Abi Zahrul Mubarak, salah seorang guru tertinggi sekaligus wadir di salah satu dayah terbesar di Aceh, MUDI Mesjid Raya yang berlokasi di Samalanga Kabupaten Bireuen. Beliau kelahiran Mideun Jok, Samalanga 29 Juni 1979 dan merupakan anak tertua dari seorang ulama kharismatik Aceh, Abu Syeikh Hasanoel Bashry HG atau lebih dikenal dengan Abu MUDI. Beliau juga merupakan anak tertua dari 6 bersaudara. Kini beliau telah berkeluarga dan telah dikaruniai 4 orang anak, 1 laki-laki dan 3 perempuan.
Abi MUDI, begitulah panggilan akrab beliau sekarang. Beliau merupakan guru yang cerdas dan ramah serta dalam hal mengajar beliau selalu mampu membawa suasana belajar menjadi kondusif. Abi MUDI menyelesaikan kuliyahnya selama 4 tahun di Institut Agama Islam Negeri Lhokseumawe jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI). Adapun Magister, beliau menyelesaikannya di Institut Agama Islam Laa Raibaa Bogor jurusan manajemen pendidikan.
Selain menjabat sebagai wadir di dayah, beliau juga adalah mudir Ma’had ‘Aliy yang merupakan program Strata satu yang telah resmi beberapa tahun belakangan ini. Di bawah bimbingan beliau, program Ma’had ‘Aliy kini telah menunjukkan banyak peningkatan mutu pendidikan.
Dalam hal mengajar beliau menjadi salah satu guru favorit, maka tidak heran hingga saat ini beberapa murid beliau banyak yang berhasil menorehkan prestasi. Kesadaran beliau dalam pendidikan serta keberhasilan yang telah beliau capai hingga saat ini tak jarang menjadi inspirasi bagi orang lain terutama para murid yang berada di bawah naungannya. Betapa tidak, karena jalan keberhasilan yang beliau capai sekarang, beliau dapatkan dengan jalan yang sangat jarang dilakukan oleh orang lain. Beliau adalah anak seorang pimpinan dayah, yang pada kebiasaan seorang anak yang menempuh jalur pendidikan di dayahnya sendiri sangat jarang mendapatkan prestasi yang gemilang. Akan tetapi beliau berhasil mematahkan hal tersebut dan menjadi guru besar seperti sekarang ini.
Semenjak sekolah dasar beliau telah mengecap pendidikan dayah walau tidak begitu maksimal. Keaktifan beliau di dayah dimulai pada tahun 1990. Pada saat itu semangat beliau dalam belajar sudah mulai tumbuh. Hingga pada tahun 1992 beliau mulai sering menemani waled dalam setiap perjalanan. Waled merupakan panggilan akrab beliau kepada ayahnya, Abu MUDI. Abu MUDI yang merupakan ulama besar telah menjadi jelajahan ilmu beliau semenjak kecil.
Selain pada ayahnya, beliau juga pernah belajar pada beberapa guru yang lain. Diantaranya kepada Teungku Ibrahim Gampoeng Putoh, Abon Abu Bakar Usman (Abon Buni), Waled Jalaluddin Keurukuh, Teungku Abdul Manaf Utue, Teungku Muhammad Rawa Sigli, Teungku Faisal Ali Sibreh (Abu Faisal) dan Waled Tarmizi Alyusufy (Waled Ar).
Semangat Abi MUDI pada masa menuntut ilmu dahulu telah menjadikannya seperti sosok yang sekarang kita kenal. Pada masa Almarhum Abon Tanjongan Abi MUDI sering mengikuti pengajian pagi yang dihadiri oleh pimpinan-pimpinan dayah sekitar dan beliau sering bertanya tentang masalah-masalah apa saja yang terkendala dipikirannya pada Abon Tanjongan. Pernah juga Abi MUDI berguru kepada Ayah Sop Jeunib, yang pada saat itu Ayah Sop mengajar memakai sistem diskusi. Bersama Abi MUDI ketika itu juga ikut serta Aba Helmi (Aba Nisam) dan Abiya Hatta.
Hingga saat ini semangat beliau dalam belajar masih belum meredup, hal ini terbukti dengan kegiatan hariannya. Sebelum mengajar beliau selalu menyempatkan diri untuk mempelajari terlebih dahulu materi yang akan diajarkannya, walaupun materi tersebut telah dipelajari untuk kesekian kali. Apabila ada hal yang tidak bisa dipahami maka beliau tidak menahan diri untuk bertanya. Ayahnya hingga saat ini masih menjadi tempat rujukan bagi hal-hal yang tak bisa dipahaminya. Pada saat yang lain terkadang Ayah Cot trueng juga menjadi tempat rujukan Abi MUDI ketika ada sesuatu yang terkendala dalam pikirannya.
Semangat inilah yang seharusnya ada pada setiap penuntut ilmu. Semoga biografi singkat Abi MUDI ini menjadi pembakar semangat bagi penuntut ilmu yang lain.
0 Response to "BIOGRAFI ABI MUDI"
Post a Comment