sebaik-baik perhiasan dunia
adalah wanita sholehah. Dan
"perkara yang pertama kali
ditanyakan kepada seorang
wanita pada hari kiamat nanti,
adalah mengenai sholat lima
waktu dan ketaatannya terhadap
suami." (HR.Ibnu Hibban dari Abu
Hurairah)
Ada 10 wasiat Rasulullah kepada
putrinya Fathimah binti
Rasulillah. Sepuluh wasiat yang
beliau sampaikan merupakan
mutiara yang termahal nilainya
bila kemudian dimiliki oleh setiap
istri sholehah. Wasiat tsb adalah:
1. Ya Fathimah, kepada wanita
yang membuat tepung untuk
suami dan anak-anaknya, Allah
pasti akan menetapkan kebaikan
baginya dari setiap biji gandum,
melebur kejelekan, dan
meningkatkan derajat wanita itu.
2. Ya Fathimah, kepada wanita
yang berkeringat ketika
menumbuk tepung untuk suami
dan anak-anaknya, niscaya Allah
menjadikan dirinya dengan
neraka tujuh tabir pemisah.
3. Ya Fathimah, tiadalah seorang
yang meminyaki rambut anak-
anaknya lalu menyisirnya dan
mencuci pakaiannya, melainkan
Allah akan menetapkan pahala
baginya seperti pahala memberi
makan seribu orang yang
kelaparan dan memberi pakaian
seribu orang yang *******.
4. Ya Fathimah, tiadalah wanita
yang menahan kebutuhan
tetangganya, melainkan Allah
akan menahannya dari minum
telaga kautsar pada hari kiamat
nanti.
5. Ya Fathimah, yang lebih utama
dari seluruh keutamaan di atas
adalah keridhoaan suami
terhadap istri. Andaikata
suamimu tidak ridho kepadamu,
maka aku tidak akan
mendoakanmu. Ketahuilah wahai
Fathimah, kemarahan suami
adalah kemurkaan Allah.
6. Ya Fathimah, apabila wanita
mengandung, maka malaikat
memohonkan ampunan baginya,
dan Allah menetapkan baginya
setiap hari seribu kebaikan serta
melebur seribu kejelekan. Ketika
wanita merasa sakit akan
melahirkan, Allah menetapkan
pahala baginya sama dengan
pahala para pejuang di jalan
Allah. Jika dia melahirkan
kandungannya, maka bersihlah
dosa-dosanya seperti ketika dia
dilahirkan dari kandungan
ibunya. Bila meninggal ketika
melahirkan, maka dia tidak akan
membawa dosa sedikitpun.
Didalam kubur akan mendapat
pertamanan indah yang
merupakan bagian dari taman
sorga. Dan Allah memberikan
pahala kepadanya sama dengan
pahala seribu orang yang
melaksanakan ibadah haji dan
umrah, dan seribu malaikat
memohonkan ampunan baginya
hingga hari kiamat.
7. Ya Fathimah, tiadalah wanita
yang melayani suami selama
sehari semalam dengan rasa
senang serta ikhlas, melainkan
Allah mengampuni dosa-dosanya
serta memakaikan pakaian
padanya di hari kiamat berupa
pakaian yang serba hijau, dan
menetapkan baginya setiap
rambut pada tubuhnya seribu
kebaikan. Dan Allah memberikan
kepadanya pahala seratus kali
beribadah haji dan umrah.
8. Ya Fathimah, tiadalah wanita
yang tersenyum di hadapan
suami, melainkan Allah
memandangnya dengan
pandangan penuh kasih.
9. Ya Fathimah, tiadalah wanita
yang membentangkan alas tidur
untuk suami dengan rasa senang
hati, melainkan para malaikat
yang memanggil dari langit
menyeru wanita itu agar
menyaksikan pahala amalnya,
dan Allah mengampuni dosa-
dosanya yang telah lalu dan yang
akan datang.
10. Ya Fathimah, tiadalah wanita
yang meminyaki kepala suami
dan menyisirnya, meminyaki
jenggot dan memotong
kumisnya, serta memotong
kukunya, melainkan Allah
memberi minuman arak yang
dikemas indah kepadanya yang
didatangkan dari sungai2 sorga.
Allah mempermudah sakaratul-
maut baginya, serta kuburnya
menjadi bagian dari taman
sorga. Dan Allah menetapkan
baginya bebas dari siksa neraka
serta dapat melintasi shirathal-
mustaqim dengan selamat.
Begitu indah menjadi wanita,
dengan kelembutan dan
kasihnya dapat merubah dunia.
Jadilah diri-dirimu menjadi
wanita sholehah, agar negeri
menjadi indah, karena dirimu
adalah tiang negeri ini.
Home » Archive for August 2010
Nasehat Nabi MUHAMMAD SAW kepada putrinya ''Fatimah''
Posted by Palmery blog
at 8:04:00 AM,
Add Comment
Read more
Nama-Nama Lain dari Bulan Ramadhan
1. Syahrut-tarbiyyah (bulan pendidikan) mengapa bulan ramadhan disebut dengan syahrut tarbiyah? Karena pada bulan ini kita dididik langsung oleh Allah swt. Seperti makan pada waktunya sehingga kesehatan kita bisa terjaga, atau pada bulan ini kita diajarkan oleh Allah agar bisa mengatur waktu dalam kehidupan kita, kapan waktu makan, kapan waktu bekerja, kapan waktu istirahat & kapan waktu ibadah semua ada pada yang penuh berkah ini.
2. Syahrul jihad mengapa bulan ramadhan disebut dengan syahrul jihad? Karena pada masa rasulullah peperangan justru banyak terjadi pada bulan ramadhan & selalu dimenangkan oleh kaum muslimin, & jihad yang paling besar dibulan ramadhan adalah berjihad melawan hawa nafsu sendiri, sehingga bulan ramadhan dinamai juga dengan syahrul jihad.
