻦ ﺗـﺬ ﻛـﺮ ﺟـﻴـﺮﺍﻥ ﺑـﺬﻱ ﺳـﻠـﻢ
ﻣـﺰﺟﺖ ﺩﻣﻌﺎ ﺟـﺮﻯ ﻣﻦ ﻣﻘـﻠﺔ ﺑـﺪﻡ
Artinya :
“Adakah karena engkau mengenang seorang kawan di Dzi Salami engkau mencucurkan air mata bercampur darah cupu matamu”
“ ataukah oleh karena_angin berhembus dari arah Kadzimah atau apakah oleh karena seminar kilat di waktu gelap dari arah danau Idlami.
Penjelasan :
· “Dzi Salami”, tempat antara Makkah dan Madinah.
· “Kadzimah”, jalan menuju Makkah.
· “Idlami”, sebuah oase (waduk, serupa danau) di dekat Madinah.
Nama – nama ini disebut untuk mengenang Nabi Muhammad SAW. Bukankah beliau dilahirkan di Makkah dan wafat di Madinah? Tempat – tempat itu pernah beliau lalui. Bahkan mungkin pula beliau berhenti di sana.
b. Di akhiri dengan Maa rannahat
ﻣﺎ ﺭﻧﺤـﺖ ﻋـﺬﺑﺎﺕ ﺍﻟﺒـﺎﻥ ﺭﻳـﺢ ﺻـﺒﺎ
ﻭﺍﻃـﺮﺏ ﺍﻟﻌـﻴـﺲ ﺣﺎﺩﻯ ﺍﻟﻌـﻴـﺲ ﺑـﺎﻟـﻨـﻐـﻢ
Artinya :
“ shalawat itu oh Ya Allah, sepanjang _angin timur yang meniup ke Ka’bah menghembus menggoyangkan pohon Bani dan selama onta yang indah warnanya masih berketipak – ketipuk pelan melangkah karena gembira, dibuai oleh suara berdendang penggiring sekumpulan onta bimbingannya”.
Sampai di sini habislah Al Burdah itu berjumlah 160 bait, menurut Syaikh Kholid al Azhariy, demikian pula kata Syaikh Ibrahim Al Bajuri di dalam syarahnya sebagaimana tersebut dalam Kitab Al Khorbuti. Namun ditambahkan oleh Syeikh Ibrahim Al Bajuri, sungguhpun demikian di naskah yang lain masih ada lagi kelanjutnya yaitu mulai dari
ﺛـﻢ ﺍﻟـﺮﺿﺎ ﻋـﻦ ﺍﺑـﻲ ﺑـﻜـﺮ ﻭﻋـﻦ ﻋـﻤـﺮ
ﻭﻋـﻦ ﻋـﻠـﻲّ ﻭﻋـﻦ ﻋـﺜـﻤـﺎ ﻥ ﺫﻯ ﺍﻟــﻜــﺮﻡ
sampai
ﺍﺑـﻴـﺎﺗـﻬـﺎ ﻗـﺪ ﺍﺗـﺖ ﺳـﺘــﻴـﻦ ﻣـﻊ ﻣـﺎﺋــﺔ
ﻓــﺮﺝ ﺑـﻬـﺎ ﻛــﺮﺑـﻨـﺎ ﻳـﺎ ﻭﺍﺳــﻊ ﺍﻟــﻜـﺮﻡ
Dengan demikian berjumlah 166 bait (sebagaimana termaktub di hadapan pembaca) Penutup yang indah ini akan memberikan kesan yang positif bagi pendengar dan hati pembacanya.
c. Fasal – fasal dalam Burdah
Atas dasar bait-bait diatas, maka ada pula sebagian ulama mengelompokkan Burdah Al Bushiri menjadi (10) sepuluh fasal atau bagian yang terdiri dari yaitu :
· Kecintaan kepada Rasulullah SAW
· Peringatan dari godaan hawa nafsu
· Puji – pujian kepada Nabi Muhammad SAW.
