Latest Updates

Kerajaan Arab Saudi Menuju Jurang Kehancuran

 Kekuasaan rezim Saudi tengah kritis. Berada di ujung tanduk. Usianya telah renta. Sebentar lagi akan hancur berkeping-keping. Setidaknya akan terpecah menjadi 3 kerajaan kecil. Pelakunya dari tangan-tangan mereka sendiri. Telah terjadi konflik internal di istana kerajaan. Sejumlah pangeran tengah memperebutkan jabatan penting. Yakni putra mahkota dan posisi strategis di pemerintahan. Sedikitnya ada 7 indikator utama. Sebagai tanda-tanda keruntuhan rezim Saudi. Berikut ulasannya. 1. Penggantian Putra Mahkota Pada tanggal 29 April 2015 Raja Salman bin Abdul Azis (79) berkhianat. Sang raja mencopot Pangeran Muqrin bin Abdul Azis (70) sebagai putra mahkota. Kemudian ia ditangkap dan menjadi tahanan rumah. Kedudukannya sebagai putra mahkota digantikan oleh Pangeran Muhammad bin Nayef (55). Dan Pangeran Muhammad bin Salman (35) sebagai wakil putra mahkota. Keduanya berasal dari klan Sudayri. Tindakan tersebut inkonstitusional. Dekrit Raja Salman itu telah melanggar konstitusi. Ada 2 pelanggarannya. Pertama, melanggar 'wasiat' pendiri kerajaan Saudi. Yakni Abdul Azis as Saud. Ibnu Saud menetapkan bahwa pewaris raja adalah anak-anaknya sendiri. Yaitu generasi kedua (anak-anaknya). Bukan kepada generasi ketiga (cucu-cucunya). Kedua, melanggar kesepakatan untuk memelihara keseimbangan kekuasaan. Pembagian kekuasaan harus seimbang. Terutama antara klan Sudayri dan klan Shuraimi. 2. Pro dan Kontra Agresi Militer ke Yaman Agresi militer ke Yaman didalangi oleh klan Sudayri. Ada 3 tokoh kunci. Pertama, raja Salman bin Abdul Azis. Lalu putra mahkota Pangeran Muhammad bin Nayef. Terakhir, wakil putra mahkota, Pangeran Muhammad bin Salman. Kedua putra mahkota merangkap jabatan strategis. Yakni sebagai menteri dalam negeri dan menteri pertahanan. Dan pimpinan di sejumlah lembaga tinggi negara lainnya. Sementara mayoritas kubu diluar klan Sudayri menentang kebijakan tersebut. Kelompok ini terdiri dari Pangeran Talal bin Abdul Azis dan Pangeran Mashal bin Abdul Azis. Dan tentu saja Pangeran Muqrin bin Abdul Azis. Sedangkan dari generasi ketiga yang menentang invasi militer ke Yaman ada 2 tokoh. Yakni Pangeran Muta'ib bin Abdullah. Ia menjabat sebagai Kepala Garda Nasional Arab Saudi. Turut menentang juga ialah Pangeran Waleed bin Talal. Ia disebut orang terkaya di Arab Saudi. Diperkirakan agresi militer ke Yaman akan menguras kas negara  Saudi. Diperkirakan memakan biaya sebesar Rp 1.000 - 3.000 Trilyun/tahun. Dipastikan Arab Saudi akan menerima kekalahan telak dari agresinya. Ada  banyak faktor yang menguatkan prediksi tersebut. Pertama, jiwa patriotisme tentara yang rendah. Jumlah tentara Arab Saudi berjumlah 230.000. Separuhnya berasal dari Yaman. Kedua, tentara Arab Saudi minim prestasi peperangan. Bahkan belum pernah terlibat peperangan secara langsung. Ketiga, ketangguhan pejuang Yaman dan gerilyawan al Houthi. Hal ini telah terbukti. Imperium Turki Ottoman saja tak pernah behasil menaklukkan Yaman. Keempat, geografis Yaman sangat cocok untuk perang gerilya. Serangan darat dari Arab Saudi hanyalah menghantarkan nyawa saja. Bagaikan Vietnam buat Amerika Serikat. 