3. Syahrul Qur'an mengapa bulan ramadhan disebut dengan syahrul Qur'an? Karena pada bulan ini diturunkannya Al-Qur'an untuk yang pertama di gua hira', & pada bulan ini pula alangkah baiknya kita isi malam-malam bulan ramadhan dengan tadarus (membaca & mengkaji Al-Qur'an) sehingga kita dapat memahami &mengerti perintah-perintah Allah & larangan-larangan Allah yang terkandung didalamnya.
4. Syahrul Ukuwwah mengapa bulan ramadhan disebut dengan syahrul ukuwah? Karena pada bulan ini kita sangat merasakan sekali ukuwah/hubungan diantara kaum muslimin terjalin sangat erat & selalu berinteraksi di mesjid ataupun tempat-tempat ibadah lain untuk melakukan shalat berjama'ah.
5. Syahrul Ibadah mengapa bulan ramadhan disebut dengan syahrul ibadah? Karena pada bulan tersebut terdapat ibadah-ibadah yang tidak akan pernah didapatkan pada bulan-bulan lainnya, seperti shalat tarawih dll, pahalanyapun berlipat ganda.
2. Syahrul jihad mengapa bulan ramadhan disebut dengan syahrul jihad? Karena pada masa rasulullah peperangan justru banyak terjadi pada bulan ramadhan & selalu dimenangkan oleh kaum muslimin, & jihad yang paling besar dibulan ramadhan adalah berjihad melawan hawa nafsu sendiri, sehingga bulan ramadhan dinamai juga dengan syahrul jihad.
3. Syahrul Qur'an mengapa bulan ramadhan disebut dengan syahrul Qur'an? Karena pada bulan ini diturunkannya Al-Qur'an untuk yang pertama di gua hira', & pada bulan ini pula alangkah baiknya kita isi malam-malam bulan ramadhan dengan tadarus (membaca & mengkaji Al-Qur'an) sehingga kita dapat memahami &mengerti perintah-perintah Allah & larangan-larangan Allah yang terkandung didalamnya.
4. Syahrul Ukuwwah mengapa bulan ramadhan disebut dengan syahrul ukuwah? Karena pada bulan ini kita sangat merasakan sekali ukuwah/hubungan diantara kaum muslimin terjalin sangat erat & selalu berinteraksi di mesjid ataupun tempat-tempat ibadah lain untuk melakukan shalat berjama'ah.
5. Syahrul Ibadah mengapa bulan ramadhan disebut dengan syahrul ibadah? Karena pada bulan tersebut terdapat ibadah-ibadah yang tidak akan pernah didapatkan pada bulan-bulan lainnya, seperti shalat tarawih dll, pahalanyapun berlipat ganda.
Posted by Palmery blog
at 9:03:00 AM,
Add Comment
Read more
Empat Kunci Kebahagian Keluarga Sakinah
Manusia hidup di dunia ini
pastilah berburu kebahagiaan
dunia akhirat. Dalam profesi
atau keadaan yang
bagaimanapun di kedalaman
hati manusia pastilah berburu
bahagia. Mereka memburu
kaya atau pasangan yang
istimewa (dengan ketampanan
suami atau kecantikan isteri).
Bila ditarik benang merah
pastilah kebahagiaan yang
mereka buru.
Namun sebagaimana bisa kita
bisa baca dalam salah satu
tausiyah dan artikel dalam
website ini, Syaikhina KHA.
Masduqi Machfudz menyatakan
bahwa betapapun jenius,
brilian dan kecerdasan dari
akal pikiran, ternyata manusia
memiliki tiga macam
kelemahan pokok yang tidak
dapat dipecahkan oleh akal
pikiran itu sendiri.
Tiga kelemahan pokok
tersebut adalah:
• Akal pikiran itu tidak dapat
mengetahui hakekat
kebenaran. Buktinya ialah
banyak teori kebenaran yang
dikemukakan oleh para ahli
filsafat yang berbeda-beda
antara teori yang satu dengan
yang lain, padahal kita tahu
dengan pasti bahwa
kebenaran yang sejati
hanyalah satu.
• Akal pikiran itu tidak dapat
mengetahui letak dan hakekat
kebahagiaan hidup. Buktinya
ialah bahwa seringkali sesuatu
yang dibayangkan oleh
seseorang akan dapat
membahagiakan hidupnya
sehingga dia mengerahkan
seluruh pikiran, tenaga dan
dana yang ada padanya.
Namun setelah tercapai
ternyata malah membawa
kesengsaraan hidup yang
berkepanjangan.
• Akal pikiran itu tidak dapat
mengetahui asal muasal
manusia.
Artinya meskipun akal pikiran
itu sangat cerdas, jenius, dan
brilian, ternyata tidak dapat
menjawab tujuh macam
pertanyaan berikut:
1. Dari mana manusia itu
datang sebelum hidup di dunia
ini?
2. Mengapa manusia itu harus
hidup di dunia ini?
3. Siapa gerangan yang
menghendaki kehidupan
manusia di dunia ini?
4. Untuk apa manusia hidup di
dunia ini?
5. Mengapa setelah manusia
terlanjur senang hidup di
dunia dia harus mati?
Padahal tidak ada seorangpun
yang senang mati.
6. Siapa gerangan yang
menghendaki kematian
manusia?
7. Ke mana nyawa manusia
setelah mati dan bangkainya
dikubur?
Ketiga macam kelemahan akal
pikiran manusia tersebut di
atas adalah bukti yang nyata
bahwa manusia mutlak
memerlukan petunjuk yang
dapat mengatasi ketiga
kelemahan akal tersebut dan
yang dapat memberikan
bimbingan kepada manusia
agar hidupnya di dunia ini
dapat memiliki ketenangan
dan ketentraman jiwa yang
menjadi faktor penentu bagi
kebahagiaan hidup.
Petunjuk tersebut dikenal
dengan nama agama, yang
berasal dari bahasa Sansekerta
(bahasa India kuno), yang
berarti:
• a = tidak,
• gama = kacau.
Jadi yang dimaksud dengan
agama adalah peraturan-
peraturan yang dipergunakan
untuk mengatur manusia agar
hidupnya di dunia ini tidak
kacau.