· Kelahiran Rasulullah SAW
· Mukjizat Rasulullah SAW
· Kemulian kitab suci Al Quran dan pujian atasnya
· Isra’ Mi’raj-nya beliau
· Beberapa kejadian peperangan Nabi Muhammad SAW
· Bertawasul kepada Rasulullah SAW
· Munajat dan mengahadapkan segala hajat
Maksud, Tujuan dan Manfaat Burdah
Selain Burdah masih banyak kumpulan syair pujian terhadap Nabi Muhammad SAW seperti Al Barzanji, Ad Diba’I, namun Burdah dianggap lebih istimewa karena keunikannya dalam beberapa hal.
a. Syair Burdah dianggap sebagai pelopor yang menghidupkan kembali penggubahan syair – syair pujian terhadap Nabi Muhammad SAW.
b. Memiliki sastra tingkat tinggi dan sarat dengan pesan – pesan etika.
c. Tidak sekedar menyajikan sejarah Nabi, tapi juga memberikan pendidikan, ajaran tasawuf dan pesan moral yang mendalam.
d. Sebagi wasilah atau sarana untuk mendapatkan kesembuhan dari penyakit.
e. Dipercaya memiliki kekuatan ghaib sehingga tidak jarang dibacakan pada saat ada hajatan tertentu.
f. Dibaca sebagai amalan khusus pada malam Jumat atau malam tertentu secara kontinyu agar mendapatkan syafaat Nabi SAW dan ampunan Allah Allah SWT.
Qashidah ini telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, seperti Persia, Turki, Urdu, Punjabi, Swahili, Pastum, Melayu, Sindi, Inggris, Prancis, Jerman, dan itali.
Di Hadramaut dan di daerah Yaman lainnya, diadakan pembacaan qashidah Burdah setiap shubuh hari Jumat atau ashar hari selasa. Sedangkan Ulama Al Azhar di Mesir banyak yang mengkhususkan hari kamis untuk pembacaan burdah dan mengadakan kajian serta penjelasan tentangnya. Sampai kini masih diadakan pembacaan burdah di mesjid – mesjid besar di Kota Mesir, seperti Masjid Imam Al-Husain, Masjid As-Sayyidah Zainab. Di negara Syam (Syiria), majelis –majelis qashidah Burdah juga diadakan di rumah - rumah dan di masjid - masjid yang di hadiri ulama besar. Di Maroko pun biasa diadakan majelis besar untuk pembacaan qashidah Burdah.
Pendapat Ulama’ Tentang Burdah
Burdah dapat dikatakan qasidah penting dalam pujian kepada Baginda Rasul SAW. Karena itu para ulama diseluruh dunia Islam menyambutnya dengan hangat.
Qashidah Burdah memang dikenal akan keindahan kata-katanya. Dr. De Sacy, seorang ahli Bahasa Arab di Universitas Sorbonne, Prancis, memujinya sebagai Karya puisi terbaik sepanjang masa.
Pembacaan Burdah juga merupakan suatu bentuk zikir untuk bershalawat kepada Baginda Nabi SAW. Digambarkan tidurnya Al Bushiri merupakan suatu vision, impian didalam kaum sufi sehingga karena itu suka sekali untuk membaca :
ﻣـﻮﻻﻱ ﺻـﻞّ ﻭﺳــﻠـﻢ ﺩﺍﺋـﻤـﺎ ﺍ ﺑــﺪﺍ
ﻋــﻠﻰ ﺣــﺒـﻴـﺒـﻚ ﺧــﻴـﺮﺍﻟــﺨــﻠـﻕ ﻛـﻠـﻬــﻢ
“ Oh Allah berikan shalawat dan salam sepanjang waktu atas kekasih-Mu, makhluk yang sebaik-baik makhluk ( Nabi Muhammad SAW).
Shalawat ini dibaca tiap kali sesudah membaca bait Burdah. Diceritakan bahwa Al Gharnawi membacakannya tiap malam agar bertemu dengan Nabi dalam tidurnya, tetapi tidak pernah berhasil. Lalu ia menanyakan hal tersebut kepada seorang Syeikh dan Syeik ini berkata : Barang kali engkau tidak memenuhi syaratnya. Al Gharnawi berkata : Bahwa saya ikuti dengan sempurna. Syeikh itu memeluknya kemudian berkata : sesungguhnya engkau tidak membaca shalawat sebagaimana Al Bushiri membaca shalawat atas Nabi SAW yaitu :
ﻣـﻮﻻﻱ ﺻـﻞّ ﻭﺳــﻠـﻢ ﺩﺍﺋـﻤـﺎ ﺍﺑــﺪﺍ
ﻋــﻠﻰ ﺣــﺒـﻴـﺒـﻚ ﺧــﻴـﺮﺍﻟــﺨــﻠـﻕ ﻛـﻠـﻬــﻢ
Ibnu Khaldun pernah mempersembahkan Burdah tersebut kepada Timur Lank, Pangeran Abdul Qadir Al Jazairi, dan Sang Pangeran menuliskan di benderanya satu bait Burdah saat berperang melawan Perancis yaitu :
ﻭ ﻣــﻦ ﺗــﻜـﻦ ﺑــﺮﺳــﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﻧــﺼـﺮﺗــﻪ
ﺍﻥ ﺗــﻠــﻘـﻪ ﺍﻷ ﺳــﺪ ﻓـﻲ ﺍﺟـﺎﻣــﻬـﺎ ﺗــﺠـﻢ
“ Barang siapa mengharapkan pertolongan dengan keberkahan Rasulullah, jika bertemu dengan harimau dihutan tidak akan diterkamnya “.