3. Anjloknya Harga Minyak Dunia Saat ini harga minyak dunia terus merosot tajam. Hanya US $ 45/barel. Rezim Saudi salah perkiraan. Mereka berharap dengan melakukan agresi tersebut dapat mendongkrak harga minyak dunia. Meroket pada kisaran US$ 90-110/barel. Perhitungan mereka ternyata meleset. Salah perkiraan. Estimasinya terlalu optimis. Mengapa harga minyak dunia bisa merosot tajam..? Ini adalah  strategi jenius yang dimainkan oleh 2 negara. Yaitu Iran dan Rusia. Membanjiri minyak ke pasaran dunia. Terlebih PBB dan Uni Eropa telah menghapus sanksi dan embargo ekonomi terhadap negara Iran. Amerika dan Eropa tak bisa berkutik. Dibuat tak berdaya. Iran telah menang dengan strategi nuklir dan minyaknya. Memenangkan pertempuran tanpa melalui peperangan. Kerajaan Arab Saudi telah merasakan imbasnya. Tahuni ini saja negara Wahhabi takfiri tersebut mengalami defisit  anggaran berjalan sangat besar. Sebesar US$ 170 Milyar. Sekitar Rp 2.380 Trilyun. Kini rezim Saudi harus berhemat. Mereka tak bisa royal membiayai perang di Yaman. Tak bisa leluasa mensponsori ISIS dan al Qaeda. Tersendat  melakukan terorisme dan pemberontakan di kawasan Timur Tengah. Terutama Irak, Suriah dan Yaman. Kaum Wahhabi radikal di Indonesia siap-siap paceklik. Kemiskinan dan kesengsaraan akan melanda rakyat Arab Saudi. Hal ini telah memicu demonstrasi besar-besaran. Aksi tersebut mengguncang pemerintahan. Mengarah pada satu tujuan. Yakni  melengserkan raja Salman. Serta menyingkirkan 2 putra mahkota. Karena mereka gemar menebar kekerasan dan terorisme di kawasan Timur Tengah. Kaum oposisi mendapat angin segar atas aksi tersebut.  Sejalan dengan rencana dan agenda oposan. Mereka  memang berniat melakukan kudeta secepatnya. 4. Kebebasan dan Emansipasi Wanita Arab Saudi menerapkan sistem monarki absolut. Tak ada demokrasi. Tak ada parlemen. Tak ada partai politik. Tak ada kebebasan pers. Tak ada kebebasan mengeluarkan pendapat dan berorganisasi. Tak ada kritik. Apalagi gerakan oposisi. Penyimpangan dari sistem ini melahirkan tirani. Sistem tata negara terburuk di dunia. Penguasa sebagai diktator. Semua lembaga negara dan elemen masyarakat tunduk kepada raja. Bahkan penguasa sangat mengendalikan institusi ulama. Sistem ini pasti melahirkan rezim koruptor yang sangat ganas dan serakah. Terciptanya budaya korupsi yang sangat parah. Imbasnya terjadi kesenjangan ekonomi yang sangat tinggi. Mayoritas warga negara akan hidup dalam kemiskinan dan kesusahan. Kaum perempuan sebagai pihak yang paling dirugikan. Tak terkecuali para putri raja yang tinggal di istana. Tak ada kebebasan disana. Beberapa contoh kecil saja. Seorang wanita tak boleh mengendarai mobil. Seorang perempuan yang keluar rumah sangat sulit mendapatkan izin. Jika pun diizinkan, mereka harus dikawal oleh muhrimnya. Hampir tak ada kesempatan bagi perempuan untuk tampil di ruang publik. 