Rasulullah SAW sang pembawa
ajaran agama Islam bersabda:
"Dari Ibn Asaakir. Ada empat
kunci kebahagiaan bagi
seseorang muslim, yaitu
mempunyai isteri yang salehah,
anak-anak yang baik,
lingkungan yang baik dan
pekerjaan yang tetap di
negerinya sendiri." HR Dailami
Pasangan yang saleh
Allah dalam al Quran surat Al
Baqarah ayat 82 menyatakan:
"Dan orang-orang yang
beriman serta beramal saleh,
mereka itu penghuni surga;
mereka kekal di dalamnya."
Rasulullah juga pernah
bersabda:
"Dunia adalah harta dan
sebaik-baik harta adalah
wanita yang shalihah."
Allah seringkali menyertakan
antara kata orang yang
beriman dan beramal saleh,
karena kesalihan itu hanya bisa
timbul dari keimanan. Tanpa
landasan keimanan perilaku
sebaik apapun tidak bisa
disebut amal shaleh.
Di antara tanda-tanda isteri
salehah adalah sebagaimana
diisyaratkan Rasulullah dalam
sebuah haditsnya:
Empat golongan wanita calon
penghuni surga:
• Wanita yang menjaga diri
dari perbuatan haram dan
berbakti kepada Allah dan
suaminya.
• Wanita yang banyak
keturunannya, penyabar serta
menerima dengan senang hati
dalam segala keadaan hidup
bersama suaminya.
• Wanita yang bersifat pemalu,
jika suaminya pergi maka ia
menjaga dirinya dan harta
suaminya. dan jika suaminya
datang maka ia mengekang
mulutnya dari perkataan yang
tidak layak kepadanya.
• Wanita yang apabila ditinggal
mati suaminya, mengekang diri
untuk tidak menikah karena
takut anak-anaknya akan
terlantar
Pasangan suami isteri yang
saleh adalah pasangan yang
senantiasa melestarikan
amalan ahli surga,
sebagaimana keberhasilan
Rasulullah dalam membina
rumah tangganya, sehingga
beliau menyatakan:
"Rumahku adalah surgaku".
Artinya rumah yang dihuni
oleh isteri yang salehah adalah
yang mampu menciptakan
bayang-bayang kenikmatan
surgawi. Salah satu ciri wanita
yang mampu menciptakan
bayang-bayang kenikmatan
surgawi adalah wanita yang
memiliki rasa malu. Malu
bergaul dengan sembarang
orang, malu mengumbar aib
suami, malu melakukan
maksiat dan terpenting malu
melakukan sesuatu yang tidak
diridlai Allah ataupun
suaminya.
Anak anak yang baik
Keluarga sakinah dan bahagia
tidak akan tercipta di kala salah
satu elemen terpentingnya
menjadi seorang yang tidak
mampu dibanggakan di
hadapan Allah. Maka
pendidikan anak yang
memadai bagi kebutuhan
ruhaninya sangatlah
menentukan kebahagiaan bagi
sebuah keluarga. Rasulullah
pernah bersabda:
"Taatilah perintah Allah dan
jauhilah larangan Allah, dan
perintahkanlah anak-anakmu
untuk mentaati perintah Allah
dan untuk menjauhi larangan
Allah, dan dengan demikian
engkau telah melindungi
dirimu dan anak-anakmu dari
siksa api neraka".
Kalau ada barang atau
perhiasan dunia yang paling
berharga, maka anak lebih
pantas mendudukinya. Dia
mengalahkan seluruh harta
lainnya. Dia di atas segala
sesuatu yang dimiliki. Anak
merupakan perhiasan
kehidupan dunia yang menjadi
kebanggaan orang tua.
Rasulullah bersabda:
"Anak itu rezeki (wewangian)
dari surga." HR Al Hakim.
Karena itu menjaga dan
mendorong anak menjadi
sosok yang baik dan dapat
dibanggakan oleh orang tua di
hadapan Allah adalah kunci
kebahagiaan seseorang di
dunia maupun di akhirat kelak.
Lingkungan yang baik
Ada sebuah peribahasa arab
yang menyatakan: "al-insaanu
waladul bii-ah. "
Manusia itu adalah anak dari
lingkungannya.
Maka memilihkan lingkungan
yang baik bagi keluarga juga
termasuk kunci kebahagiaan
seseorang. Bagaimana
seseorang berbahagia,
manakala dia sudah berusaha
menjaga keluarganya dari
perilaku yang tidak baik,
ternyata anak-anaknya,
isterinya, suaminya memiliki
perilaku yang tidak baik akibat
pergaulan yang salah.
Pekerjaan yang tetap di
negerinya sendiri
Tentu sudah tidak menjadi
asing bagi kita, ketika
mendengar seorang suami
yang bekerja di luar kota atau
bahkan di luar negeri ternyata
ketika pulang isterinya sudah
hamil atau melahirkan anak
yang bukan dari bibit suami,
atau sebaliknya. Kita juga pasti
sudah sering mendengar anak
menjadi broken home ketika
kedua orang tuanya jauh
darinya. Tidak ada kontrol dari
kedua orang tua yang dia
harapkan. Karena itu pekerjaan
yang tetap di negeri sendiri
merupakan kunci kebahagiaan
bagi siapapun juga. "Hujan
batu di negeri sendiri lebih
baik daripada hujan emas di
negeri orang."
pastilah berburu kebahagiaan
dunia akhirat. Dalam profesi
atau keadaan yang
bagaimanapun di kedalaman
hati manusia pastilah berburu
bahagia. Mereka memburu
kaya atau pasangan yang
istimewa (dengan ketampanan
suami atau kecantikan isteri).
Bila ditarik benang merah
pastilah kebahagiaan yang
mereka buru.
Namun sebagaimana bisa kita
bisa baca dalam salah satu
tausiyah dan artikel dalam
website ini, Syaikhina KHA.
Masduqi Machfudz menyatakan
bahwa betapapun jenius,
brilian dan kecerdasan dari
akal pikiran, ternyata manusia
memiliki tiga macam
kelemahan pokok yang tidak
dapat dipecahkan oleh akal
pikiran itu sendiri.
