BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Pendidikan
adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM)
melalui kegiatan pengajaran. Ada dua buah konsep kependidikan yang berkaitan
dengan lainnya, yaitu belajar ( learning ) dan pembelajaran (
instruction ). Konsep belajar berakar pada pihak peserta didik dan konsep
pembelajaran berakar pada pihak pendidik.
Dalam proses
belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara peserta didik dan
pendidik. Peserta didik adalah seseorang atau sekelompok orang sebagai pencari,
penerima pelajaran yang dibutuhkannya, sedang pendidik adalah seseorang atau
sekelompok orang yang berprofesi sebagai pengolah kegiatan belajar mengajar dan
seperangkat peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar
mengajar yang efektif.
Metodologi mengajar dalam dunia pendidikan
perlu dimiliki oleh pendidik, karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM)
bergantung pada cara mengajar gurunya. Jika cara mengajar gurunya enak menurut
siswa, maka siswa akan tekun, rajin, antusias menerima pelajaran yang
diberikan, sehingga diharapkan akan terjadi perubahan dan tingkah laku pada
siswa baik tutur katanya, sopan santunnya, motorik dan gaya hidupnya.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa Pengertian
Aqidah Akhlak
2.
Bagaimana
Kedudukan Aqidah Islamiyah
3.
Bagaimana
Ruang Lingkup Aqidah Islam
4.
Apa Prinsip
Aqidah Islam
5.
Bagaimana
Metode Peningkatan Kwalitas Aqidah
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Aqidah Akhlak
Aqidah akhlak terdiri
dari dua kata yaitu Aqidah dan Akhlak. Aqidah artinya ikatan hati “bahwa seseorang
yang beriman mengikatkan hati dan perasaan dengan suatu kepercayaan yang tidak
dapat ditukar dengan kepercayaan lain sehingga aiqdah juga dikenal dengan
iman”.[1]
Sedangkan akhlak atau khuluq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia,
sehingga dia akan muncul secara spontan bila diperlukan tanpa memerlukan
penilaian atau pertimbangan terlebih dahulu tidak memerlukan dorongan dari luar.[2]
Akhlak
adalah segala perbuatan terpuji dari seorang mukalaf , baik hubungannya dengan
Allah SWT. Sebagai Khalik, sesama manusia, maupun dengan alam lingkungan.
Berbagai amal perbuatan itu akan memiliki nilai ibadah jika diimbangi dengan
suatu keyakinan akidah yang cukup kuat. Allah SWT. Berfirman :
ô`tB @ÏJtã $[sÎ=»|¹ `ÏiB @2s ÷rr& 4Ós\Ré& uqèdur Ö`ÏB÷sãB ¼çm¨ZtÍósãZn=sù Zo4quym Zpt6ÍhsÛ ( óOßg¨YtÌôfuZs9ur Nèdtô_r& Ç`|¡ômr'Î/ $tB (#qçR$2 tbqè=yJ÷èt ÇÒÐÈ
Artinya:”Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik
laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman ,maka pasti akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”(QS.An-Nahl:97)
Perkataan akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab, akhlaq. Jamaknya adalah khuluq atau
al-khuluq. Menurut bahasa, katakhuluq berarti budi pekerti,perangai,tingkah laku atau tabi’at.
Meskipun kata akhlak berasal dari bahasa Arab,tetapi kata akhlak tidak terdapat
di dalam Al-Qur’an. Kebanyakan kata akhlak dijumpai dalam hadis. Satu-satunya
kata yang ditemukan semakna akhlak dalam Al-Qur’an adalah bentuk tunggal,yaitu
khuluq,tercantum dalam Surah Al-Qalam ayat 4 :
y7¯RÎ)ur 4n?yès9 @,è=äz 5OÏàtã ÇÍÈ
Artinya:”Dan
sesungguhnya engkau benar-benar,berbudi pekerti yang luhur”. (QS.
Al-Qalam:4)
Sedangkan hadis yang sangat populer menyebut akhlak adalah hadis riwayat
Malik, yang Artinya :“Bahwasanya aku
(Muhammad) diutus menjadi rasul tak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak
mulia.”