5. Proyeksi Terbentuknya Tiga Faksi Perselisihan memperebutkan tahta dan kekuasaan sudah terjadi. Sedikitnya ada tiga faksi yang telah terbentuk. Mereka terikat secara psikologis melalui trah isteri-isteri Ibnu Saud. Pertama, klan Sudayri Kedua, klan Shuraimi Ketiga, klan Baraka al Yamani Berikut skenario yang melatarbelakangi konflik tersebut. Pendiri kerajaan Arab Saudi bernama raja Abdul Azis bin Abdul Rahman bin Faisal as Saud (1880-1853). Terkenal dengan sebutan Ibnu Saud. Ibunya ialah Sara binti Ahmad al Kabir Sudayri. Ia memiliki 22 isteri dan 200 anak. Ada tiga isteri yang sangat berpengaruh. Isteri terfavoritnya ialah Hassa binti Ahmad as Sudayri. Isteri ke 6 ini berasal dari Nejd. Ia memiliki 7 putra dan 4 putri. Tujuh pangeran tersebut adalah Fahd, Sultan, Abdul Rahman, Nayef, Turki, Ahmed dan Salman. Mereka terkenal dengan istilah The Sudayri Seven. 7 pangeran dari klan Sudayri. Mereka sangat konservatif. Memegang teguh ajaran takfiri. Berwatak kejam dan brutal. Aktor intelektual terorisme di Timur Tengah. Sebut saja Pangeran Bandar bin Sultan (alm). Ia adalah dalang dan donatur kaum takfiri ISIS dan Jabhat al Nushra. Ia juga dibalik kudeta presiden Mesir, Mohammad Morsi. Isteri ke 8 adalah Fahda al Shuraimi. Ia memiliki 3 anak. 1 putra dan 2 putri. Anak pertama ialah Abdullah bin Abdul Azis. Ia menjadi raja Saudi selama 10 tahun. Pada periode 1 Agustus 2005 - 23 Januari 2015. Dua anak lainnya adalah Nuf dan Sita. Klan ini cenderung modernis. Mendukung emansipasi dan kebebasan perempuan. Ada buktinya. Yaitu Raja Abdullah (alm) mendirikan universitas King Abdullah University Science and Technology. Para mahasiswanya di dalam kampus bisa merdeka. Sungguh mendapatkan kebebasan. Terutama dirasakan oleh para mahasiswi. Layaknya universitas di Eropa. Sejak dari semula dua klan di atas memiliki potensi konflik. Kedua kubu berasal dari kelas ningrat. Mengapa demikian? Pasalnya Fahda binti Asi al-Shuraimi, adalah janda Saud bin Rashid. Yakni penguasa Emirat Ha'il yang dikalahkan Abdul Aziz pada tahun 1921. Isteri ke 14 bernama Baraka al Yamani. Ia berasal dari Yaman. Dari rahimnya lahirlah seorang putra. Namanya PangeranMuqrin bin Abdul Azis. Ia menjadi putra mahkota sejak 23 Januari 2015. Namun raja Salman memakzulkan jabatannya pada tanggal 29 April 2015. 6. Terpolarisasi Dalam 3 Madzab Ideologis Pertama, madzab Wahhabi Takfiri Kedua, madzab Sunni Asy'ari Ketiga, madzab Syi'ah Ja'fari Kelompok pertama disebut juga kaum ekstrimis Nejd. Mereka dominan di kawasan Arab tengah dan utara. Meliputi 5 provinsi. Yaitu Riyadh, Qosim, Ha'il, al Jouf dan Hududusy Syamaliyah. Kemungkinan wilayah tersebut akan dikuasai oleh klan Sudayri. Mereka akan bersekutu dengan Sufyani dan Bani Kalb. Sebelum daulah Ibnu Saud berdiri, wilayah tersebut merupakan kekuasaan daulah Jabal Shamar atau Emirat Ha'il (1836-1921). Kelompok kedua tersebar di wilayah Hijaz. Meliputi 4 provinsi. Yaitu, Mekkah, Madinah, Tabuk, dan Bahah. Diperkirakan wilayah ini akan dikuasai oleh klan as Shuraimi. Pangeran Muta'ib bin Abdullah sebagai pimpinannya. Ia akan didukung oleh 7 saudara tiri laki-lakinya. Yaitu Pangeran Khaled, Pangeran Mishaal, Pangeran Abdulaziz, Pangeran Turki, Pangeran Badr, Pangeran Saud, dan Pangeran Bandar. Kelompok ketiga, berada di wilayah Timur dan Selatan. Meliputi 4 provinsi. Yaitu Syarqiyah, Najran, Asir, dan Jizan. Mayoritas penduduk di 4 provinsi tersebut bermadzab Syiah. Ada sekitar 2-3 juta orang bermadzab Syiah. Mayoritas penduduk Syarqiyah bermadzab Syiah Istna Atsariyah. Mayoritas warga Najran bermadzab Syiah Ismailiyah. Sementara mayoritas penduduk Jizan dan Asir bermadzab Syiah Zaidiyah. Wilayah tersebut berbatasan dengan Yaman. Jadi mereka memiliki hubungan ideologis dan emosional  yang kuat dengan penduduk Yaman, khususnya gerilyawan al Houthi.  