Tiga kelemahan pokok
tersebut adalah:
• Akal pikiran itu tidak dapat
mengetahui hakekat
kebenaran. Buktinya ialah
banyak teori kebenaran yang
dikemukakan oleh para ahli
filsafat yang berbeda-beda
antara teori yang satu dengan
yang lain, padahal kita tahu
dengan pasti bahwa
kebenaran yang sejati
hanyalah satu.
• Akal pikiran itu tidak dapat
mengetahui letak dan hakekat
kebahagiaan hidup. Buktinya
ialah bahwa seringkali sesuatu
yang dibayangkan oleh
seseorang akan dapat
membahagiakan hidupnya
sehingga dia mengerahkan
seluruh pikiran, tenaga dan
dana yang ada padanya.
Namun setelah tercapai
ternyata malah membawa
kesengsaraan hidup yang
berkepanjangan.
• Akal pikiran itu tidak dapat
mengetahui asal muasal
manusia.
Artinya meskipun akal pikiran
itu sangat cerdas, jenius, dan
brilian, ternyata tidak dapat
menjawab tujuh macam
pertanyaan berikut:
1. Dari mana manusia itu
datang sebelum hidup di dunia
ini?
2. Mengapa manusia itu harus
hidup di dunia ini?
3. Siapa gerangan yang
menghendaki kehidupan
manusia di dunia ini?
4. Untuk apa manusia hidup di
dunia ini?
5. Mengapa setelah manusia
terlanjur senang hidup di
dunia dia harus mati?
Padahal tidak ada seorangpun
yang senang mati.
6. Siapa gerangan yang
menghendaki kematian
manusia?
7. Ke mana nyawa manusia
setelah mati dan bangkainya
dikubur?
Ketiga macam kelemahan akal
pikiran manusia tersebut di
atas adalah bukti yang nyata
bahwa manusia mutlak
memerlukan petunjuk yang
dapat mengatasi ketiga
kelemahan akal tersebut dan
yang dapat memberikan
bimbingan kepada manusia
agar hidupnya di dunia ini
dapat memiliki ketenangan
dan ketentraman jiwa yang
menjadi faktor penentu bagi
kebahagiaan hidup.
Petunjuk tersebut dikenal
dengan nama agama, yang
berasal dari bahasa Sansekerta
(bahasa India kuno), yang
berarti:
• a = tidak,
• gama = kacau.
Jadi yang dimaksud dengan
agama adalah peraturan-
peraturan yang dipergunakan
untuk mengatur manusia agar
hidupnya di dunia ini tidak
kacau.
Rasulullah SAW sang pembawa
ajaran agama Islam bersabda:
"Dari Ibn Asaakir. Ada empat
kunci kebahagiaan bagi
seseorang muslim, yaitu
mempunyai isteri yang salehah,
anak-anak yang baik,
lingkungan yang baik dan
pekerjaan yang tetap di
negerinya sendiri." HR Dailami
Pasangan yang saleh
Allah dalam al Quran surat Al
Baqarah ayat 82 menyatakan:
"Dan orang-orang yang
beriman serta beramal saleh,
mereka itu penghuni surga;
mereka kekal di dalamnya."
Rasulullah juga pernah
bersabda:
"Dunia adalah harta dan
sebaik-baik harta adalah
wanita yang shalihah."
Allah seringkali menyertakan
antara kata orang yang
beriman dan beramal saleh,
karena kesalihan itu hanya bisa
timbul dari keimanan. Tanpa
landasan keimanan perilaku
sebaik apapun tidak bisa
disebut amal shaleh.
Di antara tanda-tanda isteri
salehah adalah sebagaimana
diisyaratkan Rasulullah dalam
sebuah haditsnya:
Empat golongan wanita calon
penghuni surga:
• Wanita yang menjaga diri
dari perbuatan haram dan
berbakti kepada Allah dan
suaminya.
• Wanita yang banyak
keturunannya, penyabar serta
menerima dengan senang hati
dalam segala keadaan hidup
bersama suaminya.
• Wanita yang bersifat pemalu,
jika suaminya pergi maka ia
menjaga dirinya dan harta
suaminya. dan jika suaminya
datang maka ia mengekang
mulutnya dari perkataan yang
tidak layak kepadanya.
• Wanita yang apabila ditinggal
mati suaminya, mengekang diri
untuk tidak menikah karena
takut anak-anaknya akan
terlantar
Pasangan suami isteri yang
saleh adalah pasangan yang
senantiasa melestarikan
amalan ahli surga,
sebagaimana keberhasilan
Rasulullah dalam membina
rumah tangganya, sehingga
beliau menyatakan:
"Rumahku adalah surgaku".
Artinya rumah yang dihuni
oleh isteri yang salehah adalah
yang mampu menciptakan
bayang-bayang kenikmatan
surgawi. Salah satu ciri wanita
yang mampu menciptakan
bayang-bayang kenikmatan
surgawi adalah wanita yang
memiliki rasa malu. Malu
bergaul dengan sembarang
orang, malu mengumbar aib
suami, malu melakukan
maksiat dan terpenting malu
melakukan sesuatu yang tidak
diridlai Allah ataupun
suaminya.
Anak anak yang baik
Keluarga sakinah dan bahagia
tidak akan tercipta di kala salah
satu elemen terpentingnya
menjadi seorang yang tidak
mampu dibanggakan di
hadapan Allah. Maka
pendidikan anak yang
memadai bagi kebutuhan
ruhaninya sangatlah
menentukan kebahagiaan bagi
sebuah keluarga. Rasulullah
pernah bersabda:
"Taatilah perintah Allah dan
jauhilah larangan Allah, dan
perintahkanlah anak-anakmu
untuk mentaati perintah Allah
dan untuk menjauhi larangan
Allah, dan dengan demikian
engkau telah melindungi
dirimu dan anak-anakmu dari
siksa api neraka".
