BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring berjalannya
waktu, tanpa kita sadari dunia barat telah menguasai hampir seluruh ilmu
pengetahuan yang ada. Padahal sadar atau tidak, tidak sedikit dari mereka
mendapatkan ilmu pengetahuan itu dari dunia timur, termasuk dalam ranah sains
Matematika.
Dulu saat kita pertama
kali mempelajari matematika, pasti kita tidak akan asing dengan nama-nama para
penemu terutama para penemu dari barat seperti Leonardo da Pisa, Cremona,
Gerard dan masih banyak lainnya yang sering kita dengar, namun tanpa kita
ketahui ternyata ilmuan terhebat dari sains matematika adalah berasal dari
timur, yang tidak lain beliau bernama al-Khawarizmi.
Al-Khawarizmi bukan
hanya seorang ahli matematikawan saja, beliau juga ahli dalam bidang lainnya
seperti geografi, astronomi, seni musik dan banyak keahlian beliau yang
lainnya. Namun hal tersebut sangatlah asing bagi telinga para pelajar masa
kini, terlebih lagi kita sering kali berangkat dari kesadaran untuk mengenal
pengetahuan dari kematrealisasian. Sehingga mengakibatkan, setiap mempelajari
ilmu pengetahuan tentang sains kita selalu terjebak dan membatasi diri untuk
membuka para ilmuan muslim. Karena dalam pikiran kita para pemikir muslim hanya
berbicara di ranah yang berbau agama saja.
B. Rumusan Masalah
1. Biografi Al-Khawarizmi
2. Pribadi dan Ketokohan Seorang al-Khawarizmi
3. Revolusi Al-Khawarizmi
4. Gelar-Gelar Al-Khawarizmi
5. Strategi Pengislaman Sains Matematik
6. Karya Al-Khawarizmi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Al-Khawarizmi
Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi
dalam bahasa arab “محمد بن موسى الخوارزمي” atau lebih dikenal Al-Khawarizmi lahir
sekitar tahun 194H/780M di Khwārizm. Gelaran Al-Khawarizmi yang dikenali di
Barat ialah al-Khawarizmi, al-Cowarizmi, al-karismi, al-Goritmi atau al-Gorism.[1] Nama al-gorism
telah dikenali pada abad pertengahan. Negara Perancis pula
al-Gorism muncul sebagai Augryam atau Angrism. Negara Inggeris pula
ia dikenali sebagai Aurym atau Augrim, dan sekarang Khawarizm adalah sebuah
kota Khiva di Uzbekistan Asia Tengah. Al-Khawarizmi wafat sekitar tahun
266H/850M di Bagdad. Ia adalah tokoh yang sangat terkenal di dunia sebagai ahli
matematika, astronomi, astrologi dan geografi dan kartografi. Hampir seluruh
hidupnya, diabdikan di Sekolah Kehormatan di Baghdad (Iraq). Saat itu Iraq
adalah sebuah imperium dan kekuatan adidaya seperti Amerika sekarang ini.
Bagdad menjadi pusat
ilmu dan perdagangan. Banyak pedagang dan ilmuwan dari Cina dan India berkelana
ke kota ini, yang juga dilakukan beliau. Beliau bekerja sebagai dosen di
Baghdad pada Sekolah Kehormatan yang didirikan oleh Khalifah Bani Abbasiyah
Al-Ma’mun, tempat ia belajar ilmu alam dan matematika, termasuk mempelajari
terjemahan manuskrip Sanskerta dan Yunani. Dan beliaupun pernah mendapat
penghargaan ketika menganggotai baitul hikmah sebagai Ketua Pustakawan
al-Makmum dan sebagai wakil delegasi keluar negeri.
Dalam pendidikan telah
dibuktikan bahawa al-Khawarizmi ialah seorang tokoh Islam yang berpengetahuan
luas. Pengetahuan dan kemahiran beliau bukan sahaja meliputi bidang
syariat tapi di dalam bidang falsafah, logik, aritmetik, geometri, muzik,
kejuruteraan, sejarah Islam dan kimia. Al-Khawarizmi sebagai guru aljabar di
Eropa. Beliau telah menciptakan pemakaian Secans dan Tangens dalam
penyelidikan trigonometri dan astronomi. Terbkti dalam usia muda beliau
bekerja di bawah pemerintahan Khalifah al-Ma’mun, bekerja di Bayt
al-Hikmah di Baghdad.
