Habibana Munzir bin Fuad Almusawa Alaihi Rahmatullah: Kalau kita ada undangan perjumpaan dengan penguasa negeri , Presiden atau Raja misalnya. Perjumpaan ini bukan sekedar perjumpaan, perjumpaan ini bisa jadi penjamuan sambutan kasih sayang diberi hadiah, harta, rumah, mobil dan lain sebagainya, atau bisa jadi berubah menjadi sambutan kemurkaan, mendapat kehinaan yang kekal, seperti apa?,
Misalnya kalau kita tau kejadian itu setahun yang akan datang , maka bagaimana bingungnya kita khawatir kalau kita salah bicara, salah pakai baju atau salah melangkah dan ketahuan oleh spionasenya ( mata-mata ) dan akhirnya dilaporkan, bagaimana jika ini terjadi?!
Yang Maha Melihat, melihat. Yang Maha Mendengar, mendengar. Yang Maha Melihat lintasan pemikiran kita, melihat apa yang kita renungkan. Apakah tidak ada dalam pemikiran kita tentang hal ini?!.
Siang dan malam kita memikirkan tentang makan dan minum, keluarga, rumah tangga, anak-anak, dagangan, pekerjaan, sekolah, dan lain sebagainya, siang dan malam kita memikirkan masalah ini dan itu.
Maka tidakkah terfikirkan oleh kita bahwa hari perjumpaan dengan Allah semakin dekat, itu adalah hari penentuan dan detik-detik yang membuka kebahagiaan yang kekal atau kehinaan yang abadi, masuk ke dalam penjara yang sangat merisaukan dan menakutkan di dalam api neraka atau di dalam kenikmatan di surga yang kekal dalam kasih sayang-Nya.
Adakah hal ini kita renungkan?
Beruntung mereka yang merindukan perjumpaan dengan Sang Maha Indah maka dia sudah dirindukan Allah. Jauh hari sebelum berjumpa dengan Allah , ia sudah dirindukan Allah . Allah SWT berfirman dalam hadits qudsy :
مَنْ أَحَبَّ لِقَائِيْ أَحْبَبْتُ لِقَاءَهُ
“ Barangsiapa yang rindu berjumpa dengan Ku, maka Aku pun rindu berjumpa dengannya “.
Maka jadilah hari-harinya, siang dan malamnya, makan dan minumnya, tidur dan bangunnya dalam cahaya kerinduan Ilahi dan Allah merindukannya. Maka tentunya berbeda , kalau seseorang tinggal di suatu kerajaan, dan raja rindu pada orang ini, apa yang susah dalam kehidupannya? kalau raja sudah menyayangi orang ini, maka semua pasukan dan pengawalnya dikerahkan untuk menjaga agar jangan sampai orang ini terganggu, bahkan sampai jalanannya pun dibuat serapi mungkin, apalagi bukannya orang ini yang mencintai raja, tapi raja yang mencintainya.
Kita lihat kalau cinta manusia dengan manusia. Berbeda antara cinta manusia dengan manusia dan cinta manusia dengan Allah. Kalau cinta manusia dengan manusia itu, misalnya raja atau penguasa walaupun baik, walaupun dermawan , walaupun segala kebaikan ada, tapi tentunya jika kita mencintainya maka belum tentu ia mengenal kita apa lagi mencintai kita. Namun berbeda dengan Allah SWT, yang berfirman :
مَنْ أَحَبَّ لِقَائِيْ أَحْبَبْتُ لِقَاءَهُ
“ Barangsiapa yang rindu berjumpa denganKu, maka Aku pun rindu berjumpa dengannya".
Pendosa yang siang dan malam penuh kehinaan namun Sang Maha merindukan menanti jika mereka mau merindukan Allah. Lalu bagaimana dengan dosa-dosaku?!
Jiwa yang merindukan Allah pasti akan dibenahi hari-harinya oleh Allah, pasti dibenahi kehidupannya oleh Allah, pasti dibenahi kesusahannya oleh Allah, masalah dunia dan akhiratnya sudah di genggaman Sang Maha Dermawan untuk diberi kemudahan.
Wallahu a'lam
Allahumma shlli 'ala Sayyidina Muhammad wa'ala alihi washabihi wasalim
0 Response to "Mengatahui Siapa Cinta Sejati Kita "
Post a Comment