Syeikh Hasan bin Muhammad Syaddad Ba Umar dalam kitabnya : Kaifiyat al Wushul Liru’yat Sayyidina ar Rasul Muhammad SAW, menyatakan bahwa “ Aku telah diberitahu oleh tuan dan kekasihku Sayyid Ahmad Masyhur Al Haddad, dimana sebagian para pencinta telah datang kepadanya dan meminta saran darinya, bagaimana dapat mimipi bertemu Nabi SAW. Dia menyuruh untuk membaca suatu bait dari Burdah, dimana setiap satu kali membaca bait itu, hendaklah bershalawat atas Nabi SAW 10 kali. Kemudian orang itu melaksanakan perintahnya sehingga dapat bermimpi Rasul SAW. Adapun bait Burdah yang dibaca tersebut yaitu :
ﻧــﻌـﻢ ﺳــﺮﻯ ﻃــﻴـﻒ ﻣـﻦ ﺍﻫــﻮﻯ ﻓـــﺄﺭﻗـــﻨـﻰ
ﻭﺍﻟــﺤـﺐ ﻳــﻌـﺘــﺮﺽ ﺍﻟـﻠـــﺬﺍﺕ ﺑــﺎﻷﻟــﻢ
“ Ya … datang dengan diam-diam di malam hari orang yang kucintai dan menyebabkan aku tidak dapat tidur. Dan cinta itu mengganggu kelezatan dengan kengerian “.
Demikian seklumit tulisan perkenalan tentang Burdah. Apabila di dalam tulisan ini terdapat kesalahan dan kekurangan, maka dari itu diharapkan masukan dan sarannya untuk menambah khazanah kita. Semoga dengan ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua dan bisa di amalkan sebagaimana mestinya.

Sepenggal Kisah Nyata Dari Santri Abuya Assayyid Muhammad Alawi Almaliki yang perlu kita teladani!



Pada suatu malam Ramadhan, abuya Sayyid Muhammad
sibuk dengan banyak hal sehingga baru siap istirahat jam 2

malam. Ketika beliau siap utk istirahat tiba-tiba beliau
berkata: "Andai saja ada nasi biryani yang masih panas.."
Santri itu pun tersenyum karena menganggap kalimat Abuya itu
sebagai canda; nasi biryani panas di tengah malam. Tapi
sepertinya Abuya memang sedang membayangkan nasi
biryani, mungkin kesibukan beliau sejak habis tarawih itu
membuat beliau lapar lebih cepat.
Beberapa saat kemudian terdengar suara bel pintu gerbang
berbunyi, kamipun terkejut karena ada tamu di tengah
malam. Tak lama kemudian pejaga pintu gerbang datang
memberi tahu Abuya bahwa seseorang mau bertemu
abuya, saya lupa siapa orang itu, yang pasti dia orang
Makkah murid Abuya. Dengan rasa aneh abuya
mengizinkan tamu itu masuk.
Tamu itupun masuk membawa nampan besar yang
tertutup, nampan itu diletakkan di hadapan Abuya yang
sedang duduk di kursi.
Setelah basa basi sebentar tamu itu pulang.
Suasana masih sedikit tegang karena kami merasa tidak
wajar seorang murid Abuya berani menemui beliau di
tengah malam hanya untuk memberikan makanan, Abuya
menyuruh seorang dari kami untuk membuka nampan itu,
ternyata isinya adalah nasi biryani yang masih panas. Kami
semua tersenyum dan tiba-tiba sadar kalau sepuluh menit
yang lalu Abuya menginginkan nasi biryani.
Namun tiba-tiba Abuya beristighfar berulang-ulang, wajah
beliau nampak sangat sedih. Beliau kemudian berkata:
"Andai saja tadi aku menginginkan ampunan Allah saja,
andai saja tadi aku tidak menginginkan nasi biryani.."
Abuya merasa Allah mengabulkan keinginan beliau maka
beliau menyesal karena keinginan itu adalah kenikmatan
dunia; nasi biryani. Penyesalan itu membuat Abuya tidak
selera makan, beliau nampak sedih seperti kehilangan
sesuatu yang amat berharga! 
👍
🏼
X-Steel - Wait