Latest Updates

KUNCI SYURGA MUSLIMAH

Surga adalah idaman dan
harapan setiap orang beriman,
ia adalah akhir perjalanan bagi
semua orang yang taat dan
patuh kepada Allah Subhanahu
waTa ’ala dengan menjalankan
perintahNya dan menjauhi
laranganNya.
Untuk menggapai surga, maka
pentingnya seseorang untuk
mengetahui kunci yang
dengannya dia dapat
membuka pintu surga dan
masuk ke dalamnya.
Dalam hal ini, Rasulullah
shallallaahu ‘alaih wasallam
pernah menyebutkan kunci
surga yang khusus disediakan
untuk para wanita yang
kebanyakan kelak menjadi
penghuni neraka sebagaimana
yang pernah dinyatakan oleh
beliau juga. Dengan meraih
kunci ini, niscaya dia tidak
termasuk ke dalam golongan
para wanita penghuni neraka.
Rasulullah shallallaahu ‘alaih
wasallam telah merangkum
kunci surga muslimah dalam
empat perkara, dari
Abdurrahman bin Auf berkata,
Rasulullah shallallaahu ‘alaih
wasallam bersabda,
“Jika seorang wanita menjaga
shalat lima waktu, berpuasa
pada bulannya, menjaga
kehormatannya dan menaati
suaminya, niscaya dia masuk
surga dari pintu mana saja
yang dia inginkan. ” (HR. Ahmad
nomor 1661, hadits hasan
lighairihi).
Satu hal yang terpetik dari
sabda Nabi shallallaahu ‘alaih
wasallam di atas adalah bahwa
beliau hanya menyebutkan
perkara-perkara yang masuk
ke dalam jangkauan seorang
muslimah, di mana seorang
muslimah mampu
melaksanakannya tanpa
bergantung kepada orang lain
atau bergantung kepada
suaminya, di sini Rasulullah
shallallaahu ‘alaih wasallam
tidak menyinggung, misalnya,
haji, karena pelaksanaan
ibadah ini oleh seorang
muslimah bergantung kepada
suatu perkara yang mungkin
tidak dimilikinya, seperti
tersedianya bekal haji atau
tersedianya mahram, di sini
Rasulullah shallallaahu ‘alaih
wasallam juga tidak
menyinggung zakat, karena
perkaranya kembali kepada
kepemilikan harta dan pada
umumnya ia berada di tangan
kaum laki-laki, karena harta
adalah hasil bekerja dan yang
bekerja pada dasarnya adalah
kaum laki-laki.
Kunci pertama, menjaga shalat
lima waktu
Shalat adalah ibadah teragung,
hadir setelah ikrar dua kalimat
syahadat, satu-satunya ibadah
yang tidak menerima alasan
‘ tidak mampu’, wajib
dikerjakan dalam keadaan apa
pun selama hayat masih
dikandung badan dan akal
masih bekerja dengan baik,
pembatas antara seseorang
dengan kekufuran dan
kesyirikan, tidak heran jika
suatu ibadah dengan
kedudukan seperti ini
merupakan salah satu kunci
surga.
Jika menjaga shalat adalah
kunci surga, maka sebaliknya
menyia-nyiakannya adalah
gerbang neraka, ketika para
pendosa dicampakkan ke
dalam neraka, mereka ditanya,
apa yang membuat kalian
tersungkur ke dalam neraka?
Mereka menyebutkan rentetan
dosa-dosa yang diawali
dengan meninggalkan shalat.
Allah Subhanahu waTa ’ala
berfirman, artinya,
“Apakah yang memasukkan
kamu ke dalam Saqar
(neraka )?’ Mereka menjawab,
‘Kami dahulu tidak termasuk
orang-orang yang
mengerjakan shalat.” (QS.al-
Muddatstsir: 42-43).
Perkara menyia-nyiakan shalat
tidak jarang terjadi pada kaum
muslimin secara umum dan
kaum muslimat secara khusus,
banyak alasan dan hal yang
membuat mereka terjerumus
ke dalam perbuatan tidak
terpuji ini, di antara mereka
ada yang menyia-nyiakan
shalat karena malas dan
meremehkan, di antara mereka
ada yang terlalaikan oleh
kesibukan hidup, sibuk
bekerja, sibuk memasak, sibuk
mengurusi rumah tangga,
sibuk mengurusi anak-anak
dan suami, sibuk dengan
kegiatan-kegiatan lainnya
sehingga ibadah shalat
terbengkalai, padahal ibadah
shalat tidak menerima alasan
apa pun yang membuatnya
tersia-siakan, dan Allah
Subhanahu waTa ’ala telah
memperingatkan kaum
muslimin agar tidak terlalaikan
oleh dunia dari mengingatNya,
termasuk mengingatNya
melalui ibadah shalat.
Firman Allah Subhanahu
waTa’ala, artinya,
“Hai orang-orang beriman,
janganlah hartamu dan anak-
anakmu melalaikan kamu dari
mengingat Allah. Barangsiapa
yang berbuat demikian maka
mereka itulah orang-orang
yang merugi. ” (QS. al-
Munafiqun: 9).
Menjaga shalat lima waktu
mencakup menjaga waktunya
dalam arti melaksanakannya
tepat waktu, tidak
menundanya dan mengulur-
ulur waktunya sampai
waktunya hampir habis, atau
bahkan membiarkannya habis,
ini adalah shalat orang-orang
munafik, dan seorang
muslimah tidak patut
bermental munafik dalam
ibadah shalat.
Menjaga shalat mencakup
menjaga syarat-syarat dan
rukun-rukunnya di mana shalat
tidak sah tanpanya, menjaga
wajib-wajib dan sunnah-
sunnahnya yang merupakan
penyempurna bagi ibadah