Beliau pernah
memperkenalkan angka-angka India dan cara-cara perhitungan India pada dunia
Islam. Beliau juga merupakan seorang penulis Ensiklopedia Pelbagai
Disiplin. Al-Khawarizmi adalah seorang tokoh yang mula-mula memperkenalkan
aljabar dan his ab. Banyak lagi ilmu pengetahuan yang beliau pelajari
dalam bidang matematik dan menghasilkan konsep-konsep matematik yang begitu
popular sehingga digunakan pada zaman sekarang.
B. Pribadi dan Ketokohan Seorang al-Khawarizmi
Setiap tokoh mempunyai
sifat ketokohannya yang tersendiri. Ketokohan al-Khawarizmi dapat dilihat
dari dua sudut yaitu dari bidang matematik dan astronomi. Namun bidang
matematik akan diperjelaskan secara terperinci berbanding astronomi kerana ia
melibatkan kajian yang dikaji. Dalam bidang matematik, al-Khawarizmi telah
memperkenalkan aljabar dan hisab. Beliau banyak menghasilkan karya-karya
yang masyhor ketika zaman tamadun Islam. Antara karya-karya yang
beliau hasilkan ialah ‘Mafatih al-Ulum’. Sistem nombor adalah
salah satu sumbangan dan telah digunakan pada zaman tamadun Islam. Banyak
kaedah yang diperkenalkan dalam setiap karya yang dihasilkan. Antaranya
ialah kos, sin dan tan dalam trigonometri penyelesaian persamaan, teorem
segitiga sama juga segitiga sama kaki dan mengira luas segitiga, segi empat
selari dan bulatan dalam geometri. Masaalah pecahan dan sifat nombor
perdana dan teori nombor juga diperkenalkan. Banyak lagi konsep dalam
matematik yang telah diperkenalkan al-khawarizmi sendiri.
Bidang astronomi juga
membuatkan al-Khawarizmi dikenali pada zaman tamadun Islam. Astronomi
dapat ditakrifkan sebagai ilmu falaq (pengetahuan tentang bintang-bintang
yang melibatkan kajian tentang kedudukan, pergerakan, dan pemikiran serta
tafsiran yang berkaitan dengan bintang). Seawal kurun ketiga lagi lagi,
al-Khawarizmi telah menghasilkan dua buah yang salah satu dari padanya telah
diterjemahkan ke Bahasa Latin dan memberi pengaruh besar ke atas Muslim dan
orang Spanyol dan Kristian. Penggunaan matematik dalam astronomi sebelum
tamadun Islam amat sedikit dan terhad. Ini disebabkan oleh kemunduran
pengetahuan matematik yang terhad kepada pengguna aritmetik dan geometri
sahaja.
Kepribadian
al-Khawarizmi telah diakui oleh orang Islam maupun dunia Barat. Ini dapat
dibuktikan bahawa G.Sarton mengatakan bahwa “pencapaian-pencapaian yang
tertinggi telah diperoleh oleh orang-orang Timur….” Dalam hal ini Al-Khawarizmi.
Tokoh lain, Wiedmann berkata…. “al-Khawarizmi mempunyai kepribadian yang teguh
dan seorang yang mengabdikan hidupnya untuk dunia sains”.
Beberapa cabang ilmu
dalam Matematika yang diperkenalkan oleh al-Khawarizmi seperti: geometri,
aljabar, aritmatika dan lain-lain. Geometri merupakan cabang kedua dalam
matematika. Isi kandungan yang diperbincangkan dalam cabang kedua ini ialah
asal-usul geometri dan rujukan utamanya ialah Kitab al-Ustugusat “The
Elements” hasil karya Euklid, geometri dari segi bahasa berasal dari
perkataan yunani yaitu ‘geo’ yang berarti bumi dan ‘metri’
berarti pengukuran. Dari segi ilmu, geometri adalah ilmu yang mengkaji hal yang
berhubungan dengan magnitud dan sifat-sifat ruang. Geometri ini
dipelajari sejak zaman firaun, 2000 SM. Kemudian Thales Miletus memperkenalkan
geometri Mesir kepada Yunani sebagai satu sains dalam kurun abad ke 6 SM.