Adapun pengertian akhlak menurut para ahli/ulama sebagai berikut :
1. Menurut Imam
Ghazali
Menurut
Al-Ghazali :
a. Akhlak ialah
suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran
terlebih dahulu.
b. Akhlak
umumnya disama artikan dengan arti kata budi pekerti, kesusilaan atau sopan
santun dalam bahasa Indonesia, atau tidak berbeda pula dengan arti kata ethic
(etika) di mana-mana setiap kesempatan dan situasional orang berbicara tentang
etika.
2. Prof. Dr.
Ahmad Amin
Mendefinisikan
akhlak sebagai kehendak yang dibiasakan. Maksudnya, Sesutu yang mencirikan
akhlak itu ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya, kehendak itu apabila
membiasakan sesutu, maka kebiasaan itu dinamakan akhlak. Ahmad Amin menjelaskan
arti kehendak itu ialah ketentuan dari beberapa keinginan manusia. Manakala
kebiasaan pula ialah perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya.
Daripada kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan ke arah menimbulkan apa
yang disebut sebagai akhlak.
3. Ibnu
Maskawayh
Ibnu
Maskawayh mengatakan akhlak ialah suatu keadaan bagi diri atau jiwa yang
mendorong (diri atau jiwa itu) untuk melakukan perbuatan dengan senang tanpa
didahului oleh daya pemikiran karena sudah menjadi kebiasaan.
Secara garis besar,akhlak mulia itu
dapat dikelompokkan kedalam dua kelompok yaitu:
a.
Akhlak mulia kepada Allah SWT.
Berarti mengikuti seluruh perintah yang telah
disampaikan Allah SWT. Kepada Rasul yang Maha Mulia Muhammad saw. Seluruh
perintah tersebut sudah tercatat dalam Al-Qur’an dan hadis.
b.
Akhlak kepada ciptaan Allah SWT.
Akhlak terhadap ciptaan Allah SWT. meliputi segala
perilaku,sikap,perbuatan,adab dan sopan santun sesama ciptaan Allah SWT. yang
terdiri atas ciptaan Allah SWT. yang gaib dan ciptaan Allah SWT. yang
nyata,benda hidup dan benda mati.
B. Kedudukan Aqidah Islamiyah
Dalam ajaran Islam,
aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting. Ibarat suatu bangunan, aqidah
adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang lain, seperti ibadah dan akhlak,
adalah bangunan bagian atasnya. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 285
آمَنَ
الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ
وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ
ۚ وَقَالُوا
سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ
رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
Artinya: Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka
mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang
lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan
kami taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada
Engkaulah tempat kembali".
C. Ruang Lingkup Aqidah Islam
Bahwa
aqidah Islam yang bersumber dari alquran dan hadits cakupannya meliputi:
1. Kepercayaan
akan adanya Allah swt dengan segala sifat-sifat-Nya, yakni sifat wajib, sifat
mustahil dan sifat jaiz, serta wujudnya yang dapat dibuktikan dengan
keteraturan dan keindahan alam semesta ini.
2. Kepercayaan
tentang alam gaib; percaya akan adanya alam di balik alam nyata ini yang tidak
bisa diamati oleh indra manusia. Demikian pula makhluq-makhluq yang ada di
dalamnya seperti malaikat, jin dan ruh.
3. Kepercayaan
kepada kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para rasul-Nya. Kitab-kitab
tersebut diturunkan agar manusia dapat menjadikannya pedoman dalam mengarungi
alam beserta segala problematikanya. Dengan menggunakan pedoman tersebut maka
manusia dapat membedakan yang baik dan yang buruk, serta yang halal dan yang
haram.
4. Kepercayaan
kepada para rasul Allah yang diutus dan dipilih untuk memberi petunjuk dan
bimbingan kepada manuisa agar melakukan hal hal yang baik dan benar.
