Dalam buku 'Beberapa Bagian dari Sejarah Madinah' karya Ali Hafidh dikisahkan, suatu malam Sultan Nuruddin mimpi bertemu dengan Rasulullah Saw. Dalam mimpi itu Rasul memanggil-manggil Nuruddin dan menyuruhnya agar segera pergi ke Madinah, karena ada dua orang kulit putih yang hendak menyakiti beliau.
Bermimpi seperti itu, Sultan Nuruddin pun tersentak dan terbangun dari tidurnya. Betapa jelas kata-kata yang diucapkan Rasulullah Saw tadi. Ia pun segera mengambil air wudhu lalu shalat beberap rakaat. Lalu ia tidur kembali.
Dalam tidur keduanya, Sultan Nuruddin mendapatkan mimpi yang sama bahkan terasa lebih jelas. Mimpi itu terus berulang hingga tiga kali.
Keesokan harinya, Sultan Nuruddin menyampaikan mimpinya tersebut pada Jamaluddin Al-Muwashshali, seorang menteri yang berwawasan luas, alim dan rendah hati. Jamaluddin pun menyarankan agar Sultan segera pergi ke Madinah dan tidak menceritakan mimpinya pada siapapun.
Sesampainya di Madinah, ia segera shalat di Raudhah, lalu menziarahi pusara Rasulullah SAW. Sultan duduk termenung di depan pusara Rasul.
Segera setelah itu, ia memerintahkan agar seluruh penduduk Madinah berkumpul, terutama penduduk dan peziarah di sekitar Masjid Nabawi. Sultan membagi-bagikan hadiah pada setiap orang yang datang dengan harapan bisa bertemu dengan dua orang yang dilihatnya dalam mimpi.
Sayang, ia tidak bertemu dengan dua orang yang dicarinya tersebut. Maka berkatalah Sultan Nuruddin, "Apakah ada yang belum mendapat hadiah?". Mereka menjawab, "Tidak ada, kecuali dua orang dari Andalusia. Keduanya tidak mengambil sedikitpun, karena tengah khusyuk beribadah di Raudhah dekat makam Nabi". Saat ditanyakan bagaimana warna kulit kedua orang itu, maka dijawablah bahwa kulit mereka putih kemerahan.
Setelah dicari, kedua orang itu segera dihadapkan kepada Sultan Nuruddin untuk diinterogasi. Pada awalnya mereka mengaku sebagai peziarah Muslim dari Andalusia. Terlihat dari wajah mereka gurat-gurat ketakutan dan jawabannya pun berbelit-belit.
Untuk mendapatkan kebenaran jawaban, kedua orang tersebut di bawa ke balik dinding, lalu dibukalah celananya. Ternyata kedua orang itu tidak berkhitan! Setelah diinterogasi terus menerus, keduanya mengaku bahwa mereka adalah tentara Salib, yang diutus oleh raja mereka untuk mencuri jasad Rasulullah SAW (Dalam kisah lain disebutkan orang Yahudi).
Usaha untuk mencuri jasad Rasul, sudah mereka lakukan sejak lama dengan cara menggali terowongan di sebelah kiblat luar masjid. Setelah itu, keduanya dihukum mati dan mayatnya dibakar di luar Masjid Nabawi. Agar kejadian serupa tidak terulang kembali, Sultan Nuruddin memerintahkan untuk menggali tanah sekitar pusara dan menuangkan ke dalamnya cairan tembaga agar membeku, agar pusara Nabi SAW terlindungi.
0 Response to ""NURUDDIN ZANKI DAN KISAH PENGGAGALAN PENCURIAN JASAD NABI""
Post a Comment