Seterusnya sarjana Islam telah menyempurnakan kaidah pendidikan sains ini
terutama pada abad ke 9 M.
Algebra/aljabar
merupakan nadi matematika. Karya Al-Khawarizmi yang telah diterjemahkan oleh
Gerhard of Gremano dan Robert of Chaster ke dalam bahasa Eropa pada abad ke-12.
sebelum munculnya karya yang berjudul “Hisab al-Jibra wa al Muqabalah”
yang ditulis oleh al-Khawarizmi pada tahun 820M. Sebelum ini tak ada istilah
aljabar.
C. Revolusi Al-Khawarizmi
Dunia Eropa/Barat dari
dulu sampai dengan sekarang sepertinya mengklaim bahwa Gudang Ilmu Pengetahuan
berasal dari kawasan Eropa/Barat, padahal sejatinya asal Gudang Ilmu
Pengetahuan berasal dari kawasan Timur Tengah yaitu Mesopotamia
yang menjadi peradaban tertua di dunia. Dan sumbangan pertama kepada
matematika dan astronomi yang diberikan oleh orang-orang Arab adalah
pemerkenalan mereka atas sistem bilangan untuk menggantikan penghitungan dengan
menggunakan alfabet, yang umum dilakukan di waktu itu.[2] Dan
mereka itu sendiri mempelajari ilmu tersebut dari India dan mengadopsinya,
India itu sendiri memiliki beberapa bentuk angka, dan orang-orang Arab lebih
memilih dua macam, yang pertamaa dikenal dengan sebutan “angka India” yang digunakan
hampir di semua negeri-negeri Arab, yang kedua dikenal dengan nama “angka” Ghubariya
atau angka-angka debu (1,2,3,4,5 dan seterusnya), angka-angka ini disebut
”angka debu” karena berasal dari debu yang dipercikan orang-orang India ke atas
papan kayu sebelum mereka menuliskan angka-angka padanya.
Sistem angka itu
sendiri mulai diperkenalkan ke Arab oleh sarjana India bernama Sinhid. Sistem
nomor ini telah memainkan peranan yang begitu besar dalam bidang matematik.
Tanpa sistem nomor dan angka adalah amat sukar bagi manusia untuk menentukan
kuantiti yang difikirkan atau yang diperlukan untuk penjumlahan. Dalam al-Quran
banyak ayat-ayat yang menyebut tentang bilangan angka seperti dalam surah
an-Nisa ayat-ayat 10, 11 dan 12 membicarakan tentang waris, yang artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim,
sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke
dalam api yang menyala-nyala (neraka). 11. Allah mensyari’atkan
bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang
anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu
semuanya perempuan lebih dari dua, Maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang
ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo
harta. dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta
yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang
meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), Maka ibunya
mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, Maka
ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah
dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang)
orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang
lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. ini adalah ketetapan dari Allah.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. 12. dan bagimu
(suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika
mereka tidak mempunyai anak. jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, Maka kamu
mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat
yang mereka buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat
harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. jika kamu mempunyai
anak, Maka Para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan
sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar
hutang-hutangmu. jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang
tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang
saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja),
Maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. tetapi
jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, Maka mereka bersekutu dalam
yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah
dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris). (Allah
menetapkan yang demikian itu sebagai) syari’at yang benar-benar dari Allah, dan
Allah Maha mengetahui lagi Maha Penyantun.” (QS. An-Nisa: 10-12).
Ayat tersebut dengan
sangat jelas menyebutkan hal-hal yang berkaitan dengan bilangan yang tidak akan
lepas dari ranah matematika diantaranya tentang nisf (1/2), rubu (1/4), thuluth
(1/3), sudus (1/6) dan thumun (1/8).