5. Kepercayaan
kepada hari akhir serta peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat itu, seperti
hari kebangkitan (Ba’ats), adanya pahala dan dosa, surga dan neraka.
6. Kepercayaan
kepada qadha dan qadar Allah tentang segala sesuatu yang terjadi di alam
semesta ini.
D. Prinsip
Aqidah Islam
Setelah memahami pengertian dan ruang lingkup
aqidah Islam, perlu untuk pahami
tentang prinsip-prinsip aqidah Islam, yaitu :
1. Aqidah
Islam sebagai sesuatu yang diwahyukan Allah
Aqidah
Islam itu bersumber dari wahyu Allah yang diturunkan melalui malaikat Jibril
kepada Rasulullah SAW, untuk diajarkan kepada ummatnya dan terpelihara
kemurniaannya sampai hari akhir zaman.
Aqidah
Islam bukanlah hasil rekayasa perasaan atau pemikiran Nabi Muhammad SAW
sendiri, akan tetapi merupakan ajaran langsung dari Allah SWT sebagaimana yang
disebutkan di dalam al-Quran, surat al-Najm ayat 3-4:
$tBur ß,ÏÜZtƒ Ç`tã #“uqolù;$# ÇÌÈ ÷bÎ) uqèd žwÎ) ÖÓórur 4ÓyrqムÇÍÈ
Artinya: ”Dan
tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya.
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. Al-Najm:3-4)
Dalam
ayat tersebut Allah menyatakan bahwa apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad
adalah benar-benar wahyu adanya, bukan sebuah rekayasa atau buatan Nabi
sendiri.
2. Aqidah
Islam pada dasarnya tidak berbeda dengan aqidah yang diajarkan oleh para Nabi
terdahulu
Nabi
dan Rasul bertugas menyampaikan ajaran-ajaran Allah, oleh karena sumber ajaran
yang dibawakan oleh para nabi dan rasul itu adalah satu, yaitu berasal dari
Allah, maka isi ajaran yang diajarkan sejak nabi Adam hingga Nabi Muhammad
adalah sama, yaitu Islam. Sehingga di antara mereka tidak ada perbedaan dalam
mengajarkan aqidah kepada ummatnya.
Allah
berfirman dalam surat al-Syura, ayat 13:
tíuŽŸ° Nä3s9 z`ÏiB ÈûïÏe$!$# $tB 4Óœ»ur ¾ÏmÎ %[nqçR ü“Ï%©!$#ur !$uZøŠym÷rr& y7ø‹s9Î) $tBur $uZøŠ¢¹ur ÿ¾ÏmÎ tLìÏdºtöÎ) 4Óy›qãBur #Ó|¤ŠÏãur ( ÷br& (#qãKŠÏ%r& tûïÏe$!$# Ÿwur (#qè%§xÿtGs? ÏmŠÏù 4 uŽã9x. ’n?tã tûüÏ.ÎŽô³ßJø9$# $tB öNèdqããô‰s? ÏmøŠs9Î) 4 ª!$# ûÓÉ<tFøgs† Ïmø‹s9Î) `tB âä!$t±o„ ü“ωöku‰ur Ïmø‹s9Î) `tB Ü=‹Ï^ムÇÊÌÈ
Artinya: Dia Telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama
apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang Telah kami wahyukan
kepadamu dan apa yang Telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu:
Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. .... (QS. As-Syura:13)
Agama
yang dimaksud di sini adalah mengesakan Allah, beriman kepada-Nya. Jadi jelas
bahwa aqidah Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad adalah sama seperti yang
diajarkan oleh para nabi dan rasul terdahulu. Perbedaan ajaran para nabi dan
rasul terdahulu itu hanya terletak pada syari’at-syari’atnya yang berupa
amalan-amalan. Perbedaan syari’at itu terjadi karena perbedaan situasi, cara
berfikir, kondisi sosial yang ada, dan sesuai dengan cara pandang msyarakat pada masanya.