Kalau ada barang atau
perhiasan dunia yang paling
berharga, maka anak lebih
pantas mendudukinya. Dia
mengalahkan seluruh harta
lainnya. Dia di atas segala
sesuatu yang dimiliki. Anak
merupakan perhiasan
kehidupan dunia yang menjadi
kebanggaan orang tua.
Rasulullah bersabda:
"Anak itu rezeki (wewangian)
dari surga." HR Al Hakim.
Karena itu menjaga dan
mendorong anak menjadi
sosok yang baik dan dapat
dibanggakan oleh orang tua di
hadapan Allah adalah kunci
kebahagiaan seseorang di
dunia maupun di akhirat kelak.
Lingkungan yang baik
Ada sebuah peribahasa arab
yang menyatakan: "al-insaanu
waladul bii-ah. "
Manusia itu adalah anak dari
lingkungannya.
Maka memilihkan lingkungan
yang baik bagi keluarga juga
termasuk kunci kebahagiaan
seseorang. Bagaimana
seseorang berbahagia,
manakala dia sudah berusaha
menjaga keluarganya dari
perilaku yang tidak baik,
ternyata anak-anaknya,
isterinya, suaminya memiliki
perilaku yang tidak baik akibat
pergaulan yang salah.
Pekerjaan yang tetap di
negerinya sendiri
Tentu sudah tidak menjadi
asing bagi kita, ketika
mendengar seorang suami
yang bekerja di luar kota atau
bahkan di luar negeri ternyata
ketika pulang isterinya sudah
hamil atau melahirkan anak
yang bukan dari bibit suami,
atau sebaliknya. Kita juga pasti
sudah sering mendengar anak
menjadi broken home ketika
kedua orang tuanya jauh
darinya. Tidak ada kontrol dari
kedua orang tua yang dia
harapkan. Karena itu pekerjaan
yang tetap di negeri sendiri
merupakan kunci kebahagiaan
bagi siapapun juga. "Hujan
batu di negeri sendiri lebih
baik daripada hujan emas di
negeri orang."
Posted by Palmery blog
at 7:40:00 AM,
Add Comment
Read more
KUNCI SYURGA MUSLIMAH
Surga adalah idaman dan
harapan setiap orang beriman,
ia adalah akhir perjalanan bagi
semua orang yang taat dan
patuh kepada Allah Subhanahu
waTa ’ala dengan menjalankan
perintahNya dan menjauhi
laranganNya.
Untuk menggapai surga, maka
pentingnya seseorang untuk
mengetahui kunci yang
dengannya dia dapat
membuka pintu surga dan
masuk ke dalamnya.
Dalam hal ini, Rasulullah
shallallaahu ‘alaih wasallam
pernah menyebutkan kunci
surga yang khusus disediakan
untuk para wanita yang
kebanyakan kelak menjadi
penghuni neraka sebagaimana
yang pernah dinyatakan oleh
beliau juga. Dengan meraih
kunci ini, niscaya dia tidak
termasuk ke dalam golongan
para wanita penghuni neraka.
Rasulullah shallallaahu ‘alaih
wasallam telah merangkum
kunci surga muslimah dalam
empat perkara, dari
Abdurrahman bin Auf berkata,
Rasulullah shallallaahu ‘alaih
wasallam bersabda,
“Jika seorang wanita menjaga
shalat lima waktu, berpuasa
pada bulannya, menjaga
kehormatannya dan menaati
suaminya, niscaya dia masuk
surga dari pintu mana saja
yang dia inginkan. ” (HR. Ahmad
nomor 1661, hadits hasan
lighairihi).
Satu hal yang terpetik dari
sabda Nabi shallallaahu ‘alaih
wasallam di atas adalah bahwa
beliau hanya menyebutkan
perkara-perkara yang masuk
ke dalam jangkauan seorang
muslimah, di mana seorang
muslimah mampu
melaksanakannya tanpa
bergantung kepada orang lain
atau bergantung kepada
suaminya, di sini Rasulullah
shallallaahu ‘alaih wasallam
tidak menyinggung, misalnya,
haji, karena pelaksanaan
ibadah ini oleh seorang
muslimah bergantung kepada
suatu perkara yang mungkin
tidak dimilikinya, seperti
tersedianya bekal haji atau
tersedianya mahram, di sini
Rasulullah shallallaahu ‘alaih
wasallam juga tidak
menyinggung zakat, karena
perkaranya kembali kepada
kepemilikan harta dan pada
umumnya ia berada di tangan
kaum laki-laki, karena harta
adalah hasil bekerja dan yang
bekerja pada dasarnya adalah
kaum laki-laki.
Kunci pertama, menjaga shalat
lima waktu
Shalat adalah ibadah teragung,
hadir setelah ikrar dua kalimat
syahadat, satu-satunya ibadah
yang tidak menerima alasan
‘ tidak mampu’, wajib
dikerjakan dalam keadaan apa
pun selama hayat masih
dikandung badan dan akal
masih bekerja dengan baik,
pembatas antara seseorang
dengan kekufuran dan
kesyirikan, tidak heran jika
suatu ibadah dengan
kedudukan seperti ini
merupakan salah satu kunci
surga.
Jika menjaga shalat adalah
kunci surga, maka sebaliknya
menyia-nyiakannya adalah
gerbang neraka, ketika para
pendosa dicampakkan ke
dalam neraka, mereka ditanya,
apa yang membuat kalian
tersungkur ke dalam neraka?
Mereka menyebutkan rentetan
dosa-dosa yang diawali
dengan meninggalkan shalat.
Allah Subhanahu waTa ’ala
berfirman, artinya,
“Apakah yang memasukkan
kamu ke dalam Saqar
(neraka )?’ Mereka menjawab,
‘Kami dahulu tidak termasuk
orang-orang yang
mengerjakan shalat.” (QS.al-
Muddatstsir: 42-43).