Al-Khawarizmi
memperkenalkan beberapa simbol yang sistematik terutama angka sifar. Dan tidak
bisa di pungkiri jadwal-jadwal al-Khawarizmi sangat turut membantu
mempercepatkan sistem angka India ini terkenal di dunia. Mulai awal abad ke
5H/11M didapati penggunaan sistem angka baru secara meluas dalam penulisan
sarjana-sarjana Islam. Dunia mengenal sistem nomor yang ada sekarang menerusi
buku karya al- Khawarizmi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada tahun
1120 bertajuk De Numero Indorum. Serta tidak kalah pentingnya sitem
notasi decimal yang digunakan pemikir dunia Barat Fibonacci, yang lebih dikenal
dengan nama Leonardo da Pisa dalam penyusunan bukunya yang terkenal yaitu “Liber
Abaci”.[3]
Al-Khawarizmi adalah
pencari ilmu nombor sebagai warisan masyarakat Hindu, dan beliau belajar dari
seorang sarjana Hindu bernama Kankah, dalam percubaan kali kedua. Sebelum itu
beliau pernah meminta Kankah untuk mengajarinya, namun beliau ditolak. Dan dengan
harapan yang tinggi beliau datang keduakalinya untuk belajar ilmu nombor,
hingga akhirnya kankah bersimpati dan mengajarinya.
Pengetahuan yang beliau
dapatkan dari Kankah, mendorongnya untuk melakukan Revolusi dalam bidang
Matematika yang berkembang ketika zaman Kerajaan Abasiyah. Dan pencapaian
paling ulungnya adalah memberikan nilai kepada angka “nol” sedangkan dalam
system nombor Hindu, “nol” berarti tiada nilai. Dan hingga saat ini istilah
yang bermakna kosong “nol” di pakai di semua belahan dunia Timur maupun Barat.
D. Gelar-Gelar Al-Khawarizmi
1. Bapak Algoritma
Istilah algoritma,
mungkin bukan sesuatu yang asing bagi kita. Ditinjau dari asal-usul
katanya, kata ‘Algoritma’ mempunyai sejarah yang agak aneh. Orang hanya
menemukan kata Algorism yang berarti proses menghitung dengan angka
Arab. Seseorang dikatakan ‘Algorist’ jika menghitung menggunakan angka
Arab. Para ahli bahasa berusaha menemukan asal kata ini namun hasilnya kurang
memuaskan. Akhirnya para ahli sejarah matematika menemukan asal kata tersebut
yang berasal dari nama seorang matematikawa muslim. Dialah Al Khuwarizmi dibaca
orang barat menjadi Algorism. Algoritma berarti prosedur sistematis
untuk memecahkan masalah matematis dalam langkah-langkah terbatas.[4]
2. Bapak Aljabar
Karya Aljabarnya yang
paling monumental berjudul Al Mukhtasar fi Hisab Al Jabr wal Muqabalah
(Ringkasan Perhitungan Aljabar dan Perbandingan). Dalam buku itu diuraikan
pengertian-pengertian geometris. Ia juga menyumbangkan teorema segitiga sama
kaki yang tepat, perhitungan tinggi serta luas segitiga, dan luas jajaran
genjang serta lingkaran. Dengan demikian, dalam beberapa hal al-Khawarizmi
telah membuat aljabar menjadi ilmu eksak.
Buku itu diterjemahkan
di London pada 1831 oleh F. Rosen, seorang matematikawan Inggris. Kemudian
diedit ke dalam bahasa Arab oleh Ali Mustafa Musyarrafa dan Muhammad Mursi
Ahmad, ahli matematika Mesir, pada 1939. Sebagian dari karya al-Khawarizmi itu
pada abad ke-12 juga diterjemahkan oleh Robert, matematikawan dari Chester,
Inggris, dengan judul Liber Algebras et Al-mucabola (Buku Aljabar dan
Perbandingan), yang kemudian diedit oleh L.C. Karpinski, seorang matematikawan
dari New York, Amerika Serikat. Gerard dari Cremona (1114–1187) seorang
matematikawan Italia, membuat versi kedua dari buku Liber Algebras dengan judul
De Jebra et Almucabola (Aljabar dan Perbandingan). Buku versi Gerard ini lebih
baik dan bahkan mengungguli buku F. Rozen.