shalat, semua ini menuntut
seorang muslimah untuk
belajar dan membekali diri
dengan ilmu yang shahih
tentang shalat. Tanpa ilmu
yang shahih tidak akan
terwujud menjaga shalat.
Kunci kedua, berpuasa di
bulannya
Puasa di bulan Ramadhan
adalah salah satu kunci surga,
lebih dari itu di surga tersedia
sebuah pintu khusus bagi
orang-orang yang berpuasa
yang dikenal dengan ‘ar-
Rayyan’, pintu masuk para
shaimin secara khusus, jika
mereka telah masuk, maka ia
akan ditutup.
Di samping berpuasa sebagai
kunci surga, ia juga
merupakan tameng dan
pelindung dari neraka,
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam menyatakan, ash-
shaumu junnah, puasa adalah
tameng atau pelindung, yakni
dari api neraka.
Karena puasa merupakan salah
satu kunci surga sekaligus
pelindung dari neraka maka
seorang muslimah harus
menjaganya, dalam arti
melaksanakannya dengan baik,
memperhatikan syarat, rukun
dan pembatalnya, karena
tanpanya dia tidak mungkin
berpuasa dengan baik.
Seorang muslimah juga harus
memperhatikan perkara qadha
puasa Ramadhan di hari-hari
lain jika dia mendapatkan
halangan pada bulan
Ramadhan sehingga tidak
mungkin berpuasa secara
penuh, jangan sampai
Ramadhan berikut hadir
sementara dia belum melunasi
hutang puasanya, perkara
mengqadha puasa di hari lain
ini sering terlupakan atau
terabaikan, karena kesibukan
hidup, padahal ia adalah
hutang yang jika tidak
dilaksanakan maka seorang
muslimah tidak bisa dikatakan
telah berpuasa di bulannya,
selanjutnya dia gagal meraih
kunci kedua dari kunci-kunci
masuk surga, dari sini bersikap
hati-hati dengan
menyegerakan qadha adalah
sikap bijak, karena penundaan
terkadang malah merepotkan
dan menyulitkan.
Kunci ketiga, menjaga
kehormatan.
Surga hanya bisa diraih
dengan keshalihan, hanya
wanita shalihah yang akan
masuk surga, shalihnya
seorang wanita dibuktikan
dengan beberapa sifat dan
akhlak, salah satunya dan yang
terpenting adalah menjaga
kehormatan diri. Allah
Subhanahu waTa ’ala
berfirman, artinya,
“Wanita yang shalih ialah yang
taat kepada Allah lagi
memelihara diri ketika
suaminya tidak ada karena
Allah telah memelihara
(mereka). ” (QS. an-Nisa`: 34).
Ayat ini menetapkan bahwa
memelihara diri meruapakan
wujud dari ketaatan seorang
wanita shalihah kepada Allah
kemudian kepada suaminya.
Nabi shallallaahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
“Sebaik-baik wanita adalah
wanita yang jika kamu melihat
kepadanya, maka kamu
berbahagia, jika kamu
memerintahkannya maka dia
menaatimu, jika kamu
bersumpah atasnya maka dia
memenuhinya dan jika kamu
meninggalkannya, maka dia
menjagamu pada diri dan
hartamu. ” (HR. an-Nasa`i)
Menjaga kehormatan berarti
membentengi diri dari
perkara-perkara yang
mencoreng dan merusak
kehormatan, yang menodai
dan menggugurkan kemuliaan,
dengan tetap bersikap dan
bertingkah laku dalam koridor
tatanan syariat yang suci lagi
luhur.
Menjaga kehormatan di zaman
di mana ajakan dan
propaganda kepada kerusakan
dan perbuatan keji semakin
meningkat dan menguat,
seruan dan arus serangan
yang ditujukan kepada wanita-
wanita muslimah dengan
agenda dan maksud
terselubung semakin gencar,
menjaga kehormatan di zaman
seperti ini terasa demikian sulit
dan berat, para penyeru dan
para jurkam kerusakan
membidik wanita muslimah
sebagai sasaran, mereka
memakai dan menggunakan
cara-cara yang melenakan dan
menggiurkan dengan nama
kemajuan, modernisasi,
pemberdayaan, pengentasan,
pembebasan dan kedok-kedok
palsu lainnya, zhahiruhu fihi ar-
Rahmah, wa bathinuhu ya`ti
min qibalihi al-adzab, racun di
balik kelembutan ular berbisa.
Dari sini maka seorang wanita
muslimah harus jeli dan cermat
sehingga dia tidak termakan
oleh rayuan gombal para
serigala yang berbulu domba,
hendaknya seorang muslimah
tetap berpegang kepada
aturan-aturan dan rambu-
rambu Islam yang luhur lagi
suci karena di sanalah
terkandung kebersihan dan
kesucian diri, hendaknya
seorang muslimah menimbang
dan mengukur setiap seruan
dan ajakan dengan timbangan
dan ukuran syar ’i yang baku
dan menyeluruh, hal ini agar
dia selamat dan tidak
terjerumus ke dalam perkara-
perkara yang merusak
kemuliaan dan kehormatannya.
Kunci keempat, menaati suami.
Menaati suami merupakan
lahan dan medan besar dan
luas bagi seorang muslimah, ia
merupakan ladang ibadah bagi
seorang muslimah yang
sesungguhnya setelah
penghambaannya kepada
Rabbnya.

0 Response to "KUNCI SYURGA MUSLIMAH"

Post a Comment

X-Steel - Wait