Perkara menyia-nyiakan shalat
tidak jarang terjadi pada kaum
muslimin secara umum dan
kaum muslimat secara khusus,
banyak alasan dan hal yang
membuat mereka terjerumus
ke dalam perbuatan tidak
terpuji ini, di antara mereka
ada yang menyia-nyiakan
shalat karena malas dan
meremehkan, di antara mereka
ada yang terlalaikan oleh
kesibukan hidup, sibuk
bekerja, sibuk memasak, sibuk
mengurusi rumah tangga,
sibuk mengurusi anak-anak
dan suami, sibuk dengan
kegiatan-kegiatan lainnya
sehingga ibadah shalat
terbengkalai, padahal ibadah
shalat tidak menerima alasan
apa pun yang membuatnya
tersia-siakan, dan Allah
Subhanahu waTa ’ala telah
memperingatkan kaum
muslimin agar tidak terlalaikan
oleh dunia dari mengingatNya,
termasuk mengingatNya
melalui ibadah shalat.
Firman Allah Subhanahu
waTa’ala, artinya,
“Hai orang-orang beriman,
janganlah hartamu dan anak-
anakmu melalaikan kamu dari
mengingat Allah. Barangsiapa
yang berbuat demikian maka
mereka itulah orang-orang
yang merugi. ” (QS. al-
Munafiqun: 9).
Menjaga shalat lima waktu
mencakup menjaga waktunya
dalam arti melaksanakannya
tepat waktu, tidak
menundanya dan mengulur-
ulur waktunya sampai
waktunya hampir habis, atau
bahkan membiarkannya habis,
ini adalah shalat orang-orang
munafik, dan seorang
muslimah tidak patut
bermental munafik dalam
ibadah shalat.
Menjaga shalat mencakup
menjaga syarat-syarat dan
rukun-rukunnya di mana shalat
tidak sah tanpanya, menjaga
wajib-wajib dan sunnah-
sunnahnya yang merupakan
penyempurna bagi ibadah
shalat, semua ini menuntut
seorang muslimah untuk
belajar dan membekali diri
dengan ilmu yang shahih
tentang shalat. Tanpa ilmu
yang shahih tidak akan
terwujud menjaga shalat.
Kunci kedua, berpuasa di
bulannya
Puasa di bulan Ramadhan
adalah salah satu kunci surga,
lebih dari itu di surga tersedia
sebuah pintu khusus bagi
orang-orang yang berpuasa
yang dikenal dengan ‘ar-
Rayyan’, pintu masuk para
shaimin secara khusus, jika
mereka telah masuk, maka ia
akan ditutup.
Di samping berpuasa sebagai
kunci surga, ia juga
merupakan tameng dan
pelindung dari neraka,
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam menyatakan, ash-
shaumu junnah, puasa adalah
tameng atau pelindung, yakni
dari api neraka.
Karena puasa merupakan salah
satu kunci surga sekaligus
pelindung dari neraka maka
seorang muslimah harus
menjaganya, dalam arti
melaksanakannya dengan baik,
memperhatikan syarat, rukun
dan pembatalnya, karena
tanpanya dia tidak mungkin
berpuasa dengan baik.
Seorang muslimah juga harus
memperhatikan perkara qadha
puasa Ramadhan di hari-hari
lain jika dia mendapatkan
halangan pada bulan
Ramadhan sehingga tidak
mungkin berpuasa secara
penuh, jangan sampai
Ramadhan berikut hadir
sementara dia belum melunasi
hutang puasanya, perkara
mengqadha puasa di hari lain
ini sering terlupakan atau
terabaikan, karena kesibukan
hidup, padahal ia adalah
hutang yang jika tidak
dilaksanakan maka seorang
muslimah tidak bisa dikatakan
telah berpuasa di bulannya,
selanjutnya dia gagal meraih
kunci kedua dari kunci-kunci
masuk surga, dari sini bersikap
hati-hati dengan
menyegerakan qadha adalah
sikap bijak, karena penundaan
terkadang malah merepotkan
dan menyulitkan.
Kunci ketiga, menjaga
kehormatan.
Surga hanya bisa diraih
dengan keshalihan, hanya
wanita shalihah yang akan
masuk surga, shalihnya
seorang wanita dibuktikan
dengan beberapa sifat dan
akhlak, salah satunya dan yang
terpenting adalah menjaga
kehormatan diri. Allah
Subhanahu waTa ’ala
berfirman, artinya,
“Wanita yang shalih ialah yang
taat kepada Allah lagi
memelihara diri ketika
suaminya tidak ada karena
Allah telah memelihara
(mereka). ” (QS. an-Nisa`: 34).
Ayat ini menetapkan bahwa
memelihara diri meruapakan
wujud dari ketaatan seorang
wanita shalihah kepada Allah
kemudian kepada suaminya.
Nabi shallallaahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
“Sebaik-baik wanita adalah
wanita yang jika kamu melihat
kepadanya, maka kamu
berbahagia, jika kamu
memerintahkannya maka dia
menaatimu, jika kamu
bersumpah atasnya maka dia
memenuhinya dan jika kamu
meninggalkannya, maka dia
menjagamu pada diri dan
hartamu. ” (HR. an-Nasa`i)
Menjaga kehormatan berarti
membentengi diri dari
perkara-perkara yang
mencoreng dan merusak
kehormatan, yang menodai
dan menggugurkan kemuliaan,
dengan tetap bersikap dan
bertingkah laku dalam koridor
tatanan syariat yang suci lagi
luhur.
Menjaga kehormatan di zaman
di mana ajakan dan
propaganda kepada kerusakan
dan perbuatan keji semakin
meningkat dan menguat,
seruan dan arus serangan
yang ditujukan kepada wanita-
wanita muslimah dengan
agenda dan maksud
terselubung semakin gencar,
menjaga kehormatan di zaman
seperti ini terasa demikian sulit
dan berat, para penyeru dan
para jurkam kerusakan
membidik wanita muslimah
sebagai sasaran, mereka
memakai dan menggunakan
cara-cara yang melenakan dan
menggiurkan dengan nama
kemajuan, modernisasi,
pemberdayaan, pengentasan,
pembebasan dan kedok-kedok
palsu lainnya, zhahiruhu fihi ar-
Rahmah, wa bathinuhu ya`ti
min qibalihi al-adzab, racun di
balik kelembutan ular berbisa.