Dalam bukunya,
matematikawan muslim ini memperkenalkan kepada dunia ilmu pengetahuan
angka 0 (nol) yang dalam bahasa Arab disebut sifr. Sebelum Al Khawarizmi
memperkenalkan angka nol, para ilmuwan mempergunakan abakus, semacam
daftar yang menunjukkan satuan, puluhan, ratusan, ribuan, dan seterusnya, untuk
menjaga agar setiap angka tidak saling tertukar dari tempat yang telah
ditentukan dalam hitungan.
Akan tetapi, hitungan
seperti itu tidak mendapat sambutan dari kalangan ilmuwan Barat ketika itu, dan
mereka lebih tertarik untuk mempergunakan raqam al-binji (daftar angka
Arab, termasuk angka nol), hasil penemuan Al Khuwarizmi. Dengan
demikian, angka nol baru dikenal dan dipergunakan orang Barat sekitar 250 tahun
setelah ditemukan al-Khawarizmi. Dari beberapa bukunya, al-Khawarizmi
mewariskan beberapa istilah matematika yang masih banyak dipergunakan hingga kini.
Seperti sinus, kosinus, tangen dan kotangen.
Karya-karya
matematikawan muslim ini sebenarnya banyak mengacu pada tulisan mengenai
aljabar yang disusun oleh Diophantus (250 SM) dari Yunani. Namun, dalam
meneliti buku-buku aljabar tersebut, al-Khawarizmi menemukan beberapa kesalahan
dan permasalahan yang masih kabur. Kesalahan dan permasalahan itu diperbaiki,
dijelaskan, dan dikembangkan oleh al-Khawarizmi dalam karya-karya aljabarnya.
Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan apabila ia dijuluki ”Bapak Aljabar.”
Bahkan, menurut Gandz,
matematikawan Barat dalam bukunya The Source of Al Khawarizmi’s Algebra,
Al Khawarizmi lebih berhak mendapat julukan “Bapak Aljabar” dibandingkan dengan
Diophantus, karena dialah orang pertama yang mengajarkan aljabar dalam bentuk elementer
serta menerapkannya dalam hal-hal yang berkaitan dengannya.
Di bidang ilmu ukur,
al-Khawarizmi juga dikenal sebagai peletak rumus ilmu ukur dan penyusun daftar
logaritma serta hitungan desimal. Namun, beberapa sarjana matematika Barat, seperti
John Napier (1550–1617) dan Simon Stevin (1548–1620), menganggap penemuan itu
merupakan hasil pemikiran mereka.
Di dunia Barat, Ilmu
Matematika lebih banyak dipengaruhi oleh karya Al Khawarizmi dibanding karya
para penulis pada Abad Pertengahan. Masyarakat modern saat ini berutang budi
kepada Al Khawarizmi dalam hal penggunaan bilangan Arab. Notasi penempatan
bilangan dengan basis 10, penggunaan bilangan irasional dan diperkenalkannya
konsep Aljabar modern, membuatnya layak menjadi figur penting dalam bidang
Matematika dan revolusi perhitungan di Abad Pertengahan di daratan Eropa.
Dengan penyatuan Matematika Yunani, Hindu dan mungkin Babilonia, teks Aljabar
merupakan salah satu karya Islam di dunia Internasional.
3. Bapak Astronomi dan Geografi
Patung Al Khawrismi di
depan Fakultas Matematika Universitas Tekhnologi Amrikabir, Teheran, Iran yang
dulu ada di bawah Khalifah Ma’mun, sebuah tim astronom yang dipimpinnya
berhasil menentukan ukuran dan bentuk bundaran bumi. Penelitian itu dilakukan
di Sanjar dan Palmyra. Hasilnya hanya selisih 2,877 kaki dari ukuran garis
tengah bumi yang sebenarnya. Sebuah perhitungan luar biasa yang dapat dilakukan
pada saat itu. Astronom muslim ini juga menyusun buku tentang
penghitungan waktu berdasarkan bayang-bayang matahari.