3. Aqidah Islam melurusan aqidah-aqidah yang diselewengkan
Aqidah Islam yang
dibawa dan diajarkan Nabi Muhammad bukan aqidah yang baru atau merombak aqidah
yang diajarkan para nabi dan rasul terdahulu. Melainkan hanya meluruskan aqidah
yang dibawa mereka setelah diselewengkan oleh umatnya terdahulu.
Aqidah yang
diselewengkan misalnya, adalah penyelewengan yang dilakukan oleh orang-orang
yahudi terhadap nabi Sulaiman putra Dawud, mereka menuduh nabi Sulaiman
menghimpun kitab yang mengandung sihir dan disimpannya di bawah tahtanya,
kemudian dikeluarkan dan disiarkan. Dalam usaha mengacaukan ajaran Islam
(aqidah Islam), orang-orang yahudi berusaha menyebarkan sihir yang mereka
anggap berasal dari bani Sulaiman. Padahal sebenarnya nabi Sulaiman tidak
mengajarkan atau mempraktikkan sihir. Beliau jelas mengetahui dan memahami
bahwa perbuatan sihir adalah termasuk pengingkaran terhadap Allah Azza wa
Jalla. Sebab sihir sebenarnya adalah tipuan dan muslihat yang hanya dilakukan
oleh setan. Dalam hal ini Allah berfirman :
(#qãèt7¨?$#ur $tB (#qè=÷Gs? ßûüÏÜ»u‹¤±9$# 4’n?tã Å7ù=ãB z`»yJø‹n=ß™ ( $tBur txÿŸ2 ß`»yJø‹n=ß™ £`Å3»s9ur šúüÏÜ»u‹¤±9$# (#rãxÿx. tbqßJÏk=yèム}¨$¨Y9$# tósÅb¡9$# !$tBur tAÌ“Ré& ’n?tã Èû÷üx6n=yJø9$# Ÿ@Î$t6Î |Nrã»yd šVrã»tBur 4 $tBur Èb$yJÏk=yèムô`ÏB >‰tnr& 4Ó®Lym Iwqà)tƒ $yJ¯RÎ) ß`øtwU ×poY÷GÏù Ÿxsù öàÿõ3s? ( …. ÇÊÉËÈ
Artinya: Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada
masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan
sihir), Padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya
syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). mereka mengajarkan sihir
kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri
Babil Yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada
seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya Kami hanya cobaan (bagimu),
sebab itu janganlah kamu kafir….". (Qs. Al-Baqoroh : 102)
Contoh lain dari
penyelewengan aqidah adalah penyimpangan orang-orang yahudi dan nasrani dalam
memahami Isa al-Masih. Islam menjelaskan bahwa nabi Isa adalah putra Maryam
yang diangkat oleh Allah menjadi rasul-Nya. Isa adalah anak suci dan bukan anak
zina seperti yang dituduhkan oleh orang-orang Yahudi. Beliau juga manusia biasa
yang memiliki kelebihan, dan kemudian diangkat oleh Allah menjadi rasul-Nya.
Beliau juga bukan Tuhan seperti yang dituduhkan orang Nasrani kepadanya.
Orang yahudi
mengingkari keberadaan nabi Isa. Mereka menuduh Maryam melakukan zina dengan
seorang yang bernama Yusuf al-Najjar, sehingga melahirkan Isa. Mereka menuduh
Isa adalah anak zina.
Selain itu orang yahudi
dan nasrani melakukan kesalahan, karena mengakui telah membunuh dan melakukan
penyaliban terhadap Isa putra Maryam, padahal mereka sebetulnya tidak
membunuhnya dan tidak pula menyalibnya. Akan tetapi yang mereka bunuh dan
disalib adalah orang yang diserupakan Isa bernama Yudas Iskariot bekas
muridnya.
Jelaslah bahwa Islam
datang untuk meluruskan penyelewengan-penyelewengan aqidah yang dilakukan oleh
ummat terdahulu. Islam memberikan informasi dan pengukuhan bahwa aqidah Islam
adalah aqidah atau keyakinan yang benar dan lurus serta wajib untuk dianut dan
dipertahankan oleh seluruh ummat manusia.