Klan Baraka al Yamani akan merapat pada kelompok ini. Ada dua alasan. Pertama, memiliki hubungan etnis yang sama. Mereka berasal dari Yaman. Kedua, memiliki tujuan yang sama. Yakni menentang dan mengecam keras agresi militer ke Yaman. Saat ini Pangeran Muqrin tengah menjalankan agenda kudeta dari tempat pengasingan. Ia sering berpindah tempat. Pernah singgah ke Yaman, Mesir, dan terakhir Inggris. Kelompok kedua dan ketiga akan bersinergi. Menentang khilafah takfiri Sufyani yang bersekutu dengan Bani Kalb dan klan Sudayri. 7. Proyeksi Terjadinya Perang Saudara Perselisihan antar pangeran Arab Saudi sudah berlangsung. Kelompok oposisi tengah meniupkan angin kudeta. Percobaan pembunuhan terhadap raja Salman pernah dilakukan. Pelakunya seorang pengawal istana. Namun gagal. Wakil putra mahkota telah lama menghilang. Pangeran Muhammad bin Salman misterius tak ada kabar. Ia tak menghadiri pemakaman Raja Abdullah bin Abdul Azis. Kabar yang beredar ia tewas atau terluka parah. Terkena hantaman roket zilzal. Bisa juga roket ra'ad. Pejuang Yaman berhasil menghancurkan kamp agresor terbesar kedua di Saudi. Yakni markas militer Salil. Terletak di tengah kota Riyadh. Pelakunya sangat profesional. Tembakannya benar-benar akurat. Tepat sasaran. Hal ini menunjukkan kehebatan pejuang Yaman. Anggota kerajaan cemas. Mereka sangat ketakutan. Suasana istana dan markas militer tampak mencekam. Kejadian tragis tersebut menanamkan trauma yang mendalam. Terutama bagi kalangan anggota keluarga istana. Para pangeran tak berani tidur di istananya. Para pejabat di perbatasan Yaman melarikan diri. Bahkan kabarnya Pangeran Muhammad bin Nayef dibayang-bayangi ketakutan juga. Putra mahkota tak pernah tidur di istana Riyadh. Sang pimpinan agresor sering menginap di villa pribadinya. Lokasinya berada di pulau terpencil di tengah-tengah Laut Merah. Itupun dengan pengawalan super ketat. Tak kurang dari 200 pasukan pengawal menjaganya. Kemungkinan  Pangeran Muhamad bin Nayef menemui nasib yang sama naasnya. Ia segera menyusul saudaranya. Terluka parah atau meregang nyawa terhantam roket zilzal. Gerilyawan al Houthi sedang mengincarnya. Sang jenderal menjadi target serangan utama. Selanjutnya terjadi usaha pembunuhan terhadap raja Salman bin Abdul Azis. Kapan akan terjadi? Beberapa analis memperkirakan akan terjadi peristiwa politik penting pada tanggal 9 Zulhijjah tahun ini. 1436H. Bertepatan saat wukuf di Arafah. Dan hari terpancungnya diktator Saddam Husein. Para pelaku makar akan membunuhnya. Rencana dan strategi intelijen dibuat secara matang. Sehingga penggulingan sang tiran berjalan mulus. Allah swt akan menghancurkan kerajaan super dzalim ini melalui tangan-tangan mereka sendiri. Selanjutnya terjadilah perebutan kekuasaan. Tak ada satupun pangeran