Dari sini maka seorang wanita
muslimah harus jeli dan cermat
sehingga dia tidak termakan
oleh rayuan gombal para
serigala yang berbulu domba,
hendaknya seorang muslimah
tetap berpegang kepada
aturan-aturan dan rambu-
rambu Islam yang luhur lagi
suci karena di sanalah
terkandung kebersihan dan
kesucian diri, hendaknya
seorang muslimah menimbang
dan mengukur setiap seruan
dan ajakan dengan timbangan
dan ukuran syar ’i yang baku
dan menyeluruh, hal ini agar
dia selamat dan tidak
terjerumus ke dalam perkara-
perkara yang merusak
kemuliaan dan kehormatannya.
Kunci keempat, menaati suami.
Menaati suami merupakan
lahan dan medan besar dan
luas bagi seorang muslimah, ia
merupakan ladang ibadah bagi
seorang muslimah yang
sesungguhnya setelah
penghambaannya kepada
Rabbnya.
harapan setiap orang beriman,
ia adalah akhir perjalanan bagi
semua orang yang taat dan
patuh kepada Allah Subhanahu
waTa ’ala dengan menjalankan
perintahNya dan menjauhi
laranganNya.
Untuk menggapai surga, maka
pentingnya seseorang untuk
mengetahui kunci yang
dengannya dia dapat
membuka pintu surga dan
masuk ke dalamnya.
Dalam hal ini, Rasulullah
shallallaahu ‘alaih wasallam
pernah menyebutkan kunci
surga yang khusus disediakan
untuk para wanita yang
kebanyakan kelak menjadi
penghuni neraka sebagaimana
yang pernah dinyatakan oleh
beliau juga. Dengan meraih
kunci ini, niscaya dia tidak
termasuk ke dalam golongan
para wanita penghuni neraka.
Rasulullah shallallaahu ‘alaih
wasallam telah merangkum
kunci surga muslimah dalam
empat perkara, dari
Abdurrahman bin Auf berkata,
Rasulullah shallallaahu ‘alaih
wasallam bersabda,
“Jika seorang wanita menjaga
shalat lima waktu, berpuasa
pada bulannya, menjaga
kehormatannya dan menaati
suaminya, niscaya dia masuk
surga dari pintu mana saja
yang dia inginkan. ” (HR. Ahmad
nomor 1661, hadits hasan
lighairihi).
Satu hal yang terpetik dari
sabda Nabi shallallaahu ‘alaih
wasallam di atas adalah bahwa
beliau hanya menyebutkan
perkara-perkara yang masuk
ke dalam jangkauan seorang
muslimah, di mana seorang
muslimah mampu
melaksanakannya tanpa
bergantung kepada orang lain
atau bergantung kepada
suaminya, di sini Rasulullah
shallallaahu ‘alaih wasallam
tidak menyinggung, misalnya,
haji, karena pelaksanaan
ibadah ini oleh seorang
muslimah bergantung kepada
suatu perkara yang mungkin
tidak dimilikinya, seperti
tersedianya bekal haji atau
tersedianya mahram, di sini
Rasulullah shallallaahu ‘alaih
wasallam juga tidak
menyinggung zakat, karena
perkaranya kembali kepada
kepemilikan harta dan pada
umumnya ia berada di tangan
kaum laki-laki, karena harta
adalah hasil bekerja dan yang
bekerja pada dasarnya adalah
kaum laki-laki.
Kunci pertama, menjaga shalat
lima waktu
Shalat adalah ibadah teragung,
hadir setelah ikrar dua kalimat
syahadat, satu-satunya ibadah
yang tidak menerima alasan
‘ tidak mampu’, wajib
dikerjakan dalam keadaan apa
pun selama hayat masih
dikandung badan dan akal
masih bekerja dengan baik,
pembatas antara seseorang
dengan kekufuran dan
kesyirikan, tidak heran jika
suatu ibadah dengan
kedudukan seperti ini
merupakan salah satu kunci
surga.
Jika menjaga shalat adalah
kunci surga, maka sebaliknya
menyia-nyiakannya adalah
gerbang neraka, ketika para
pendosa dicampakkan ke
dalam neraka, mereka ditanya,
apa yang membuat kalian
tersungkur ke dalam neraka?
Mereka menyebutkan rentetan
dosa-dosa yang diawali
dengan meninggalkan shalat.
Allah Subhanahu waTa ’ala
berfirman, artinya,
“Apakah yang memasukkan
kamu ke dalam Saqar
(neraka )?’ Mereka menjawab,
‘Kami dahulu tidak termasuk
orang-orang yang
mengerjakan shalat.” (QS.al-
Muddatstsir: 42-43).
Perkara menyia-nyiakan shalat
tidak jarang terjadi pada kaum
muslimin secara umum dan
kaum muslimat secara khusus,
banyak alasan dan hal yang
membuat mereka terjerumus
ke dalam perbuatan tidak
terpuji ini, di antara mereka
ada yang menyia-nyiakan
shalat karena malas dan
meremehkan, di antara mereka
ada yang terlalaikan oleh
kesibukan hidup, sibuk
bekerja, sibuk memasak, sibuk
mengurusi rumah tangga,
sibuk mengurusi anak-anak
dan suami, sibuk dengan
kegiatan-kegiatan lainnya
sehingga ibadah shalat
terbengkalai, padahal ibadah
shalat tidak menerima alasan
apa pun yang membuatnya
tersia-siakan, dan Allah
Subhanahu waTa ’ala telah
memperingatkan kaum
muslimin agar tidak terlalaikan
oleh dunia dari mengingatNya,
termasuk mengingatNya
melalui ibadah shalat.
Firman Allah Subhanahu
waTa’ala, artinya,
“Hai orang-orang beriman,
janganlah hartamu dan anak-
anakmu melalaikan kamu dari
mengingat Allah. Barangsiapa
yang berbuat demikian maka
mereka itulah orang-orang
yang merugi. ” (QS. al-
Munafiqun: 9).