Buku geografinya yang
mahsyur adalah Kitab Surah Al Ard (Buku Gambaran Bumi). Buku itu memuat daftar
koordinat beberapa kota penting dan ciri-ciri geografisnya. Kitab itu secara
tidak langsung mengacu pada buku Geography yang disusun oleh Claudius Ptolomaeus
(100–178), ilmuwan Yunani. Namun beberapa kesalahan dalam buku tersebut
dikoreksi dan dibetulkan oleh Al Khawarizmi dalam bukunya Zij As Sindhind
sebelum ia menyusun Kitab Surah Al Ard.
4. Seni Musik
Al Khawarizmi juga
seorang ahli seni musik. Dalam salah satu buku matematikanya, ia menuliskan
pula teori seni musik. Pengaruh buku itu sampai ke Eropa dan dianggap sebagai
perkenalan musik Arab ke dunia Latin.
E. Strategi Pengislaman Sains Matematik
Filofof islam pertama
yaitu Abu Yusuf Ya’kub bin Ishak al-Kindi (185H/801M-256H/869M) ternyata juga
dikenal sebagai seorang matematikawan,[5] bahkan
beliau pernah menulis kurang lebih empat risalah yang berkaitan dengan
matematika, diantaranya “Risalah Fi Madkhal ila al-Aritmatiqi” (Buku
tentang Ilmu Hitung) dan “Risalah al-Kammiyat al-Mudafah” (Buku Tentang
Jumlah Relatif). Namun tidak bisa kita pungkiri sains matetatika selalu saja di
acukan pada Dunia Barat, padahal Dunia Timur sudahlah jauh lebih berkembang
dengan pesatnya, namun di satu sisi kita sering terjebak pada pengislaman sains
matematik yang seharusnya berlandaskan dengan beberapa perkara yaitu, ia
hendaklah berlandaskan tauhid, syariah dan akhlak. Ini kerana ia perlu
bagi tokoh-tokoh yang beragama Islam supaya melaksanakan setiap pekerjaan atau
tugasan yang mengikut undang-undang Islam.
1. Tauhid
Tauhid merupakan
landasan falsafah matematik Islam sepertimana dengan ilmu-ilmu Islam yang
lain. Mengikut matlamat Islam, semuanya Ayyatullah
(tanda-tanda Allah) yaitu symbol kebesaran, kewujudan dan keEsaan Tuhan.
Ungkapan yang wujud sewajarnya mencorakkan kegiatan matematik. Setiap
falsafah dan epistemology sains matematik kita tidak harus diterima bulat-bulat
tanpa syarat.
2. Syariah
Berasaskan kepada
undang-undang yang mengenali tindak tanduk semua masyarakat. Keharmonian dan
tanggung jawab kepada umat dan hak diri. Dari sudut ini, ahli matematik
Islam yang cuba menyelesaikan masaalah yang melibatkan perbuatan hukum syariah
seperti judi, riba dan mencabar kebenaran hakiki daripada agama samawi untuk
memperkukuhkan lagi Institusi. Oleh itu, matematik Islam hendaklah
berkembang selari dengan keperluan manusia dan perkembangan ini juga harus di
dalam sudut syariah.
3. Akhlak
Ciri-ciri akhlak mulia
hendaklah disemaikan kedalam matematik dan juga ia perlu dimasukkan kedalam
ilmu-ilmu Islam yang lain agar manusia dapat menerapkan nilai murni. Ilmu
yang dipelajari contahnya akhlak yang terdapat dalam bidang matematik ini
adalah penemuan aljabar yang melambangkan keadilan. Ini kerana keadilan
itu dituntut oleh agama Islam itu sendiri. Melalui asas pradigma tauhid
dan sya’iyah itu dapat memperkukuhkan lagi pembinaan akhlak.