E. Metode Peningkatan Kwalitas Aqidah
Dalam memahami aqidah,
harus mengacu kepada al-Quran dan hadits Rasulullah SAW, serta ijma’ para ulama
dalam memahaminya. Ada beberapa kaidah penting dalam memahami hal ini, di
antaranya:
- Apabila terjadi perselisihan dalam memahami dalil-dalil yang ada, maka pemahaman para ulama terdahulu mulai dari sahabat, tabi’in, dan orang-orang yang berjalan di atas jalan mereka, harus dijadikan hujjah untuk memahami maksud dari dalil-dalil itu.
- Para ulama terdahulu (Salaf al-Shalih) telah mendasari metode mereka dalam memahami aqidah dengan bimbingan langsung dari Rasulullah SAW melalui wahyu al-Quran dan Hadits beliau.
- Aqidah adalah hal taufiqiyyah yang dilarang mengotak-atiknya tanpa ada bimbingan wahyu Allah SWT karena aqidah adalah hal yang gaib yang akal pikiran manusia tidak akan sanggup untuk menjangkaunya.
- Siapa saja yang menetapkan dan memahami permasalahan aqidah tanpa berlandaskan dengan dalil-dalil syar’i, maka dia telah berdusta atas nama Allah serta berkata tanpa dasar ilmu
- Aqidah dibangun di atas dasar ikhlas kepada Allah dan ittiba’ (mengikuti) petunjuk Rasulullah SAW.
- Para sahabat, imam-imam tabi’in dan yang mengikuti mereka serta ulama salaf al-shalih semuanya berada di atas bimbingan dan petunjuk Rasulullah SAW. Atsar-atsar mereka merupakan bimbingan dan jalan yang lurus.
Demikian beberapa
kaidah penting dalam memahami aqidah sebagai upaya peningkatan kwalitas aqidah
yang benar-benar bersumber pada al-Qur’an dan al-Hadits.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Aqidah Islam adalah sesuatu yang dipercayai dan diyakini kebenarannya oleh
hati manusia, sesuai ajaran Islam dengan berpedoman kepada al-Quran dan hadits.
Aqidah Islam meliputi:
·
percaya adanya Allah
dan segala sifat-sifat-Nya
·
percaya adanya
malaikat-malaikat Allah
·
percaya kepada
Kitab-kitab Allah
·
percaya kepada nabi dan
rasul Allah
·
percaya keapda hari
akhir dan sesuatu yang terjadi pada saat itu
·
percaya kepada qadha’
dan qadar.
2. Ruang lingkup aqidah Islam meliputi penanaman, pemahaman, dan keyakinan
terhadap aqidah Islam agar tetap terpelihara pada setiap diri orang muslim
3. Dalil naqli tentang pemeliharaan keyakinan atau aqidah Islam yang artinya;
4. Aqidah Islam bukanlah hasil rekayasa perasaan atau pikiran Nabi Muhammad
SAW sendiri, melainkan merupakan ajaran langsung dari Allah SWT
5. Landasan aqidah Islam, dan tidaklah yang diucapkan itu menurut
keinginannya. Akan tetapi, tidak lain adalah wahyu yang diwahyukan kepadanya. (QS.
Al-Najm:3-4)
6. Isi ajaran aqidah dari Nabi Adam sampai dengan Nabi Muhammad adalah sama
yang bersumber dari Allah, yaitu Islam
7. Aqidah Islam meluruskan aqidah-aqidah yang telah diselewengkan oleh
ummat-ummat terdahulu terutama oleh ummat Yahudi dan Nashrani. Mereka menuduh
Maryam melakukan zina dengan seorang yang bernama Yusuf al-Najjar sehingga
melahirkan Isa putra Maryam.
DAFTAR
PUSTAKA
Kaeany, Islam,
Iman dan Amal Soleh, Jakarta : Rineka Cipta, 2000.
Yunahar Ilyas, Kuliah
Akhlaq, Yogyakarta ; Lppi, 2002.
0 Response to "Aqidah Akhlak"
Post a Comment