Menjaga shalat lima waktu
mencakup menjaga waktunya
dalam arti melaksanakannya
tepat waktu, tidak
menundanya dan mengulur-
ulur waktunya sampai
waktunya hampir habis, atau
bahkan membiarkannya habis,
ini adalah shalat orang-orang
munafik, dan seorang
muslimah tidak patut
bermental munafik dalam
ibadah shalat.
Menjaga shalat mencakup
menjaga syarat-syarat dan
rukun-rukunnya di mana shalat
tidak sah tanpanya, menjaga
wajib-wajib dan sunnah-
sunnahnya yang merupakan
penyempurna bagi ibadah
shalat, semua ini menuntut
seorang muslimah untuk
belajar dan membekali diri
dengan ilmu yang shahih
tentang shalat. Tanpa ilmu
yang shahih tidak akan
terwujud menjaga shalat.
Kunci kedua, berpuasa di
bulannya
Puasa di bulan Ramadhan
adalah salah satu kunci surga,
lebih dari itu di surga tersedia
sebuah pintu khusus bagi
orang-orang yang berpuasa
yang dikenal dengan ‘ar-
Rayyan’, pintu masuk para
shaimin secara khusus, jika
mereka telah masuk, maka ia
akan ditutup.
Di samping berpuasa sebagai
kunci surga, ia juga
merupakan tameng dan
pelindung dari neraka,
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam menyatakan, ash-
shaumu junnah, puasa adalah
tameng atau pelindung, yakni
dari api neraka.
Karena puasa merupakan salah
satu kunci surga sekaligus
pelindung dari neraka maka
seorang muslimah harus
menjaganya, dalam arti
melaksanakannya dengan baik,
memperhatikan syarat, rukun
dan pembatalnya, karena
tanpanya dia tidak mungkin
berpuasa dengan baik.
Seorang muslimah juga harus
memperhatikan perkara qadha
puasa Ramadhan di hari-hari
lain jika dia mendapatkan
halangan pada bulan
Ramadhan sehingga tidak
mungkin berpuasa secara
penuh, jangan sampai
Ramadhan berikut hadir
sementara dia belum melunasi
hutang puasanya, perkara
mengqadha puasa di hari lain
ini sering terlupakan atau
terabaikan, karena kesibukan
hidup, padahal ia adalah
hutang yang jika tidak
dilaksanakan maka seorang
muslimah tidak bisa dikatakan
telah berpuasa di bulannya,
selanjutnya dia gagal meraih
kunci kedua dari kunci-kunci
masuk surga, dari sini bersikap
hati-hati dengan
menyegerakan qadha adalah
sikap bijak, karena penundaan
terkadang malah merepotkan
dan menyulitkan.
Kunci ketiga, menjaga
kehormatan.
Surga hanya bisa diraih
dengan keshalihan, hanya
wanita shalihah yang akan
masuk surga, shalihnya
seorang wanita dibuktikan
dengan beberapa sifat dan
akhlak, salah satunya dan yang
terpenting adalah menjaga
kehormatan diri. Allah
Subhanahu waTa ’ala
berfirman, artinya,
“Wanita yang shalih ialah yang
taat kepada Allah lagi
memelihara diri ketika
suaminya tidak ada karena
Allah telah memelihara
(mereka). ” (QS. an-Nisa`: 34).
Ayat ini menetapkan bahwa
memelihara diri meruapakan
wujud dari ketaatan seorang
wanita shalihah kepada Allah
kemudian kepada suaminya.
Nabi shallallaahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
“Sebaik-baik wanita adalah
wanita yang jika kamu melihat
kepadanya, maka kamu
berbahagia, jika kamu
memerintahkannya maka dia
menaatimu, jika kamu
bersumpah atasnya maka dia
memenuhinya dan jika kamu
meninggalkannya, maka dia
menjagamu pada diri dan
hartamu. ” (HR. an-Nasa`i)
Menjaga kehormatan berarti
membentengi diri dari
perkara-perkara yang
mencoreng dan merusak
kehormatan, yang menodai
dan menggugurkan kemuliaan,
dengan tetap bersikap dan
bertingkah laku dalam koridor
tatanan syariat yang suci lagi
luhur.
Menjaga kehormatan di zaman
di mana ajakan dan
propaganda kepada kerusakan
dan perbuatan keji semakin
meningkat dan menguat,
seruan dan arus serangan
yang ditujukan kepada wanita-
wanita muslimah dengan
agenda dan maksud
terselubung semakin gencar,
menjaga kehormatan di zaman
seperti ini terasa demikian sulit
dan berat, para penyeru dan
para jurkam kerusakan
membidik wanita muslimah
sebagai sasaran, mereka
memakai dan menggunakan
cara-cara yang melenakan dan
menggiurkan dengan nama
kemajuan, modernisasi,
pemberdayaan, pengentasan,
pembebasan dan kedok-kedok
palsu lainnya, zhahiruhu fihi ar-
Rahmah, wa bathinuhu ya`ti
min qibalihi al-adzab, racun di
balik kelembutan ular berbisa.
Dari sini maka seorang wanita
muslimah harus jeli dan cermat
sehingga dia tidak termakan
oleh rayuan gombal para
serigala yang berbulu domba,
hendaknya seorang muslimah
tetap berpegang kepada
aturan-aturan dan rambu-
rambu Islam yang luhur lagi
suci karena di sanalah
terkandung kebersihan dan
kesucian diri, hendaknya
seorang muslimah menimbang
dan mengukur setiap seruan
dan ajakan dengan timbangan
dan ukuran syar ’i yang baku
dan menyeluruh, hal ini agar
dia selamat dan tidak
terjerumus ke dalam perkara-
perkara yang merusak
kemuliaan dan kehormatannya.
Kunci keempat, menaati suami.
Menaati suami merupakan
lahan dan medan besar dan
luas bagi seorang muslimah, ia
merupakan ladang ibadah bagi
seorang muslimah yang
sesungguhnya setelah
penghambaannya kepada
Rabbnya.
Posted by Palmery blog
at 6:15:00 AM,
Add Comment
Read more
Subscribe to:
Posts (Atom)