F. Karya Al-Khawarizmi
Dengan meninggalkan
karya-karya besarnya sebagai ilmuwan terkemuka dan terbesar pada zamannya,
keberadaan karyanya beralih kepada komunitas Islam. Yaitu, bagaimana cara
menjabarkan bilangan dalam sebuah metode perhitungan, termasuk dalam bilangan
pecahan, suatu penghitungan Aljabar yang merupakan warisan untuk menyelesaikan
persoalan perhitungan dan rumusan yang lebih akurat dari yang pernah ada
sebelumnya, dan perlu di ketahui bukan hanya itu saja yang menjadi sumbangan
beliau bagi ummat islam namun masih banayak yang lainnya, diantaranya:
- Karya Al-Khawarizmi yang pertama adalah kitab “Al-Jabar” yang dipublikasikan tahun 830 M. Nama Al-Jabar berasal dari al-Kitab “Al-Mukhtasar fi hisab al-jabr wa’l-muqabala” atau “Buku Rangkuman untuk Kalkulasi dengan Melengkapkan dan Menyeimbangkan” namun ada juga yang menyebutnya dengan judul “Buku Kesimpulan Proses Kalkulasi untuk Paksaan dan Persamaan”,[6]
- Karya beliau adalah buku “Dixit Algorizmi”. Karya spektakuler ini isinya tentang ilmu aritmatika. Namun sayang karya asli yang berbentuk bahasa arab ternyata sampai saat ini tidak ditemukan alias hilang. Dixit algiruzmi adalah terjemahan dari kitab Al-Khawarizmi yang dilakukan pada abad ke-12 oleh Adelard of Bath. Pada buku Dixit algorizmi (ditulis tahun825) kalkulasi dengan angka Hindu memprinsipkan kemampuan difusi angka India ke dalam per angkaan timur tengah dan kemudian Eropa. Buku beliau diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, Algoritmi de Numero Indorum.
- Buku ketiga beliau yang terkenal adalah Kitab “Surat Al-Ardhi” atau “Buku Pemandangan Dunia” atau “Kenampakan Bumi” diterjemahkan selanjutnya lebih dikenal dengan Geography. Kitab ini selesai dibuat padatahun 833. Kitab ini adalah revisi dan penyempurnaan konsep Geografi Ptolemeus, terdiri dari daftar 2402 koordinat kota-kota dan tempat geografis lainnya didunia. Naskah asli kitab ini masih tersisa satu dan tersimpan di perpustakaan Universitas Strasbourg Prancis. Terjemahan Latinnya tersimpan di Biblioteca Nacional de España di Madrid. Judul lengkap buku beliau adalah “Buku Pendekatan Tentang Dunia”, dengan Kota-Kota, Gunung, Laut, Semua Pulau dan Sungai, ditulis oleh Abu Ja’far Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi berdasarkan pendalaman geografis yang ditulis oleh Ptolemeus dan Claudius. Buku ini dimulai dengan daftar bujur dan lintang, termasuk “Zona Cuaca”, yang menulis pengaruh lintang dan bujur terhadap cuaca. Oleh Paul Gallez, dikatakan bahwa ini sangat bermanfaat untuk menentukan posisi kita dalam kondisi yang buruk untuk membuat pendekatan praktis.
- Buku keempat beliau adalah kitab “Zij al-sindhind” (tabel astronomi) adalah karya yang terdiri dari 37 simbol pada kalkulasi kalender astronomi dan 116 tabel dengan kalenderial, astronomial dan data astrologial sebaik data yang diakui sekarang. Versi aslinya dalam Bahasa Arab (ditulis 820) hilang, tapi versi lain oleh astronomer Spanyol Maslama al-Maritli (1000) tetap bertahan dalam bahasa Latin, yang diterjemahkan oleh Adelard of Bath (26 Januari 1126).
- Al-Khawarizmi juga menulis tentang Penanggalan Yahudi Risala “fi istikhraj taʾrikh al-yahud” (Petunjuk Penanggalan Yahudi). Buku ini menerangkan 19-tahun siklus interkalasi, hukum yang mengatur bulan Tishri dimulai; memperhitungkan interval antara Era Yahudi (penciptaan Adam) dan era Seleucid ; dan memberikan hukum tentang bujur matahari dan bulan menggunakan Kalender Yahudi. Sama dengan yang ditemukan oleh al-Biruni dan Maimonides.
- Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah, Beliau telah mengajukan contoh-contoh persoalan matematik dan telah mengemukakan 800 buah soalan yang sebahagian daripadanya merupakan persoalan yang dikemukakan oleh Neo. Babylian dalam bentuk dugaan yang telah dibuktikan kebenarannya oleh al-Khawarizmi.
- Sistem Nombor, Beliau telah memperkenalkan konsep sifat dan ia penting dalam sistem nombor pada zaman sekarang. Dan Sistem Nombor ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin iaitu De Numero Indorum.
- Karya lain Al-Khawarizmi yaitu beberapa manuskrip Arab di Berlin, Istanbul, Tashkent, Kairo dan Paris berisi pendekatan material. Manuskrip di Istanbul berisi tentang sundial, yang disebut dalam Fihirst.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Muhammad bin Musa
Al-Khawarizmi atau lebih dikenal Al-Khawarizmi lahir sekitar tahun 194H/780 di
Khwārizm. Gelaran Al-Khawarizmi yang dikenali di Barat ialah al-Khawarizmi,
al-Cowarizmi, al-karismi, al-Goritmi atau al-Gorism. wafat sekitar tahun
266H/850 di Baghdad.
Dalam pendidikan telah
dibuktikan bahawa al-Khawarizmi ialah seorang tokoh Islam yang berpengetahuan
luas. Pengetahuan dan kemahiran beliau bukan sahaja meliputi bidang
syariat tapi di dalam bidang falsafah, logik, aritmetik, geometri, muzik,
kejuruteraan, sejarah Islam dan kimia.
Beberapa cabang ilmu
dalam Matematika yang diperkenalkan oleh al-Khawarizmi seperti: geometri,
aljabar, aritmatika dan lain-lain. Geometri merupakan cabang kedua dalam
matematika. Isi kandungan yang diperbincangkan dalam cabang kedua ini ialah
asal-usul geometri dan rujukan utamanya ialah Kitab al-Ustugusat “The
Elements” hasil karya Euklid.
Dan matematika sering
diperbincangkan terjadi pengislamisasian karena beberapa aspek diantaranya,
yang pertama, Tauhid merupakan landasan falsafah matematik Islam
sepertimana dengan ilmu-ilmu Islam yang lain. Mengikut matlamat
Islam, semuanya Ayyatullah (tanda-tanda Allah) yaitu symbol kebesaran,
kewujudan dan keEsaan Tuhan. Dan kedua syariah yang mengenali tindak
tanduk semua masyarakat. Keharmonian dan tanggung jawab kepada umat dan hak
diri. Dari sudut ini, ahli matematik Islam yang cuba menyelesaikan
masaalah yang melibatkan perbuatan hukum syariah seperti judi, riba dan
mencabar kebenaran hakiki daripada agama samawi untuk memperkukuhkan lagi
Institusi. Kemudian ketiga berkaitan dengan akhlak mulia hendaklah
disemaikan kedalam matematik dan juga ia perlu dimasukkan kedalam ilmu-ilmu
Islam yang lain agar manusia dapat menerapkan nilai murni.
DAFTAR PUSTAKA
UNESCO, Sumbangan Islam Kepada Ilmu Dan Kebudayaan,Pustaka,ter.
Bandung 1986
Sayyed Hossein Nasr, Sains dan Peradabandi Dalam Islam, Pustaka,
Bandung, 1997
Ensiklopedia Tematis Dunia Islam, Pemikiran Dan Peradaban, PT Ictiar
Baru Van Hoeve
Sulaiman Fayyah, Al-Khwarizmi: Ahli Matematik (Terj. Abdul
Karim Mustafa) : Dewan Bahasa dan Pustaka, KualaLumpur, 2003
Tamadun Islam dan Tamadun Melayu, Penerbit UM, Kuala
Lumpur, 2006
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
0 Response to " Biografi Al-Khawarizmi"
Post a Comment