yang terlegitimasi. Tak ada mufakat. Terjadilah perselisihan sangat sengit. Konflik memuncak. Para pangeran dan anggota militer terpecah menjadi 3 faksi. Yakni klan Sudayri, klan Shuraimi dan klan Yamani. Akhirnya meletuslah perang saudara. Terjadi pertempuran yang sangat hebat. Saling membunuh di antara mereka sendiri. Saatnya pejuang Yaman dan gerilyawan Houthi melancarkan serangan mematikan. Mereka berusaha maju selangkah demi selangkah. Hingga berhasil menguasai istana Riyadh. Dan hancurlah kerajaan teroris takfiri Arab Saudi. Para ulama wahhabi segera memotong jenggot. Berganti pakaian biasa. Seorang analis politik Rusia juga memperkirakan keruntuhan kerajaan Arab Saudi dalam waktu dekat, 3 tahun ke depan. Semoga Allah swt mempercepat kedatangan Sohibuz Zaman, Imam Mahdi al Muntadzar as. Semoga Allah swt segera merobek-robek kerajaan dzalim dinasti Ibnu Saud putra zionis. 8. Sebuah Analisis Demikianlah 7 indikator kehancuran rezim al Saud. Sekarang patut diajukan dua pertanyaan penting. Mengapa rezim Salman menyerang Yaman? Lalu melengserkan Pangeran Muqrin bin Abdul Azis sebagai putra mahkota? Selama ini rezim Salman mengajukan 3 dalih palsu. Pertama, mengembalikan kekuasaan sah mantan Presiden Abdu Rabbou al Hadi. Kedua, Yaman hendak menyerang kota Mekkah dan Madinah. Ketiga, Iran mengekspor revolusi dan madzab Syiah ke Yaman. Ketiga argumentasi tersebut sangat lemah. Mudah terpatahkan. Itu alasan eksternal yang dibuat-buat. Sesungguhnya mereka mempunyai alasan tersendiri. Dengan melihat dari sudut pandang internal. Dalam kaca mata rezim al Saud sendiri. Agresi militer ke Yaman adalah sebuah kebutuhan darurat. Demi memperpanjang usia rezim al Saud. Serta melanggengkan kekuasaan pada klan Sudayri. Invasi brutal ke Yaman bertujuan untuk mengalihkan opini publik. Hal ini sangat objektif. Ada beberapa alasan penting. Pertama, usia raja Salman telah renta. 79 tahun. Ia mengidap penyakit demensia (pikun parah) dan parkinson. Praktis, yang mengendalikan kekuasaan adalah putra mahkota. Inilah alasannya mengapa ia memakzulkan Pangeran Muqrin. Kedua, rezim Salman ingin memastikan suksesi kepemimpinan berikutnya kepada klan Sudayri. Faktanya sangat jelas. Batu sandungannya tinggal satu. Yakni klan Shuraimi. Terutama Pangeran Mut'aib bin Abdullah. Ia menjabat sebagai komandan Garda Pengawal Nasional. Rezim Sudayri bermaksud memakzulkan Pangeran Muta'ib. Jika langkah ini sukses, maka diperkirakan rezim Salman mau mengakhiri invasi biadabnya ke Yaman. Raja Salman bermaksud mengirimkan Pangeran Muta'ib ke medan perang. Hendak menjadikannya sebagai tumbal. Sehingga tewas dalam pertempuran. Namun Pangeran Mut'aib cerdik. Ia bisa membaca strategi licik sang tiran. Na'as bagi klan Sudayri. Pangeran Muhammad bin Salman justru menjadi tumbalnya. Ia tersungkur di markasnya sendiri. Sungguh mengenaskan. Klan Sudayri sangat terpukul atas kejadian ini. Kaum Wahhabi berduka cita. Skenario sebenarnya adalah peperangan internal. Drama saling membunuh. Melalui tangan orang lain. Siapa cepat, dia dapat. Sekian. ***copas

0 Response to "Kerajaan Arab Saudi Menuju Jurang Kehancuran"

Post a Comment

X-Steel - Wait